251935610
251935610
-Prognosis
Informed Rekam
Consent Medis
Instrumentarium
Alat-alat utk menjahit jarum & benang
Pisau bedah/ scalpel
Alat utk membor
Raspatorium/ elevator periosteal
Gunting
Retaktor
Bite Blocks and Mouth Props
Electrosurgical Unit
Tersedia dlm berbagai macam ukuran
dan jenis
Secara umum dibagi atas 2 jenis :
Resorbable Sutures
Nonresorbable Sutures.
Diresorbsi dlm beberapa waktu, seiring dgn
penyembuhan luka: 8-30 hari tergantung
bahan yg dipakai
Benang terbuat dari hewan atau sintetik
Tdk diresorbsi oleh tubuh
Harus diangkat setelah 7 hari penjahitan
HISTOLOGI SITOLOGI
perubahan histologi
perubahan struktur
jaringan lesi
biopsi u/ memastikan
D/ sementara
Guna biopsi:
◦ Diagnosis lesi neoplasma
◦ memeriksa lesi spesifik, proses
granulomatosa, penyakit
metabolik ttt, kelainan darah
◦ gangguan pertumbuhan
◦ u/ menentukan tindakan yang
akan dilakukan pd penyakit ttt
◦ evalusi kemajuan hasil pengobatan
Jenis biopsi yang paling sering:
◦ sitologi
◦ aspirasi
◦ insisi
◦ eksisi
◦ cakot (punch biopsy)
◦ drill biopsy
Biopsi insisi:
◦ suatu prosedur biopsi u/ m’ambil sebagian contoh
spesimen yg mewakili jar lesi.
◦ Jika lesi luas, contoh spesimen hrs diambil lebih dr satu
area.
◦ Indikasi: u/ lesi pd area yg tampak sulit diambil scr
keseluruhan k/ besarnya ukuran/lesi pd tempat yg
berisiko, serta adanya kecurigaan pd keganasan.
◦ Prinsip2:
sebaiknya dilakukan pd daerah yg dianggap mewakili lesi
scr keseluruhan.
Daerah menunjukkan perubahan jar yg komplit. Jgn
mengambil jar nekrotik.
Bhn biopsi diambil dr tepi lesi dan jar normal
diikutsertakan.
Biopsi eksisi:
◦ dilakukan dg mengambil lesi scr keseluruhan bersamaan dg
dilakukannya prosedur bedah.
◦ Jar normal disekelilingnya hrs dieksisi u/ memastikan eksisi
telah dilakukan scr total.
◦ Dpt berguna dlm menentukan pengobatan definitif
◦ Indikasi:
dilakukan pd lesi kecil (<1cm), yg pd pemeriksaan klinis tampak
jinak.
◦ Prinsip:
eksisi mengikutsertakan seluruh lesi bersama jar sekitarnya yg
kelihatan normal sepanjang 2-3 mm.
Anestesi:
◦ Diusahakan mengunakan anestesi lokal
◦ Cairan tdk di suntikkan diantara jar yg akan
diambildistorsi artifaktual spesimen.
◦ Jika blok anestesi tdk memungkinkan infiltrasi dg jrk
1 cm dr lesi.
Stabilisasi Jaringan
◦ Biopsi dlm mulut sering dilakukan pd daerah yg
bergerak ( bibir, palatum mole, lidah).
◦ Bibir menempatkan 2 jari tangan asisten u/ menahan
kedua sisi dr area biopsi membantu hemostasis k/
adanya tekanan pd arteri labial.
◦ Lidah diikat dg benang kemudian diretraksi
Hemostasis
◦ Penggunaan suction sedpt mungkin dihindari
teraspirasi spesimen & merusak tekstur
◦ Perdarahan ditekan dg tampon
Insisi
◦ Harus menggunakan scalpel yg tajam
◦ Tdk dianjurkan menggunakan elektrosurgical
destruksi pd bts jar yg diinsisi & m’ubah bentuk
spesimen
◦ Lakukan 2 insisi bentuk elips pd permukaan & bertemu
membentuk huruf V pd dsr lesi spesimen yg bagus &
meninggalkan bekas luka yg mdh menutup.
◦ Harus memberikan bhn yg cukup u/ evaluasi
histopatologi.
◦ Diusahakan menghindari jalan saraf, arteri & vena
kemungkinan trauma.
◦ Jaringan normal diikutsertakan kira2 2-3 mm diskt lesi
(jika tampak jinak), 5 mm (jika tampak ganas).
◦ Insisi dilakukan lebih dr 1 jika lesi memiliki karakteristik
berbeda
Penanganan Jaringan
◦ Penanganan yg tdk baik spesimen hancur menunda
D/ definitifterapi tertundapengulangan biopsi
SPECIMEN CARE
Immediately placed in 10 % formalin
solution.
One bottle per specimen, DO NOT MIX
SPECIMENS
Penutupan luka
◦ luka dpt ditutup scr primer.
Lembar data biopsi
◦ dicantumkan label & identifikasi & data demografi
pasien dlm lembar biopsi.
◦ Sampaikan semua yg berhub dg riwayat & gambaran
klinis lesi
Insisi Abses
TEETH PERIAPICAL
PERIODONTAL
ABSCESS
TOOTH
INFECTIONS
PRIMER SECUNDER
Infratemporal & deep Upper Molar superficial temporal, inferior petrosal sinus
temporal
Lateral pharyngeal Lower third Molar, tonsils, Pterygomandibula, submandibular, sublingual, peritonsilar,
infection in neighboring retropharyngeal
spaces
infraorbital Upper canine Buccal
ETIOLOGI Odontogenic
Infections
Streptococcus sterptococcus
staphylococcus peptostreptococcus
bacteriodes
fusobacterium spp
PRINSIP PENANGANAN INFEKSI :
Penilaian berat ringannya infeksi
Evaluasi pertahanan tubuh penderita
Evaluasi kebutuhan perawatan bersama
Intervensi bedah
Terapi suportif
Pemilihan AB
Evaluasi & monitor
Drainage
Therapy of
Odontogenic
infections
Remove the
antibiotic etiology
way out of pus &bacterial
accumulation
decreased surface
tension
reduced the pain
• Penicillin
• Erythromycin
• Clindamycin
• Cefadroxil
• Cephalosporin
• Metronidazole
• Tetracycline
Diagrammatic illustrations showing the
incision
of an intraoral abscess and the placement
of a hemostat to facilitate the drainage of
pus
Diagrammatic illustrations showing the
placement of a rubber drain in the cavity and
stabilization with a suture on one lip of the
incision
Odontektomi Sederhana
Impaksi, kasus paling sering ditemukan
M3 plg sering krn gigi terakhir & tdk ada
tempat
Menimbulkan kelainan/ komplikasi pd
orofasial
Disebabkan oleh faktor lokal ataupun
sistemik
Perlu diangkat utk menghilangkan kelainan
dan mencegah terjadinya kelainan lebih lanjut
Diperlukan tehnik dan ketrampilan ttt,
dilakukan secara bedah
Klasifikasi molar 3 RB impaksi didasarkan atas :
Hub gigi (distal M2) dgn tepi ramus
mandibula : Pell & Gregory
Kedalaman Molar didalam tulang
Angulasi (posisi aksis M3 terhadap M2) :
George Winter
Kelas I :
ruang ant ramus
mandibula &
permukaan distal M2
RB cukup bagi uk
mesio-distal M3 RB
Kelas II :
ruang ant ramus
mandibula &
permukaan distal M2
RB kurang bagi uk
mesio-distal M3 RB
Kelas III :
Semua/ sebagian
besar M3 RB berada
didalam ramus
mandibula
Posisi A :
Bagian tertinggi M3 RB
terletak setinggi/
diatas grs oklusal M2
RB
Posisi B :
Bagian tertinggi M3 RB
terletak dibwh grs
oklusal tp diatas grs
servikal M2 RB
Posisi C :
Bagian tertinggi M3 RB
terletak dibwh grs
sevikal M2 RB
Vertikal
Mesioangular
Horizontal
Disto-angular
Buko-angular
Linguo-angular
Inverted
Unusual potition
Berdasarkan keadaan erupsi :
Erupsi penuh
Erupsi sebahagian
Tidak erupsi sama sekali
Di bawah mukosa
Imbeded (tertanam) dalam tulang
Karies : M2 da M3
Inflamasi : infeksi periapikal, perikoronal dan
periodontal
Resorpsi gigi tetangga/ tulang sekitar
Kista (folikuler)/ tumor
Rasa sakit neuralgia
Fraktur rahang
Komplikasi lain : tinnitus aurium, otitis,
kelainan mata (kabur, kebutaan, iritis), sakit
menelan
Hipersementosis
Tingkat kepadatan tulang : tu.orangtua
Bidang operasi sulit : kecilnya rongga mulut,
ketidakmampuan buka mulut lebar,
makroglosia
Ankilosis gigi
Berdekatan atau menyentuh struktur vital :
sinus maksilaris, pembuluh darah, syaraf
I. PEMERIKSAAN
II. PROSEDUR
III. PERAWATAN POST OPERASI
TEHNIK PENGAMBILAN :
Pengambilan secara intoto/split bone (dalam keadaan
utuh)
Yaitu dengan cara membuang tulang yang
menghalanginya. Cara ini membutuhkan
pengambilan tulang yang lebih banyak dan
menimbulkan trauma yang lebih besar.
Pengambilan secara Inseparasi/ tooth division
Yaitu gigi yang terpendam dibelah dan dikeluarkan
sebagian-sebagian. Disini kita menseparasi gigi,
misalnya kita pisahkan korona dari akar. Kalau akar
lebih dari satu, maka dipisahkan dan akar yang telah
dipisah tersebut diambil satu-persatu. Tujuannya
memperkecil pembuangan tulang yg berlebihan.
PROSEDUR OPERASI
A. Anastesi lokal
B. Pembuatan flap/ insisi
C. Pengambilan tulang
D. Pemotongan & Pengambilan gigi
E. Pembersihan luka
F. Penutupan luka
Blok maksila atau mandibula
Inflitrasi supraperiosteal, perisemental
Syarat-syarat flap:
Insisi terletak pada jaringan yang sehat
Harus membuka daerah operasi yang jelas
Mempunyai dasar atau basis cukup lebar
sehingga pengaliran darah ke flap cukup
baik.
Utk RB, umunya insisi dpt berbentuk :
Triangular :
Insisi dimulai dari anterior ramus mandibula
hingga ke distal M2, kemudian dibuat insisi
miring ke arah bawah depan hingga ke
vestibulum
Agar lapang pandang operasi lebih baik,
insisi dpt diperlebar hingga ke M1
Biasanya utk gigi impaksi yg dalam
Horizontal (envelope) flap:
Insisi dimulai dari anterior border dari ramus
berjalan ke distal M2, diteruskan sepanjang
garis vertikal hingga ke M1/M2
Biasa digunakan utk gigi impaksi yg dekat
permukaan
Bila gigi terpendam seluruhnya dilapisi
tulang, maka tulang dapat dibuang dengan
bor atau pahat pd daerah distal, mesial atau
oklusal. Bor yang dipakai adalah bor yang
bulat dan tajam. Sambil membor kita irigasi
gunanya untuk mengurangi panas yang
timbul waktu mengebor, supaya tidak terjadi
nekrose tulang.
Setelah pengambilan tulang cukup, maka kita
coba mencongkel gigi keluar. Tulang bagian
lingual tidak diambil
Dapat dilakukan secara:
Intoto/split bone : gigi di keluarkan secara
bulat (utuh).
Setelah tulang mengelilingi gigi tersebut diambil
secukupnya maka kita harus mempunyai cukup
ruangan untuk meletakkan elevator di bawah
korona,lalu buat gerakan mengungkit gigi tersebut.
Kalau gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang
sedikit, maka kita harus mencari bagian tulang
mana yang masih menghalangi.
Tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga
besar. Jika tulang yang diambil telah cukup
tetapi gigi belum mau keluar, mungkin masih
ada tulang atau akar gigi yang menghalagi.
Bila mahkota gigi yang terpendam masih
belum bisa digerakkan dan terletak di bawah
mahkota molar dua sedang gigi tersebut akan
kita ambil dengan cara intoto, maka tulang
distal molar tiga kita ambil lebih banyak
sehingga molar tiga dapat kita congkel ke
arah distal. Cara atau teknik kerja tergantung
pada posisi gigi, keadaan gigi dan jaringan
sekitarnya.
Soket atau ruang bekas gigi harus betul-betul
dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas
pemboran.
Folikel harus kita bersihkan atau buang. Folikel
yang masih tertinggal dapat menyebabkan kista
residual.
Tepi tulang yang runcing harus kita haluskan
dengan bor atau dengan “bone file” setelah itu
rongga tersebut harus kita bersihkan dengan
semprotan air garam fisiologis 0,9 % supaya
pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar
semua
Bila sudah bersih, flap dikembalikan ke
tempatnya dan dijahit.
Pada pasien diberikan obat-obatan seperti
antibiotik, analgetika, anti inflamasi, dan
dapat diberi tambahan vitamin untuk
menaikkan daya tahan tubuh.
Pada pasien diberi petunjuk tertulis yaitu:
Minum obat AB-AG-AI
Tampon digigit ½-1 jam utk menghentikan
perdarahan lalu dibuang karena dapat
menyebabkan terjadinya infeksi
Tampon harus diganti dengan yang bersih
bila masih berdarah.
Pasien tidak boleh berkumur-kumur selama
24 jam
Pasien istirahat yang cukup.
Hari 1 kompres dingin pd wajah setiap 30
mnt utk mengurangi pembengkakan
Makan makanan yg lunak dan bergizi,
dikunyah pd sisi berlawanan
Jgn mengisap daerah operasi
Pasien dapat berkumur-kumur dengan obat
kumur esok harinya, dianjurkan setiap habis
makan.
Setelah 5-7 hari jahitan dibuka.
Fraktur rahang.
Fraktur tulang alveolar
Perdarahan, karena terkena arteri.
Jaringan folikel masih tertinggal sehingga
dapat terjadi kista yang dapat berlanjut
menjadi tumor.
Bekerja tidak bersih sehingga dapat terjadi
infeksi yang dapat berlanjut menjadi
osteomielitis.
Terbukanya n. alveolaris inferior atau nervus
palatinus sehingga menyebabkan perastesi.
Perforasi sinus maksilaris
Fraktur tuberositas maksilaris
Trauma pada gigi molar dua.
Kerusakan jar lunak sekitar