Anda di halaman 1dari 36

ARTRITIS RHEUMATOID

oleh
Arry Tri Anugrah Rulistya
Pembimbing:
dr Hascaryo Nugroho, Sp.PD
Definisi

• Artritis Reumatoid (AR)


adalah penyakit autoimun
yang etiologinya belum
diketahui dan ditandai oleh
sinovitis erosif yang
simetris dan pada
beberapa kasus disertai
keterlibatan jaringan
ekstraartikular.
• Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang
etiologinya belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis
erosif yang simetris dan pada beberapa kasus disertai
keterlibatan jaringan ekstraartikular.
• Perjalanan penyakit AR ada 3 macam yaitu monosiklik,
polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus
perjalananya kronik fluktuatif yang mengakibatkan
kerusakan sendi yang progresif, kecacatan dan bahkan
kematian dini
Etiologi

Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun,


kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks
antara faktor genetik dan lingkungan
Genetik
Usia dan jenis kelamin
Faktor Infeksi
Faktor Lingkungan
Faktor genetik

• Delapan puluh persen orang kulit putih yang menderita


rheumatoid arthritis mengekspresikan HLA-DR1 atau
HLA-DR4 pada MHC yang terdapat di permukaan sel T.
Pasien yang mengekspresikan antigen HLA-DR4 3,5 kali
lebih rentan terhadap rheumatoid arthritis.
Usia dan jenis kelamin

• Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh


wanita daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1.
Perbedaan ini diasumsikan karena pengaruh dari hormon
namun data ini masih 9 dalam penelitian. Wanita memiliki
hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem imun.
Onset rheumatoid arthritis terjadi pada orang-orang usia
sekitar 50 tahun.
Faktor Infeksi

• Virus merupakan agen yang potensial memicu


rheumatoid arthritis seperti parvovirus, rubella, EBV,
borellia burgdorferi.
Faktor Lingkungan

• Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat memicu


rheumatoid arthritis seperti merokok
Faktor Risiko

Faktor risiko dalam peningkatan terjadinya RA antara lain


Jenis kelamin perempuan
ada riwayat keluarga yang menderita RA
umur lebih tua,
paparan salisilat dan merokok.
Obesitas
Prevalensi dan Insidensi

• Di Cina, Indonesia dan Filipina prevalensinya kurang dari 0,4%


baik didaerah urban ataupun rural. Hasil survey yang dilakukan di
Jawa Tengah mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,2% di
daerah rural dan 0,3% di daerah urban. Sedangkan penelitian
yang dilakukan di Malang pada penduduk berusia diatas 40 tahun
mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,5% didaerah kotamadya
dan 0,6% didaerah kabupaten (Riskesdas, 2013)
Klasifikasi Rheumatoid Arthritis
• Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

– Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

– Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

– Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.


– Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Patofisiologi

• Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzimenzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan
turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot

• Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan
tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya
tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus.
Patogenesis
• Antigen (bakteri, mikroplasma atau virus) menginfeksi sendi akibatnya terjadi kerusakan
lapisan sendi yaitu pada membran sinovial dan terjadi peradangan yang berlangsung
terusmenerus. Peradangan ini akan menyebar ke tulang rawan, kapsul fibroma sendi,
ligamen dan tendon. Kemudian terjadi penimbunan sel darah putih dan pembentukan pada
jaringan parut sehingga membran sinovium menjadi hipertrofi dan menebal. Terjadinya
hipertrofi dan penebalan ini menyebabkan aliran darah yang masuk ke dalam sendi menjadi
terhambat. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan
sendi), nyeri hebat dan deformitas.
Manifestasi klinis
• Manifestasi klinis dari rheumatopid arthritis terbagi menjadi 2, gejala awal dan gejala spesifik : Gejala
awal:

• Nyeri samar dengan penampilan bertahap tanpa gejala klasik (pembengkakan sendi atau nyeri tekan).
• Morning stiffness
• Artralgia yang bersifat simetris

• Rasa nyeri pada persendian berupa pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan
gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku
pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit
Manifestasi Klinik
Nyeri dan bengkak pada sendi saat
digerakkan adalah gejala klinik yang
paling sering.

Morning stiffness ≥1 hr

 MCP and PIP joints of hands & MTP of feet 90%


 Knees, ankles & wrists- 80%
 Shoulders- 60%
 Elbows- 50%
 TM, Acromio - clavicular & SC joints- 30%
PIP Swelling

Pembengkakan terbatas pada area kapsul sendi


Penebalan sinovial terasa seperti spons yang keras
Ulnar Deviation, MCP Swelling,
Left Wrist Swelling
Extra-articular manifestations
 Hadir dalam 30-40%

 Mungkin terjadi sebelum arthritis

Pada Pasien mungkin di dapati:

 Titer tinggi RF / anti-CCP

 HLA DR4 +

 Pria

 Kecacatan awal onset

 Riwayat Merokok
Extraarticular Involvement
 Constitutional symptoms ( paling sering)
 Rheumatoid nodules(30%)
 Hematological-
 normocytic normochromic anemia
 leucocytosis /leucopenia
 thrombocytosis

 Felty’s syndrome-
 Chronic nodular Rheumatoid Arthritis
 Spleenomegaly
 Neutropenia
 Respiratory- pleural effusion, pneumonitis , pleuro-
pulmonary nodules, ILD
 CVS-asymptomatic pericarditis , pericardial effusion,
cardiomyopathy
 Rheumatoid vasculitis- mononeuritis multiplex, cutaneous
ulceration, digital gangrene, visceral infarction
 CNS- peripheral neuropathy, cord-compression from
atlantoaxial/midcervical spine subluxation, entrapment
neuropathies
 EYE- kerato-conjunctivitis sicca, episcleritis, scleritis
Rheumatoid nodule
•Ini adalah nodul subkutan kecil yang ada
pada permukaan ekstensor tangan,
pergelangan tangan, siku dan punggung
pasien rheumatoid arthritis.

•Karakteristik rheumatoid arthritis

•Penanda aktivitas penyakit

•Bisa hadir meski gejala Rheumatoid


Arthritis lainnya tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
 CBC- TLC, DLC, Hb, ESR & GBP

 Acute phase reactants

 Rheumatoid Factor (RF)

 Anti- CCP antibodies


Rematoid Factor
 Antibodies that recognize Fc  Rheumatoid arthritis
portion of IgG  Sjogrens syndrome
 Vasculitis such as polyarteritis nodosa
 Can be IgM , IgG , IgA  Sarcoidosis
 Systemic lupus erythematosus
 85% of patients with RA over the  Cryoglobulinemia
first 2 years become RF+  Chronic liver disease
 Infections- tuberculosis , bacterial
• A negative RF may be repeated 4- endocarditis, infectious mononucleosis,
leprosy, syphilis, leishmaniasis.
6 monthly for the first two year of  Malignancies
disease, since some patients may  Old age(5% women aged above 60)

take 18-24 months to become


seropositive.
Radiographic Features

 Peri-articular osteopenia
 Uniform symmetric joint space narrowing
 Marginal subchondral erosions
 Joint Subluxations
 Joint destruction
 Collapse
 Ultrasound detects early soft tissue lesions.
 MRI has greatest sensitivity to detect synovitis and
marrow changes.
Saat ini diagnosis AR di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut
American College of Rheumatology/European League Against Rheumatism 2010,
yaitu :
Penatalaksanaan

 NSAIDS
 Steroids
 DMARDs
 Immunosuppressive therapy
 Surgery
Antiinflamasi non-steroid (NSAID)

• Mengurangi rasa sakit dan pembengkakan dengan


menghambat COX

• Penggunaan kronis harus diminimalkan.

• Efek samping yang paling umum terkait dengan saluran


pencernaan.
 Kortikosteroid, baik sistemik maupun intra-artikular
merupakan tambahan penting dalam pengelolaan RA.
Indikasi untuk steroid sistemik adalah: -
 Untuk pengobatan flare rheumatoid.

 Untuk RA ekstra artikuler seperti vaskulitis rheumatoid


dan penyakit paru interstisial.
 Sebagai bridge theraphy selama 6-8 minggu sebelum
tindakan DMARD dimulai.
 Dosis pemeliharaan 10mg atau kurang predinisolon
setiap hari pada pasien dengan RA aktif.
 Terkadang kehamilan saat DMARD lainnya tidak bisa
digunakan.
Immunosuppresive therapy
Agent Usual dose/route Side effects

Azathioprine 50-150 mg orally GI side effects , myelosuppression,


infection,

Cyclosporin A 3-5 mg/kg/day Nephrotoxic , hypertension ,


hyperkalemia

Cyclophosphamide 50 -150 mg orally Myelosuppression , gonadal toxicity


,hemorrhagic cystitis , bladder
cancer
Non Medika Mentosa
Edukasi
• Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid adalah
memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada
pasien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan pasien.
Non Medika Mentosa
• Rehabilitasi

• Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien AR


dengan cara :
• Mengurangi rasa nyeri
• Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
• Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
• Mencegah terjadinya deformitas
• Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
• Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
Non Medika Mentosa
• Fisioterapi / latihan

• Disamping itu latihan - latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktif
• dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya dilakukan sedikitnya dua kali sehari. Obat-
obatan penghilang nyeri mungkin perlu diberikan sebelum latihan. Latihan ini dilakukan sebagai
pencegahan terhadap cacat yang lebih lanjut dan bila sudah terjadi cacat, dicoba dilakukan rehabilitasi
bila masih memungkinkan. Di samping bentuk latihan, sering pula diperlukan alat bantu. Oleh sebab
itu, pada pengobatan fisioterapi tercakup pengertian tentang rehabilitasi termasuk :

• Pemakaian alat bidai, tongkat, tongkat penyangga, walking machine, kursi roda, sepatu dan alat ortotik
lainnya
• Mekanoterapi yaitu alat mekanik untuk latihan
• Pemanasan baik hidroterapi maupun elektroterapi
• Occupational therapy
• KESIMPULAN

• Artritis Reumatoid adalah salah satu penyakit reumatik akibat proses autoimun yang memerlukan
perhatian khusus dalam pengelolaannya karena sering menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian
dini sehingga akan menimbulkan dampak yang cukup serius.

• Arthritis Reumatoid merupakan penyakit inflamasi sendi kronik yang sering mengakibatkan kerusakan
sendi dan kecacatan. Kerusakan sendi dan kecacatan akibat AR ini dapat dicegah dengan pengobatan
yang tepat dan dilakukan pada masa awal perjalanan penyakit AR. Sehingga diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat merupakan kunci dalam keberhasilan pengelolaan AR.

Anda mungkin juga menyukai