Anda di halaman 1dari 40

PERIODIK PARALISIS

HIPOKALEMIA

Oleh:
Ni Kadek Erna Mahyuni (16710043)
Pembimbing:
dr. Aziz Abdullah, Sp.s
DEFINISI

Paralisis periodik→ kelemahan otot kerangka episodik, pendek, dan


dengan atau tanpa myotonia tapi tanpa defisit sensorik dan tanpa
kehilangan kesadaran.
Pada paralisis periodik terdapat serangan kelemahan flaksid yang hilang
timbul , dapat bersifat setempat maupun menyeluruh.
Penderita mengalami kelemahan bagian proksimal ekstremitas yang cepat
dan progresif tapi otot-otot kranial dan pernafasan biasanya terhindar dari
kelemahan
ETIOLOGI
Hipokalemia periodik paralisis→ genetik otosomal dominan
Faktor pencetus tertentu :
• makanan dengan kadar karbohidrat tinggi
• istirahat sesudah latihan fisik
• perjalanan jauh
• pemberian obat tertentu
• konsumsi alkohol
KLASIFIKASI
PRIMER SEKUNDER
PP Hipokalemi PP Hiperkalemi PP Normokalemi PP Hipokalemi PP Hiperkalemi
KLASIFIKASI
PRIMER SEKUNDER
PP Hipokalemi PP Hiperkalemi PP Normokalemi PP Hipokalemi PP Hiperkalemi

• Kelemahan otot akut karena hipokalemia yang terjadi secara episodik.


sifat intermiten, gradual, biasanya pada ekstremitas bawah, dapat
unilateral atau bilateral, disertai nyeri di awal serangan.
• Terapi : kalium dan mengobati penyakit dasarnya.
• Kadar kalium yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan,
disertai riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal
• Kadar kalium biasanya dalam batas normal diluar serangan.
• Serangan hanya sekali atau berkali-kali (berulang) dengan interval waktu
serangan juga bervariasi.
KLASIFIKASI
PRIMER SEKUNDER
PP Hipokalemi PP Hiperkalemi PP Normokalemi PP Hipokalemi PP Hiperkalemi

• Terdapat faktor pencetus terjadinya paralisis periodik hiperkalemik


• Sebelum timbul kelemahan biasanya terdapat rasa kaku dan kesemutan
pada kedua tungkai.
• Sering terdapat miotonia pada otot mata, wajah, lidah dan faring.
• Pada saat serangan didapatkan tonus dan refleks fisiologis yang menurun
dan tanda Chovstek yang positif.
KLASIFIKASI
PRIMER SEKUNDER
PP Hipokalemi PP Hiperkalemi PP Normokalemi PP Hipokalemi PP Hiperkalemi

• Jenis ini paling jarang ditemui.


• Serangan lebih berat dan lebih lama daripada paralisis periodik
hiperkalemia.
• Serangan dapat ditimbulkan oleh pemberian KCl dan dapat dihentikan
dengan pemberian NaCl.
KLASIFIKASI
PRIMER SEKUNDER
Periodic paralisis hiperkalemi Periodic paralisis hipokalemi

Onset Dekade pertama Decade kedua


Pemicu Istirahat sehabis latihan, dingin, puasa, makanan kaya kalium Istirahat sehabis latihan, kelebihan karbohidrat

Waktu serangan Kapan pun Pada saat bangun tidur pagi hari

Durasi serangan Beberapa menit sampai beberapa jam Beberapa jam sampai beberapa hari

Keparahan Ringan sampai sedang, fokal Sedang sampai berat


serangan
Gejala tambahan Miotonia atau paramiotonia -

Kalium serum Biasanya tinggi, bisa normal Rendah

Gen/ ion channel SCN4A: Nav1.4 (sodium channel subunit CACNA1S: Cav1.1 (calcium channel subunit)
KCNJ2: Kir2.1 (pottasium channel subunit) SCN4A: Nav1.4 (sodium channel subunit)
KCNJ2: Kir2.1 (pottasium channel subunit)
KLASIFIKASI
PRIMER SEKUNDER
PP Hipokalemi PP Hiperkalemi PP Normokalemi PP Hipokalemi PP Hiperkalemi

• Tirotoksikosis
• Thiazide atau loop-diuretic induced
• Nefropati yang menyebabkan kehilangan kalium
• Drug-induced : gentamicin, carbenicillin, amphotericin-B, turunan tetrasiklin, vitamin B12 ,
alkohol, carbenoxolone
• Hiperaldosteron primer atau sekunder
• Keracunan akut akibat menelan barium karbonat sebagai rodentisida
• Gastro-intestinal potassium loss
KLASIFIKASI
PRIMER SEKUNDER
PP Hipokalemi PP Hiperkalemi PP Normokalemi PP Hipokalemi PP Hiperkalemi

• Gagal ginjal kronis


• Terapi ACE-inhibitor dosis tinggi, atau nefropati diabetik lanjut
• Potassium supplements jika digunakan bersama potassium sparing diuretics
(spironolactone, triamterene, amiloride) dan atau ACE-inhibitors
• Andersen’s cardiodysrhythmic syndrome
• Paramyotonia congenita-periodic paralysis terjadi spontan atau dipicu oleh
paparan suhu dingin
PATOFISIOLOGI
Mutasi gen

Kegagalan otot
rangka dalam
menjaga resting
potensial

Kelemahan otot
Gejala Klinis

1. Kelemahan pada otot 6. Kelumpuhan atau rabdomiolisis (


jika penururnan K amat berat)
2. Perasaan lelah
7. Gangguan toleransi glukosa
3. Nyeri otot
8. Gangguan metabolism protein
4. Restless legs syndrome
9. Poliuria dan polidipsi
5. Tekanan darah dapat
meningkat 10. Alkalosismetabolik

Gejala klinis nomer 1,2,3,4 di atas gejala pada otot jika kadar
kalium dalam darah kurang dari 3 mEq/ltr
DIAGNOSIS
• kelemahan otot akut yang bersifat intermiten, gradual,
biasanya pada ekstremitas bawah, dapat unilateral atau
Anamnesa bilateral, disertai nyeri di awal serangan,sering terjadi
saat malam hari atau saat bangun dari tidur

Pemeriksaan • Kekuatan otot menurun saat serangan


Fisik • Kekuatan otot normal bila tidak serangan

Pemeriksaan • kadar kalium rendah(kurang dari 3.5 mmol/L)


penunjang
DIAGNOSIS BANDING
Periodic paralisis hipokalemia Periodik Paralisis Hiperkalemia Gullian Barre Syndrome
Pasien bangun dengan kelemahan Gejala lebih ringan.Serangan lebih kelumpuhan akut yang disertai hilangnya
simetris berat, sering dengan
sering terjadi pada siang hari dan refleks-refleks tendon dan didahului
keterlibatan batang tubuh. Serangan
ringan bisa sering dan hanya biasanya terjadi waktu istirahat parestesi dua atau tiga minggu setelah
melibatkan suatu kelompok otot mengalami demam disertai disosiasi
penting, dan bisa unilateral, parsial
sitoalbumin pada likuor dan gangguan
sensorik dan motorik perifer

Dursi bervariasi dari beberapa jam Biasanya kurang dari 1 jam kelemahan pada anggota gerak dalam 1
sampai hampir 8 hari tetapi jarang
sampai 2 minggu atau bisa lebih lama.
lebih dari 72 jam.
kadar kalium darah rendah [kurang kadar kalium darah tinggi /normal meningkatnya jumlah protein (100-1000
dari 3,5 mmol/L (0,9–3,0 mmol/L) ]
mg/dL) dalam CSS
pada waktu serangan
PENATALAKSANAAN

Pemberian rutin kalium chlorida (KCL) 5 hingga 10 g per hari secara oral
Kejadian akut atau berat, KCL dapat diberikan melalui intravena dengan
dosis inisial 0,05 hingga 0,1 mEq/KgBB dalam bolus pelan, diikuti dengan
pemberian KCL dalam 5% manitol dengan dosis 20 hingga 40 mEq
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
• Nama/ Jenis Kelamin : Tn.AT / L
• No.Medrec : 00-34-51-56
• Tempat/Tgl lahir : Mojokerto / 1 Januari 1990
• Umur : 27 Tahun
• Agama : Islam
• Alamat :Dandang Asri 27/8 Glanggang- Beji-Pasuruan
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Tanggal masuk : 23 Oktober 2017
• Tanggal Pemeriksaan : 24 Oktober 2017
ANAMNESIS

• Keluhan Utama
• Kedua tungkai kaki lemas
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke IGD RSUD Bangil dengan keluhan kaki terasa lemas. Pasien
merasakan kaki nya terasa lemas saat pasien baru bangun tidur, 1 hari sebelumnya (
22 Oktober 2017 ) pasien sempat berolahraga sepak bola dan push up. Tanggal 23
Oktober 2017 pasien datang ke IGD dengan keluhan kedua kaki terasa lemas, susah
digerakkan dan tidak bisa berjalan. Pasien dibawa dalam keadaan sadar, pelo (-),
trauma (-), pusing (-), sakit kepala (-), muntah (-).
ANAMNESIS
• Riwayat Penyakit Dahulu • Riwayat Penyakit Keluarga
• Pasien sering kram di kedua kaki, terakhir • Tidak ada keluarga pasien yang sakit
hari rabu tanggal 18 Oktober 2017 ( 4 hari seperti ini
sebelumnya ).
• Riwayat penyakit Hipertensi (-)
• Riwayat penyakit Hipertensi (-)

• Riwayat penyakit Diabetes Melitus (-)


• Riwayat penyakit Diabetes Melitus (-)
• Riwayat penyakit Stroke (-) • Riwayat penyakit kolesterol (-)
• Riwayat penyakit kolesterol disangkal (-) • Riwayat penyakit Stroke (-)
• Riwayat penyakit Epilepsi (-) • Riwayat penyakit Epilepsi (-)
ANAMNESIS
• Riwayat Pengobatan
• Pasien sebelumnya tidak pernah berobat
• Riwayat Alergi
• Tidak ada riwayat alergi obat / makanan
• Riwayat Psikososial
• Pasien tinggal bersama istrinya dan seorang anaknya. Pasien bekerja di
pabrik. Pasien tidak merokok dan sering olahraga.
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala :
Vital sign • Bentuk : Bulat
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 456 • Mata : DBN
Tensi
Nadi
: 130/80 mmHg
: 88x/menit
• Sklera : Ikterus (-/-)
Suhu : 36,9°C axilar • Konjunctiva : Anemis (-/-)
RR : 20 x/mnt
• Telinga/Hidung : Dyspneu (-)
• Mulut : Sianosis (-)
PEMERIKSAAN FISIK

• Leher
• Thoraks
Jantung :
• Bendungan vena : Tidak • Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
didapatkan peningkatan, bruit • Palpasi : Thrill tidak teraba
A.Karotis (-)
• Perkusi : Batas jantung normal
• Deviasi Trakea :- • Auskultasi : Bunyi jantung S1, S2 Tunggal reguler
• Kelenjar getah bening : Paru-Paru :
Tidak teraba/tidak ditemukan • Inspeksi : Gerak nafas simetris
pembesaran • Palpasi: Gerakan nafas simetris

• Nyeri Telan :- • Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru


• Auskultasi : Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen • Ekstremitas
• Flat, Soefl, Bising usus + (Normal) Superior Inferior

• Hepar : Tidak ditemukan • Akral hangat +/+ +/+


pembesaran • Edema -/- -/-
• Limpa : Tidak ditemukan • Pucat -/- -/-
pembesaran • CRT <2detik <2detik
STATUS NEUROLOGIS
Keadaan Umum
Kepala
Kesadaran
• Kwalitatif : Kompos Mentis
• Asimetris :-
• Kwantitatif : (456) • Sikap paksa :-
Pembicaraan • Tortikolis :-
• Disatria :- Muka
• Afasia motorik :- • Mask :-
• Afasia sensorik :-
• Full Moon :-
STATUS NEUROLOGIS
Pemeriksaan Khusus
Saraf Otak
• Rangsangan Selaput otak N.I ( Olfaktorius)
• Kaku kuduk :-
• Anosmia : Tidak dievaluasi
• Kernig :-
• Hiposmia : Tidak dievaluasi
• Brudzinski I :-
• Parosmia : Tidak dievaluasi
• Brudzinski II :-
N.II ( Optikus D/S )
• Brudzinski III :-
• Visus : Tidak dievaluasi
• Brudzinski IV :-
• Melihat warna : DBN
• Laseque test :-
• Funduskopi : Tidak dievaluasi
STATUS NEUROLOGIS
Kanan Kiri
Kedudukan Bola Mata DBN DBN
Gerak Bola Mata DBN DBN
- Ke Lateral DBN DBN
•N. III, IV, VI - Ke Medial DBN DBN

( Okulomotorius, - Ke Nasal Inferior DBN DBN


- Ke Nasal Superior DBN DBN
Thoklearis, Abdusens )
- Ke Lateral Atas DBN DBN
- Ke Lateral Bawah DBN DBN
Eksophtalmus - -
Celah mata (ptosis) - -
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Lebar 3 mm 3 mm
- Perbedaan Lebar - -
- Refleks Cahaya Langsung Positif Positif
STATUS NEUROLOGIS
N. V ( Trigeminus )
• Cabang motorik • Cabang sensorik
Kanan Kiri Respon

I (Jaw reflex)
Otot Masseter DBN
DBN DBN
II (Head retraction reflex)
Tidak dievaluasi
Otot Temporal
DBN DBN
III (Nasal)
DBN
Otot
DBN DBN Reflek kornea langsung
Pterygoideus (+)
STATUS NEUROLOGIS
• N. VII ( Facialis )
Kanan Kiri
Waktu Diam
- Mengerutkan Dahi Simetris Simetris
- Tinggi Alis Simetris Simetris
- Sudut Mata Simetris Simetris
- Lipatan Nasolabial Simetris Simetris
Waktu Gerak
Simetris
- Mengerutkan dahi Simetris
Simetris
- Menutup mata Simetris
Simetris
- Mencucu-bersiul Simetris
Simetris
- Memperlihatkan gigi Simetris
Tidak di Evaluasi
- Sekresi air mata Tidak di Evaluasi
STATUS NEUROLOGIS
N. IX, X ( Glosofaringeus dan Vagus )
N.VIII ( Vestibulochoclearis )
• Bagian motorik
Vestibular (Kanan Kiri) • Suara biasa/ parau/ tak bersuara: Biasa
• Vertigo : Tidak dievaluasi • Kedudukan arcus pharynx : DBN
• Nistagmus : Tidak dievaluasi • Kedudukan uvula : DBN
• Tinnitus aureum : Tidak dievaluasi • Pergerakan arcus pharynx/ uvula : DBN
Cochlear (Kanan Kiri) • Menelan : DBN
Bagian sensorik (pengecapan belakang lidah)
• Weber : Tidak dievaluasi
• Refleks muntah : TDE
• Rinne : Tidak dievaluasi • Refleks pallatum molle : TDE
• Schwabach : Tidak dievaluasi
STATUS NEUROLOGIS
N. XI ( Aksesoris )
• Mengangkat bahu : DBN • Kekuatan otot : 5 5
• Memalingkan kepala : DBN
2 2
N. XII ( Hipoglosus )
• Kedudukan lidah : DBN • Refleks Fisiologis
• Motorik: • BPR : +2/+2 - KPR : +2/+2
Inspeksi : atrofi (-),gerakan involunter(-),
rigiditas (-)
• TPR : +2/+2 - APR : +2/+2
Tonus otot: N N
↓ ↓
STATUS NEUROLOGIS

Refleks Patologis
• Babinsky : -/- • Stransky : -/-
• Chaddock : -/- • Mendel bechtrew : -/-
• Oppenheim : -/- • Rosolimo : -/-
• Gordon :-/- • Hoffman : -/-
• Gonda : -/- • Tromner : -/-
• Schaffer : -/-
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Leukosit (WBC) 7,66 3,70-10,1
Hemoglobin (HGB) 15,50 12,0-16,0
Hematokrit (HCT) 45,20 38-47
Trombosit (PLT) 238 155-366
MCV 77,00 81,1-96,0
MCH 26,40 27,0-31,2
MCHC 34,30 31,8-35,4
BUN 14 7,8-20,23
Uric-acid 7,95 3,6-8,2
Gula Darah acak 166 <200
Natrium (Na) 144,90 135-147
Kalium (K) 2,32 3,5-5
Klorida (Cl) 107,20 95-105
Kalsium Ion 1,246 1,16-1,32
DIAGNOSA
• Diagnosa Klinis : Paraparese LMN
• Diagnosa Topis : Membran Otot
Rangka
Penatalaksanaan :
• Diagnosa Etiologi : Periodik Inf KN2 2 fl/hari
Paralisis et causa hipokalemia.
Inj kalmeco 2x500mg
Diagnosa Banding Drip KCl 50 meq dalam
• Periodic paralisis hyperkalemia 1000cc PZ/ 24 jam
• Gullian bare syndrome
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
24/10/2 Kelemahan pada GCS : 456 Periodik paralisis Inf KN2 2 fl/hari
017 kedua kaki sejak 1 TD : 130/90
hari yang lalu N : 82x/menit hipokalemi
Inj kalmeco 2x500mg
RR: 19x/menit
S : 36,7 Drip KCl 50 meqdalam 1000cc PZ/ 24
Motorik
jam
5 5
3 3 Cek SE 3-4 jam post koreksi
Kalium : 3,06 mmol/L
25/10/2 Kelemahan pada GCS : 456 Periodic paralisis KRS
017 kedua kaki (-) TD : 120/80
N : 80x/menit hipokalemi Po : KSR 3x1tab
RR: 21x/menit
S : 36,6
Motorik
5 5
4 4
PEMBAHASAN

• Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien ke IGD RSUD Bangil dengan


keluhan kaki terasa lemas. Pasien merasakan kaki nya terasa lemas saat
pasien baru bangun tidur, 1 hari sebelumnya ( 22 Oktober 2017 ) pasien
sempat berolahraga sepak bola dan push up. Tanggal 23 Oktober 2017
pasien datang ke IGD dengan keluhan kedua kaki terasa lemas, susah
digerakkan dan tidak bisa berjalan. Pasien dibawa dalam keadaan sadar,
pelo (-), trauma (-), pusing (-), sakit kepala (-), muntah (-). Pasien
mengatakan sering mengalami kram pada kakinya, terakhir hari rabu ( 7 hari
yang lalu ). Pasien belum sempat berobat sebelum dibawa ke RS.
PEMBAHASAN

• Pemeriksaan fisik kekuatan motorik ekstremitas inferior pasien


mengalami kelemahan, kemudian hasil pemeriksaan lab serum
elektrolit menunjukkan keadaan hypokalemia (2,32), fungsi ginjal
dan gula darah dalam batas normal.
PEMBAHASAN

• Pasien di berikan INF KN2 yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan


kalium dan juga menjaga kadar elektrolit dalam darah . Drip KCl 50 meq
dalam 1000 cc PZ/24 jam karena pasien mengalami hipokalemia berat.
Kalmeco mengandung mecobalamin sebagai terapi neuropati perifer serta
diberi KSR pada saat pulang berfungsi sebagai diuretik hemat kalium .
Sehingga di harapkan tubuh dapat meningkatkan kadar kalium di darah dan
menghilangkan dampak dari hipokalium.
KESIMPULAN

Pada paralisis periodik terdapat serangan kelemahan flaksid yang


hilang timbul , dapat bersifat setempat maupun menyeluruh. Pasien
akan mengalami kelemahan progresif dari anggota gerak baik
tungkai maupun lengan tanpa adanya gangguan sensoris yang
diikuti oleh suatu keadaan hipokalemia pada periodic paralisis
hipokalemi.
KESIMPULAN

• Gangguan ini secara konvensional dibagi menjadi paralisis periodik


primer atau familial dan paralisis periodik sekunder. Kalium memiliki
fungsi mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh dan
menghantarkan aliran saraf di otot
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai