Anda di halaman 1dari 53

Dra. Noortiningsih, M.Biomed.

Pengertian
• Ekskresi = pembuangan = membuang sisa-sisa
metabolisme yang tidak dipakai tubuh.

Organ-organ ekskresi meliputi :


• Ginjal : dari metabolisme sel/jaringan
• Paru : dari metabolisme sel/jaringan
• Vesika fellea : empedu
• Usus/anus : dari sisa pencernaan
• Kulit/kelenjar keringat : dari metabolisme sel/jaringan
Macam-macam organ ekskresi
Ginjal
• Bersifat metanefros
• Letak retroperitoneal di kiri kanan kolumna vertebralis
• Puncaknya setinggi vertebra T-12 dan ujung bawah kira-
kira setinggi vertebra L-3
• Yang kanan lebih rendah dari yang kiri karena adanya
hepar
• Ukuran : + 12 X 6 X 4 cm ;
Berat : antara 160-175 g
• Dibedakan : Korteks (bagian luar)
dan Medulla (bagian dalam)
• Satuan fungsional ginjal ialah nefron
Posisi ginjal
Struktur Ginjal
Struktur Ginjal
Nefron
*Glomerulus &
*Tubulus
Glomerulus
• Letak di bagian korteks, dibedakan atas ;
– Glomerulus kortikal ; letak di 2/3 bagian
korteks sebelah luar, jumlahnya kurang lebih
85 % dari jumlah total glomerulus
– Glomerulus juxtamedulla ; letaknya di 1/3
bagian korteks sebelah dalam, jumlahnya
kurang lebih 15 % dari jumlah total (1,2 juta
pada setiap ginjal)
Glomerulus, t.a. :
– Kapiler glomerulus ; Merupakan anyaman ruwet
kapiler yg fungsinya untuk menyaring/filtrasi. Kapiler-
kapiler ini memiliki keistimewaan bahwa sel-sel
endoteliumnya memiliki pori, diluarnya dibatasi
membran basalis.
– Kapsula Bowman ; bentuknya seperti mangkuk
memilki 2 lapisan yaitu lamina parietalis dan lamina
viseralis. Lamina parietalis menempel pd dinding yg
membentuk glomerulus. Lamina viseralis t.a. sel-sel
yg memiliki lanjutan-lanjutan spt rakit saling
beranyaman, membentuk saringan yg disebut
membran podosit.
Glomerulus
Glomerulus
Proses yg berlangsung -----> filtrasi.
• Jika di sebelah atas sel-sel endothelium
(di dalam pembuluh darah) terdpt darah
maka terjadi filtrasi yg dibentuk oleh :
• sel-sel endothelium kapiler
• membran basalis
• lamina viseralis
• Ketiga lapisan membentuk membran
filtrasi
Tubulus
Proses yg berlangsung  reabsorbsi & sekresi
• Letak di bagian medula
• Terdiri atas :
• Tubulus proksimal : memiliki ‘brush border’ yaitu tonjolan
sitoplasma yang disebut mikrovilli, yang menyebabkan luas
permukaan keseluruhan tubulus proksimal meningkat hingga
50-60 m2, banyak mitokondria, lipatan-lipatan membran
basalis, dan berbagai enzim.
• Ansa Henle : pars desendens tidak mengandung ‘brush
border’, sel-sel lebih kecil ; pars asendens, sel-sel seperti
pada tubulus proksimal, banyak mitokondria
• Tubulus distal : memiliki mitokondria yang besar, lipatan
membran basalis lebih nyata tetapi sedikit mikrovilli
dibandingkan dengan tubulus proksimal.
Tubulus Ginjal
Tubulus Ginjal
Duktus Colligens
• Sel-sel lebih besar, mitokondria lebih kecil.
• Nefron bermuara pd ‘ductus colligens’ atau
sering disebut ‘ductus collecting’ yg secara
fungsional sangat erat hubungannya dg tubulus
ginjal dan sering digolongkan sebagai nefron
distal atau nefron terminal.
• Ureter
• Vesica urinaria
• Apparatus juxtaglomerulus merupakan struktur
khusus pd nefron yg menghasilkan renin
Perdarahan Ginjal
• Setiap ginjal mendapat perdarahan melalui arteria
renalis yang merupakan cabang langsung aorta
abdominalis setinggi vertebra L-1.
– Sistem Arteri : Arteria renalis bercabang-cabang lagi
menjadi cabang anterior dan posterior ---> a.
interlobaris ---> a. arcuata ---> a. interlobularis --->
arteriola aferen ---> kapiler glomerulus ---> arteriola
eferen ---> kapiler peritubuler/vasa recta.
– Sistem Vena : memiliki pola seperti sistem arteri :
Setelah kapiler ---> venula ---> v. interlobularis ---> v.
arcuata ---> v. interlobaris ---> v. renalis
– Arteriola eferen pd glomerulus kortikal membentuk
kapiler peritubuler yg meliputi tubulus di daerah
korteks.
– Arteriola eferen glomerulus juxtamedulla membentuk
berkas pembuluh yg lurus (vasa recta) yg masuk ke
dalam jaringan medulla mengikuti jalannya Ansa
Henle (yg panjang) kemudian membalik ke korteks
bermuara ke dalam susunan vena.
– Seluruh permukaan kapiler ginjal pada orang dewasa
normal, + 12 m2, sama dg permukaan seluruh
tubulus ginjal.
Persarafan Ginjal
• Terutama berasal dari sistem saraf simpatis
(Nervus splanchnicus), keluar dari T-12 - L-2.
• Serabut eferen menuju ke pembuluh ginjal
(arteriola aferen dan eferen), terutama bersifat
vasokonstriktor.
• Juga ada serabut-serabut yg berakhir di dekat
sel macula densa dan sel juxstaglomerulus, yg
bersifat noradrenergik
Proses filtrasi
• Dg berbagai cara pemeriksaan (mikropunksi, ‘clearance’,
teknik ‘stopflow’) dapat dikemukakan bahwa ada 3
proses yg berlangsung di dalam nefron, yaitu :
• Di Glomerulus ----------> - Filtrasi
• Di Tubulus ---------------> - Reabsorbsi
- Sekresi
• Dengan teknik mikropunksi dpt dibuktikan bahwa cairan
yg dibentuk di dlm kapsula Bowman menyerupai cairan
ultrafiltrasi plasma (cairan plasma tanpa protein).
• Susunan elektrolit cairan filtrat hampir sama dg susunan
elektrolit plasma.
• Hal ini menunjukkan adanya proses filtrasi.
Proses filtrasi dipengaruhi oleh :

• Tekanan filtrasi
• Luas permukaan filtrasi
• Permeablitas membran filtrasi.
Tekanan filtrasi ditentukan oleh :
• Yg mendorong filtrasi ; tekanan hidrostatik
di kapiler glomerulus
• Yg melawan filtrasi ; tekanan hidrostatik di
kapsula Bowman dan tekanan koloid
osmotik (tekanan onkotik) protein plasma.
Tekanan-tekanan tersebut dikenal sebagai
‘Starling forces’.
Tekanan hidrostatik
* Tek.hidrostatik di kapiler glomerulus bergantung kpd :
• Tekanan darah sistemik
• Diameter arteriola aferen dan eferen
(konstriksi/dilatasi)
* Tekanan hidrostatik di kapsula Bowman bergantung
kepada :
• Keadaan ureter (mis ; obstruksi, dll)
• Keadaan ginjal (edema dan kapsula fibrosa ginjal
yg ketat)
* Tekanan onkotik atau koloid osmotik protein plasma
bergantung kepada :
• Konsentrasi protein plasma (faktor kecil)
Luas permukaan filtrasi ditentukan
oleh :

• Jumlah nefron yg berfungsi (dapat


berkurang karena penyakit yg
menimbulkan kerusakan nefron atau krn
dilakukan pengangkatan ginjal/nefrektomi
partial)
Permeabilitas membran filtrasi
ditentukan oleh :

• Jumlah pori per nefron


• Tebal membran
Membran filtrasi t.a. :
• Endotelium kapiler glomerulus, memiliki
pori dg Ø + 100 nm
• Membran basalis
• Epitelium kapsula Bowman t.a. podosit dg
pseudopodia, dg kaki yg membentuk celah
yg lebarnya + 25 nm yg tertutup oleh suatu
membran yg tipis.
Membran filtrasi
• Membran glomerulus dg mudah melewatkan molekul-
molekul dg Ø < 4 nm yg bersifat netral.
• Molekul-molekul dg Ø > 8 nm tdk dpt lewat.
• Selain diameter, muatan listrikpun mempengaruhi
kemudahan filtrasi.
• Bahan-bahan bermuatan positif dg Ø yg sama lebih
mudah melewati membran dp yg netral, sedangkan yg
bermuatan negatif sukar melewati membran.
• Membran filtrasi mengandung protein yg bermuatan
negatif yg akan menghambat lewatnya bahan-bahan yg
bermuatan serupa (negatif).
• Pada peradangan ginjal muatan membran dpt hilang shg
albumin dpt melaluinya dan mengakibatkan
albuminuria.
Laju Filtrasi Glomerulus = LFG
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)(GFR =
Glomerular Filtration Rate)
• Volume cairan plasma yg difiltrasi per
menit disebut LFG (GFR).
• Faktor-faktor yg mempengaruhi proses
filtrasi juga akan mempengaruhi LFG.
• Perubahan pd besar arus plasma ginjal
juga akan memiliki efek pada LFG.
Autoregulasi di ginjal
• Peristiwa ini serupa dg yg berlangsung di organ lain.
• Jika pd seekor anjing ginjalnya diperfusi dg tekanan
antara 90-220 mmHg, mk tahanan pembuluh-pembuluh
ginjal berbanding lurus dg tekanan perfusi shg jumlah
arus darah ginjal akan relatif tetap (tdk banyak berubah).
Dg dmk LFG juga relatif tetap.
• Teori-teori telah banyak diajukan untuk menerangkan
peristiwa autoregulasi tsb, tetapi mungkin yg dpt
dianggap paling sesuai ialah teori miogenik.
• Autoregulasi msh dpt berlangsung pd ginjal dg denervasi
a/ yg diisolasi ttp akan dihambat jika diberi bahan yg
menyebabkan kelumpuhan otot polos pembuluh arteriola
• Hal ini mungkin merupakan jawaban otot polos arteriola
aferen thd regangan. Dg kata lain, autoregulasi akan
dihambat jika otot polos pembuluh darah arteriola ginjal
(arteriola aferen) dirusak.
Pengukuran LFG
• LFG dpt diukur (pd orang maupun hewan) dg
mengukur : Ekskresi/Kadar plasma suatu zat yg
mudah difiltrasi di glomerulus dan tdk diabsorbsi
maupun disekresi oleh tubulus.
• Jumlah zat tsb yg terdpt di dlm kemih per satuan
waktu mrpk hasil volume plasma yg difiltrasi yg
mengandung jumlah zat tsb.
• Jadi apabila zat itu disebut Zat x, maka jumlah x
yg diekskresi =
kadar x dlm kemih (Ux) X Vol. kemih/menit (V)
= Ux.V
Pengukuran LFG
• Jumlah ini berasal dari jumlah yg difiltrasi (per menit) =
Kadar x dalam filtrat/plasma (Px) X Volume plasma yg difiltrasi/per
menit (LFG) = Px.LFG
Ux.V
• Jadi Ux.V = Px.LFG LFG = ------------
Px

• Persamaan umum : LFG = disbt ‘Clearance’ atau ‘nilai bersihan’


• Bersihan/clearance ialah volume plasma yg dibersihkan dari suatu
zat per menit. Satuannya ialah mL/menit.

• Karena bersihan x berasal dari filtrasi x (tanpa reabsorbsi maupun


sekresi), maka bersihan x merupakan volume plasma (yang
mengandung x) yang difiltrasi per menit = LFG.
Zat untuk mengukur LFG
• Zat yg dgnk mengukur LFG, selain harus mudah difiltrasi
di glomerulus dan tdk direabsorbsi serta disekresi oleh
tubulus, masih harus memenuhi syarat lain, sbb :
– Tidak mengalami metabolisme
– Tidak disimpan di ginjal
– Tidak terikat protein
– Tidak bersifat racun (toksik)
– Tidak memiliki efek pada LFG
– Sebaiknya mudah diukur kadarnya dlm plasma maupun kemih

• Zat yg memenuhi syarat tsb di atas ialah inulin, yaitu


suatu polimer fruktosa dg BM. 5200, terdpt dlm umbi
bunga dahlia.
Nilai normal LFG

• Pada pria, rata-rata = 125 mL/menit


• Pada wanita rata-rata = 110 mL/menit (10
% lebih rendah)
Prinsip dasar fungsi tubulus
• Walaupun filtrasi di glomerulus mrpk langkah pertama pd
pembentukan kemih, proses tsb tdk banyak pengaruhnya thd hasil
akhir fungsi ginjal, yaitu dlm mengatur imbangan elektrolit tubuh.
• Pada keadaan normal atau patologis, di glomerulus akan dibentuk
cairan filtrasi dg volume dan susunan yg relatif tetap. Sementara itu
homeostasis tubuh secara keseluruhan hanya dpt dipertahankan dg
mengolah/memproses cairan ultrafiltrasi tsb melalui sistem tubulus,
yg menyesuaikan kecepatan ekskresi air & zat yg terlarut di dlmnya.
• Banyak zat yg diambil dari cairan filtrasi oleh tubulus, selain itu pd
keadaan tertentu zat-zat lain ditambahkan kpd cairan tubulus tsb
melalui sekresi tubulus. Karena itu pd umumnya fungsi tubulus
melibatkan 2 macam proses :
• Reabsorbsi : pengambilan cairan dan zat yg terlarut melalui atau ke
dlm dinding tubulus.
• Sekresi : pemindahan zat-zat terlarut (solutes) dari ruang peritubuler
atau sel-sel tubulus ke dlm cairan tubulus.
Transport melalui membran
• Proses reabsorbsi & sekresi merupakan
proses transport melalui membran biologik
yg dpt dibagi menjadi :
– Transport aktif : membutuhkan suplai energi
langsung yg berasal dari reaksi biokimia di
dlm sel tubulus.
– Transport pasif : semata-mata bergantung
kpd gaya-gaya fisika.
Transport aktif
• Transport aktif molekul kecil (mikromolekul) yg mencakup zat terlarut yg
bersifat elektrolit maupun yg bersifat nonpolar, pd dasarnya ialah transport
melalui membran yg berlangsung melawan :
• Beda (gradient) konsentrasi
• Beda (gradient) muatan listrik
• Keduanya
• Energi yg diperlukan untuk mengikat zat yg diangkut dan untuk mengatasi
gradient elektrokimia, didptkan dari reaksi biokimia yg berlangsung di dlm sel
tubulus ybs.
• Transport aktif molekul besar (makromolekul) melibatkan proses yg disebut
pinositosis (endositosis/eksositosis larutan/cairan)
• Adanya mitokondria dlm jumlah besar pd sistem tubulus (t. proksimal, ansa
Henle, t. distal, dan duktus colligens) menunjukkan adanya proses
metabolisme yg intensif yg erat hubungannya dg suplai energi untuk transport
aktif.
• Transport aktif berlangsung di t. proksimal, ansa Henle asendens, t. distal, dan
juga di duktus colligens.
• Transport aktif ada yg berlangsung dg perantaraan suatu zat pengangkut
(carrier mediated transport).
• Contoh transport aktif : PAH (Para-aminohippuric acid) ---> sekresi
Glukosa, asam amino -------------------> reabsorbsi
Transport aktif
• Reabsorbsi & sekresi aktif biasanya ada batas maksimumnya. Kemampuan
tubulus untuk melakukan reabsorbsi atau sekresi aktif akan mencapai
maksimum (Tm), sebagai akibat :
• Jumlah carrier yang terbatas
• Jumlah energi yang terbatas
• Jenis transport aktif tsb dpt dihambat secara kompetitif oleh zat lain yg
menggunakan carrier yg sama atau secara non-kompetitif oleh zat yg
menghambat suplai energi.
• Contoh : Reabsorbsi glukosa dihambat oleh zat phloridzin
Sekresi PAH dihambat oleh zat probenecid
• Kemampuan reabsorbsi & sekresi aktif sel-sel tubulus juga ada yg dibatasi
oleh peningkatan ‘gradient’ elektrokimia, yg melawan transport aktif tsb. Dg
berlangsungnya proses reabsorbsi/sekresi aktif, konsentrasi zat menurun di
sisi tempat pengambilan zat untuk diangkut dan meningkat terus di sisi lain
dari membran. Hal ini menciptakan ‘gradient’ elektrokimia yg akan melawan
transport selanjutnya (melambatkan atau bahkan menghentikan).
• Contoh : transport elektrolit, seperti ion Na dan ion Cl.
Reabsorbsi glukosa
• Reabsorbsi glukosa berlangsung di segmen awal tubulus proksimal
dan dikaitkan dg reabsorbsi ion Na, menggunakan carrier yg sama
(symport).
• Pd kadar glukosa darah normal yaitu P.G normal pd keadaan puasa
= 70-100 mg/dL, semua glukosa yg difiltrasi (F.G. = P.G. X LFG
atau 100/100 X 125 mg/menit), akan direabsorbsi.
• Jika kadar glukosa plasma meningkat, mula-mula kecepatan yg
direabsorbsi berbanding lurus dg kecepatan yg difiltrasi, sampai
tercapai ambang ginjal. Pada peningkatan P.G. selanjutnya,
kecepatan reabsorbsi masih meningkat (tetapi tidak linear) sampai
tercapai Tm.G. (transport maksimum glukosa).
• Ambang ginjal suatu zat yg direabsorbsi (misalnya glukosa) ialah
konsentrasi plasma pada mana zat tersebut terdpt dlm kemih dg
jumlah yg melebihi jumlah kecil yg biasa diekskresi.
Reabsorbsi glukosa
• Ambang ginjal untuk glukosa = 180 mg/dL (plasma darah vena)
200 mg/dL (plasma darah arteri)
• Tm glukosa = 375 mg/menit (pria) dan 300 mg/menit (wanita)
• Transport glukosa mrpk contoh transport aktif sekunder. Glukosa
masuk ke dlm sel-sel tubulus bersama ion Na yg berdifusi mengikuti
gradient elektrokimianya. Kemudian ion Na secara aktif dipompa
dari dlm sel ke ruang interseluler lateral sedangkan glukosa keluar
sel dg cara difusi biasa. Energi untuk transport aktif glukosa dari
lumen tubulus ke dlm sel diperoleh dari Na-K-ATP-ase yg
memompa ion Na ke luar sel.
• Symport memiliki afinitas khusus thd D-isomer glukosa, karena itu
reabsorbsi D-glukosa lebih cepat dp L-glukosa. Phloridzin bersaing
dg reabsorbsi glukosa krn mengikat symport tsb.
Transport pasif
• Menurut definisi, transport pasif ialah proses pemindahan molekul-molekul
melalui suatu membran mengikuti/searah dg gradient kimia dan/atau
gradient listrik, yg tdk memerlukan energi langsung yg berasal dari sel-sel
tubulus tsb.
• Arah proses difusi bergantung pada :
– Arah beda konsentrasi atau beda antara muatan listrik di kedua sisi
membran
– Sifat dinding tubulus yaitu permeabilitasnya
• Difusi non-ionik (diffusion trapping) ialah difusi mengikuti gradient pH.
Mungkin disebabkan oleh sifat hidrofobik sebagian besar membran sel,
asam atau basa lemah dlm bentuk tdk terionisasi lebih mudah menembus
membran sel (membran tubulus lebih permeabel untuk asam atau basa yg
tidak berdissosiasi).
• Contoh zat yang ditransport secara pasif :
- Reabsorbsi : air, ion Cl (kecuali di ansa Henle pars asendens), urea
- Sekresi : NH3
Ringkasan fungsi nefron
• Dalam memperlakukan cairan maupun zat
terlarut, fungsi tubulus dpt dibagi menurut
3 komponen fungsi utama :
• Sistem tubulus proksimal
• Sistem Ansa Henle
• Nefron distal (tubulus distal dan duktus
colligens)
Di tubulus proksimal berlangsung,
• Reabsorbsi isoosmotik sebagian besar cairan yg difiltrasi
di glomerulus (sekurang-kurangnya 60-70 %)
• Reabsorbsi sempurna komponen-komponen cairan
filtrasi yg penting untuk nutrisi, spti glukosa, protein,
asam amino, asam askorbat, dll
• Reabsorbsi zat lain spt fosfat atau sulfat (direabsorbsi
lebih cepat dp air). Reabsorbsi urea dan asam urat
direabsorbsi lebih lambat dp air
• Sekresi senyawa organik, yg merupakan zat pengatur
humoral atau hasil metabolismenya (histamin dan
steroid yg dikonyugasi) atau zat-zat yg ditemukan dlm
keadaan patologis spt uremia (derivat asam hipurat,
asam benzoat, dan kreatinin)
Di Ansa Henle berlangsung,
• Ansa Henle mrpk struktur khas pd ginjal yg mampu
membentuk kemih pekat.
• Lokasi ansa Henle di antara tubulus proksimal dan
tubulus distal, memiliki 2 fungsi utama :
– Pembentukan cairan yg encer yg akan diekskresi sbg kemih
akhir (final urine) yg encer atau dipekatkan di segmen distal
– Pembentukan interstisium medula yg hiperosmolar sbg syarat
untuk pemekatan kemih di duktus colligens
• Cairan dg susunan yg relatif konstan didapatkan pada
akhir tubulus proksimal dan akhir ansa Henle.
Nefron distal
• Memegang peranan utama dlm pengaturan tepat/halus susunan
kemih akhir yg meliputi hal-hal sbb :
– Pemekatan kemih (dikendalikan oleh ADH)
– Pengaturan akhir ekskresi ion Na dan ion K (dg aldosteron sbg
faktor pengatur utamanya)
– Pengaturan pH kemih akhir (dg perantaraan proses-proses yg
melibatkan sekresi ion H dan/atau NH3)
• Di nefron distal berlangsung proses reabsorbsi air, urea dan ion Na,
serta proses sekresi ion-ion K dan H.

• Susunan segmental fungsi reabsorbsi tubulus ginjal pd umumnya


serupa dg susunan di saluran pencernaan.
• Segmen proksimal (tubulus proksimal/usus halus) melibatkan
reabsorbsi cairan & metabolit dlm jumlah besar (bulk), sedangkan
segmen distal (duktus colligens/usus besar) melibatkan fungsi-
fungsi yg ditujukan pd penyesuaian akhir ekskresi cairan & zat
padat.
Gangguan fungsi/penyakit ginjal, dpt
digolongkan :

1. Penyakit peradangan ginjal bilateral


(nefritis)
2. Penyakit degeneratif ginjal bilateral
(nefrosis)
3. Penyakit pembuluh arteriel ginjal
(nefrosklerosis)
4. Penyakit bawaan/kongenital
Akibat gangguan fungsi ginjal a.l. :
1. Proteinuria, disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
glomerulus, atau disebabkan hilangnya muatan negatif
membran glomerulus. Sebagian besar protein yg ditemukan
dlm kemih adalah albumin  albuminuria
2. Hilangnya kemampuan membentuk kemih pekat/encer.
Gejala poliuria & nocturia. Disebabkan berkurangnya
jumlah nefron yg berfungsi. Jk salah satu ginjal diangkat/
dibuang, mk jumlah nefron yg berfungsi tinggal ½ nya,
sedangkan jmlh osmol bahan-bahan yg harus diekskresi tdk
menurun sampai ½ nya. Mk setiap nefron harus
mengekskresi bahan yg memiliki keaktifan osmotik dg jumlh
lebih besar dp biasa, shg terjadi diuresis osmotik.
Osmolaritas kemih mendekati osmolaritas plasma. Jk jmlh
nefron menurun akibat penyakit ginjal mk akan terjadi hal
yg sama. Tapi jika sebagian besar nefron mengalami
kerusakan, mk akan timbul oligouria atau bahkan anuria.
3. Uremia, timbul jk hasil pemecahan metabolisme
protein menumpuk dlm darah. Pd uremia
menahun, anemia mrpk gejala yg menonjol krn
fungsi eritropoetik ginjal tertekan. Zat-zat yg
menyebabkan gejala uremia dpt dibuang melalui
proses dialisis.
4. Asidosis, pd penyakit ginjal menahun sering
terjadi kegagalan dlm mengekskresi hasil
metabolisme yg bersifat asam, akibatnya ialah
asidosis. Timbul krn jmlh ion H yg diekskresi
menurun disebabkan gangguan pembentukan
amonia oleh sel tubulus.
5. Retensi natrium dan edema; pd penyakit
ginjal sering terjadi retensi natrium dan
edema, disebabkan oleh penurunan jmlh
natrium yg difiltrasi (pd glomerulonefritis),
atau adanya peningkatan sekresi
aldosteron melalui pengaktifan sistem
renin-angiotensin (pd nefrosis), atau
adanya kegagalan jantung yg menyertai
penyakit ginjal.
Beberapa pemeriksaan fungsi ginjal

1. Pemeriksaan kemih (vol 24 jam, BJ,


analisis kimia)
2. Pemeriksaan kimia darah (kreatin,
kreatinin, ureum)
3. Pemeriksaan fungsi glomerulus dan
tubulus (LFG, fungsi
pemekatan/pengenceran)
4. Pemeriksaan radiologis (scanning, IVP)
5. Biopsi ginjal
• IVP = Intravena pyelography  dg melakukan
injeksi media kontras melalui vena.
• Pada saat media kontras diinjeksikan melalui
pembuluh vena tangan pasien, media kontras
akan mengikuti peredaran darah & dikumpulkan
dalam ginjal dan traktus urinarius, shg ginjal &
traktus urinarius menjadi berwarna putih.
• Dengan IVP, radiologist dapat melihat dan
mengetahui anatomi serta fungsi ginjal, ureter
dan vesika urinaria.
Tujuan Pemeriksaan IVP
• Membantu mengetahui adanya kelainan pada sistem
urinaria, dg melihat kerja ginjal dan sistem urinaria.
• Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui gejala
seperti hematuria dan sakit pada daerah punggung.
• Dengan IVP dpt diketahui adanya kelainan pada sistem/
traktus urinaius, seperti adanya :
• batu ginjal
• pembesaran prostat
• tumor pada ginjal, ureter dan vesika urinaria.
noortiningsih.unas@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai