Anda di halaman 1dari 51

Asuhan Keperawatan Intranatal

Kelompok 1
Dika Ardia
Maharani Romadhona
Salsabila Izzatunnisaa
Yulianti putri susman
Faktor Esensial dan Proses Persalinan
• Faktor Esensial
Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P, yaitu :
1. Passanger (Penumpang) -> Passenger atau janin
bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
2. Passageway (Jalan Lahir) -> Jalan lahir terdiri dari
panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
3. Power (Kekuatan) -> Kekuatan yang mendorong janin
dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
4. Position (Posisi Ibu) -> Posisi yang baik dalam
persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.
5. Psychologic Respons (Psikologis) -> Psikologis adalah
kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan
positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan
strategi adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013).
• Proses Persalinan
1. Tahap pertama.
Dibagi dalam 3 tahap bagian :
a. Fase laten, Fase laten berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm.
b. Fase aktif, fase aktif dari pembukaan 4 cm
hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm.
2. Tahap kedua
Tahap dua persalinan dimulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi.
Friedman (1978) batas atas statistik untuk
tahap pertama dan kedua persalinan :
Nulipara Multipara
Tahap pertama
Fase laten 20 jam 14 jam
Fase aktif 1,2 cm/jam 1,5 cm/jam
Tahap kedua 2 jam 1,5 jam
3. Tahap ketiga
Persalinan tahap tiga dimulai setelah lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.
4. Tahap keempat
Persalinan tahap empat dimulai setelah
lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
pertama post partum. Tahap ini disebut juga
dengan tahap pemulihan
Asuhan Keperawatan Neonatal
1. Tahap I (fase laten)
a. Pengakajian
• Integritas egoKlien tampak tenang atau cemas
• Nyeri atau ketidaknyamananKontraksi regular,
terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan.
• SeksualitasServik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada
lendir merah muda kecoklatan atauterdiri dari
flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
• Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak
terpenuhi.
• Defisiensi pengetahuan tentang kemajuan
persalinan b.d kurangmengingat informasi
yang diberikan, kesalahan interpretasi
informasi.
• Risiko infeksi maternal
• Risiko kekurangan volume cairan
Intervensi
2. Tahap I (fase aktif)
a. Pengkajian
• Aktivitas istirahatKlien tampak kelelahan.
• Integritas egoKlien tampak serius dan tampak hanyut
dalam persalinan ketakutantentang kemampuan
mengendalikan pernafasan.
• Nyeri atau ketidaknyamananKontraksi sedang, terjadi
2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
• KeamananIrama jantung janin terdeteksi agak di
bawah pusat, pada posisi vertexs.
• SeksualitasDilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam
pada multipara dan 1,2/ jam padaprimipara).
b. Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut b.d tekanan mekanik dari bagian prese
ntasi.
• Gangguan eliminasi urin b.d perubahan masukan
dan kompresi mekanikkandung kemih.
• Keletihan b.d peningkatan kebutuhan energi akib
at peningkatanmetabolisme sekunder akibat nyeri
selama persalinan
• Risiko cidera maternal
• Risiko kerusakan gas janin
Intervensi
Tahap II
a. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
• Melaporkan kelelahan
• Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan
sendiri / teknikrelaksasi
• Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi
• Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3. Integritas ego
• Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4. Eliminasi
• Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi
kandung kemih
5. Nyeri / ketidaknyamanan
• Dapat merintih / menangis selama kontraksi
• Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
• Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
• Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5- 2 menit
6. Pernafasan
• Peningkatan frekwensi pernafasan
7. Seksualitas
• Servik dilatasi penuh (10 cm)
• Peningkatan perdarahan pervagina
• Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
• Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
• b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d tekanan mekanis pada bagian p
resentasi
2. Penurunan curah jantung b.d fluktasi aliran ba
lik vena
3. Risiko kerusakan integritas kulit
Intervensi
4. Tahap III
a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
• Klien tampak senang dan keletihan
2. Sirkulasi
• Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal dengan cepat
• Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
• Nadi melambat
3. Makan dan cairan
• Kehilangan darah normal 250 – 300 ml.
4. Nyeri / ketidaknyamanan
• Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5. Seksualitas
• Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
• Tali pusat memanjang pada muara vagina
• Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah
melahirkan
2. Risiko kekurangan volume cairan
3. Risiko cidera maternal
Intervensi
• Tahap IV
a. Pengkajian
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi,
mungkin lebihrendah pada respon terhadap analgesia/anastesia,
atau meningkat padarespon pemberian oksitisin atau
HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml
untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untukkelahiran saesaria
3. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, Bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada
adanya anastesispinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau
perbaikanepisiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin
atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi
umbilicus,perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis,
striae mungkin padaabdomen, paha dan payudara
• b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d efek hormone, trauma,edema
jaringan, kelelahan fisik danpsikologis,
ansietas.
2. Penurunan koping keluarga b.d transisi/
peningkatan anggota keluarga
3. Resiko kekurangan volume cairan
Intervensi
Manajemen Nyeri
a. Manajemen Farmakologi
1. Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non
Steroid (OAISN)
OAINS menghasilkan analgetik dengan
bekerja ditempat cedera melalui inhibisi sintesis
prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat.
Prostaglandin mensintesis nosiseptor dan bekerja
secara sinergis dengan prodok inflamatorik lain di
tempat cedera, misalnya bradikinibin dan histamin
untuk menimbulkan hiperanalgetik.
2. Analgesia opioid
Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan
digunakan dalam penatalaksanaan nyeri dengan skala
sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini merupakan
patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri
terkait kanker. Contoh obat ini yaitu morfin
3. Adjuvan / Koanalgetik
Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek
komplementer dalam penatalaksanaan nyeri yang
semuladikembangkan untuk kepentingan lain. Contoh obat
ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin)
(Price & Wilson, 2006).
b. Managemen Non-Farmakologi
1. Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien
pada sesuatu selain nyeri. Ada empat tipe
distraksi, yaitu distraksi visual, misalnya
membaca atau menonton televisi, Distraksi
auditory, misalnya mendengarkan musik,
Distraksi taktil, misalnya menarik nafas dan
massase, Distraksi kognitif, misalnya bermain
puzzle.
2. Hypnosis-diri
Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi
nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Hypnosis-diri
menggunakan sugesti dari dankesan tentang
perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki
keadaan rileks dengan menggunakan bagian ide
pikiran dan kemudian kondisikondisi yang
menghasilkan respons tertentu bagi mereka
(Edelman & Mandel, 1994). Hypnosis-diri sama
seperti dengan melamun.
3. Stimulus kutaneus
Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang
dilakukan untuk menghilangkan nyeri massase,
mandi air hangat, kompres panas atau dingin dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS)
merupakan langkah-langkah sederhana dalam
upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja
khusus stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah
satu pemikiran adalah cara ini menyebabkan
pelepasan endorfin, sehingga memblog transmisi
stimulasi nyeri.
4. Massase
Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot, atau ligamentum, tanpa
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi
untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan /
atau memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri
yang paling primitive dan menggunakan refleks lembut
manusia untuk menahan, menggosok, atau meremas
bagian tubuh yang nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
5. Terapi hangat dan dingin
Menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-
nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan
prostaglandin yang memperkuat sensitifitas
reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan
di area sekitar pembedahan. Penggunaan panas
dapat meningkatkan aliran darah yang dapat
mempercepat penyembuhan dan penurunan
nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
6. Relaksasi pernapasan
Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk
asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajakan pada klien bagaimana cara melakukan
pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi pernafasan juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare,
32 2002).
Pengkajian kesejahteraan janin
• Parameter subjektif pengkajian janin
1. Taksiran partus
Untuk mengetahui perkiraan persalinan dengan
menggunakan peraturan Naegele.
TP = [(HPHT + 7) – 3] + 12
2. Quickening
pergerakan pertama fetus didalam uterus. Merasakan
gerakan bayi dalam uterus. Quickening dideskripsikan
sebagai gerakan yang membuat geli, semakin
gerakannya bertambah kuat, gerkannya akan lebih
mirip seperti tendangan ringan didalam perut
3. Perhitungan gerak janin
Kita akan merasakan pergerakan bayi dalam perut ketika
kehamilan mulai memasuki usia antara 16-22 minggu.
Frekuensi gerakan bayi biasanya dipengaruhi oleh jam tidur,
suara, dan level kegiatan harian.
Langkah-langkah menghitung gerakan janin
a. hitung gerakan janin setiap hari pada waktu yang sama
b. pastikan bayi sedang bangun
c. kita dapat menghitung gerakan janin dengan posisi yang
nyaman
d. pola gerakan janin
• Parameter objektif pengkajian janin
1. Evaluasi ukuran uterus tiap kunjungan
Cara menghitung tafsiran berat janin dilakukan
dengan USG, HPHT, dan TFU(tinggi fundus
uteri).
TBJ = (TFU - 12) 155grm
2. Denyut jantung janin
Denyut jantung dasar adalah rata-rata dari denyut
jantung janin yang bervariasi 5 denyut per menit (dpm)
dalam segmen waktu 10 menit, tanpa melihat
perubahan-perubahan periodik atau episodik dan
segmen denyut jantung dasar yang >25 dpm.
Denyut jantung dasar dapat dibagi menjadi tiga:
a) Normal : 100-109 dpm
b) Bradikardia : 100-109 dpm (sedang), 180 dpm
(abnormal)
c) Takikardia : 161-180 dpm (sedang), >180 dpm
(abnormal)
3. Palpasi abdomen
untuk mengetahui pertumbuhan uterus, posisi
janin, gerakan janin, jumlah cairan ketuban,
dan perkiraan berat janin dapat dilakukan
setelah 24-28 minggu
4. Amnioskopi
untuk mendeteksi bahaya janin selama
kehamilan akhir dan awal persalinan sebelum
pecahnya ketuban.
Pelayanan kesehatan neonatal
essensial
 Penilaian awal
1. Manajemen bayi baru lahir normal
2. Manajemen bayi baru lahir asfiksia
1. Manajemen BBL Normal
Asuhan bayi baru lahir
• Jaga bayi tetap hangat
• Isap lendir dari mulut dan hidung
• Pemantauan tanda bahaya
• Perawatan tali pusar (dalam 2 menit)
• Inisiasi menyusui dini
• Injeksi vitamin K
• Beri salep mata antibiotic
• Pemeriksaan fisik
• Imunisasi hepatitis B

Anda mungkin juga menyukai