Anda di halaman 1dari 15

Permukiman Kali

Code
KELOMPOK IV
MUHAMMAD SYAIFUL HAQ (D51116012)
IKHAWAL CIPTADY RAMADHAN (D51116020)
NUR FADILAH AR (D51116304)
TRISNA ANDHYNI SARTIKA (D51116308)
MUHAMMAD FADEL ALFITRAH HIOLA (D51116320)
SYAHRUL HIDAYAT SULAEMAN (D51116504)
FARIZ HIDAYAT (D51116514)
INTAN LESTARI (D51116516)
FAUZIAH NUR HASANAH (D51116524)
Sejarah Permukiman Kali Code
Salah satu karya dari Romo Mangun adalah pemukiman di
pinggiran kali Code Yogyakarta yang mendapatkan penghargaan
internasional Aga Khan Award for Architecture tahun 1992.
Penghargaan Aga Khan ditujukan untuk menandai dan menghargai
konseparsitektural yang mewadahi dalam hal perancangan
kontemporer, permukiman, pengembangan lingkungan dan
peningkatan lingkungan, restorasi, konservasi area.
Pada awalnya tanah yang di tempati masyarakat Kali Code
adalah tanah Bong. Tanah Bong yaitu tanah pemakaman untuk
orang Tionghoa yang dikelola oleh Paguyuban Urusan Kematian
Yogyakarta (PUKY). Selain tanah Bong, ada juga tanah “Wedi
Kanser” yaitu tanah yang brasal dari luapan sungai Kali Code.
Pada mulanya kampung kali Code adalah pemukiman kumuh di pinggiran Kali
Code beranggotakan 30-40 keluarga. Pada tahun 1983 pemerintah bermaksud
menggusur kembali pemukiman ini, namun atas permohonan kepala desa Willi
Prasetya dan seorang arsitek Romo Mangun, rencana tersebut ditangguhkan,
sehingga Sebagai gantinya diselenggarakan suatu proyek revitalisasi dengan
melibatkan 2 koran lokal untuk mendukung pendanaan. Romo Mangun juga
melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap warga kampung Kali Code,
kegiatan yang dilakukan mulai dari kebersihan tempat tinggal, kebersihan
lingkungan sehingga pembinaan hidup masyarakat, termasuk pendidikan dan
sentuhan rohani.
Perencanaan dan pembangunan area ini dimulai pada
tahun 1983 dan selesai selama kurang lebih 2 tahun. Hampir
tidak ada gambar atau dokumen konstruksi dibuat untuk
proyek ini. Semua berlangsung secara spontan dan alamiah.
Secara umum konstruksi rumah berbentuk huruf A dengan
rangka dari bambu, dinding bilik bambu dan atap seng.
Letak geografis

Permukiman Kali Code terletak di Indonesia


khususnya di D.I Yogyakarta yang tebentang
antar 110”24’19” sampai 110”28’53” Bujur Timur
dan 07”15’24” sampai 07”49’26” Lintang Selatan.
Di tenagh kota Yogyakarta mengalir tiga sungai
dari arah utara ke selatan, salah satunya Sungai
Code terletak di tengah.
Sungai Code atau Kali Code memisahkan
Kota Yogyakarta menjadi dua bagian,
diantaranya Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Sleman

D.I. Yogyakarta
Kehidupan social budaya
Masyarakat Kali Code terbagi dalam dua kelompok masyarakat, yaitu:
 Kelompok pertama adalah masyarakat yang menempati di Bantaran Kali Code.
 Kelompok kedua menempati di Perumahan dengan tingkat sosial ekonomi lebih baik
daripada masyarakat yang tinggal di Bataran Kali Code.

Penduduk kelas ekonomi bawah dan kurang pendidikan banyak yang mendirikan
gubuk-gubuk liar dan kumuh di tanah kosong di daerah bataran kali code yang
menjadi milik Pemerintah Daerah. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah hitam karena
penduduknya rata-rata memiliki pekerjaan menyimpang dari kalangan bawah.
Permukiman disekitar bataran Kali Code pernah mengalami pergusuran pada tahun
1975 dengan alasan untuk pelebaran sungai sampai 30 m ke kanan da kiri dari poros
sungai untuk menghindari banjir. Sehingga sebesar 15.000 penduduk kehilangantempat
tinggal.
Daerah kumuh yang terkenal sebgai daerah hitam itu berubah saat Romo
Mangun dan Willie Prasetyo selaku kepala desa melakukan pembinaan dan
pendampingan tehadap masyarakat dan lingkungan Kali Code, sehingga
menjadikan Permukiman Kali Code menjadi Permukiman binaan, aksi pembinaan
dan pendampingan terhadap masyarakat ini meliputi:

 Kebersian tempat tinggal Melaui pembinaan ini,bangun rumah mulai


diperbaiki. Dengan perbaikan ini masyarakat mulai menyadari akan
kebersihan tempat tinggal.

 Kebersihan lingkungan Masyarakat tanpa tahu menahu masih


membuang sampah apapun ke sungai.

 Pendidikan Banyak masyarakat pinggir Kali Code yang masih buta huruf
dan angka. Romo Mangun dan Willi Prasetya, meraka turun langsung serata di
bantu oleh kelompok altruis dalam mengajarkan membaca dan menulis
sehingga masyarakat sadar tentang pendidikan, lalu sekarang diteruskan oleh
mahasiswa UGM.

 Rohani Sebagaian besar masyarakat permukiman Kali Code menganut


agama Islam.
Upacara adat

Merti Code merupakan salah satu upacara adat yang dilakukan masyarakat
permukiman Kali Code. Ucapara ini dimaksudkan untuk membangun kesedaran
masyarakat dalam pelestarian lingkungan Kali Code.
Prosesinya, diawali dengan mengambil tujuh sumbe mata air di pinggiran Kali
Code oleh tokoh masyarakat setepat, lalu disatukan di dalam gentong. Pada hari
berikutnya air dikirab keliling kampong-kampung sekitar Kali Code bersama
dengan pusaka peringan dalem Sultan HB X (Kyai Ranumusrti) diiringin bregada-
bregada kampong dan kelompok seni kampong Code.
Arsitektural Permukiman Kali Code
Desain dari rumah di Kali Code oleh Romo Mangunwijaya sangatlah sederhana,
namun logis, manusiawi, dan memperhatikan kondisi eksisting. rumah Kali Code ini
merupakan khas arsitektural Jawa yang dibuat sedemikian sehingga merupakan
konsep perkampungan Jawa dengan desain rumah dan asesorisnya sangat
unik.Jelas sebagai permukiman pinggir kali, jenis bangunan bukan lah yang
sifatnya masif terdiri dari beton dan bata yang menutupi jalur air. Prinsip rumah
panggung menjadi solusi sebagai bentuk permukiman pinggir sungai yang
ekologis, begitu juga dengan material yang dipilih adalah material yang murah
dan ramah lingkungan.
Site Plan Rumah kali Code
Denah Rumah Kali Code
Sistem konstruksi berbentuk A diambil dari konsep segitiga yang merupakan betuk struktur yang
paling rigid, selain untuk mengantisipasi gempa yang sering terjadi di Yogyakarta, bentuk
tersebut menjadikannya unik. Prinsip rumah bersama untuk warga-warga setempat (yang dulu
hanya sekitar 40 keluarga) merupakan salah satu contoh dari “rumah susun” atau “apartemen”
kelas bawah sehingga perawatan lingkungan untuk kakus, saluran air, dan lain sebagainya
lebih terkontrol.

Sumber : www.travel.detik.com
Pondasi dibuat seperti “umpak” di dalam sistem rumah tradisional Jawa.
Jenis pondasi tersebut selain kuat juga tidak melukai tanah di
bawahnya. Justru bisa dimanfaatkan sebagai saluran air untuk
mengalirkan air langsung ke sungai.

Sumber : http://www.kompasiana.com
Rangka bangunan terdiri dari kayu kelapa yang banyak terdapat di sekeliling
tapak, sehingga bahannya murah dan mudah dicari. Dinding dan lantai bangunan
untuk membuatnya ringan terdiri dari papan bambu, kemudian dinding dan
atapnya yang dari seng dihias dengan cat warna-warni artistik dan gambar-
gambar yang semarak untuk menciptakan suasana kampung yang ceria, kontras
dengan kondisi sebelumnya yang identik dengan kondisi yang kumuh dan
menyeramkan.

Sumber : http://3.bp.blogspot.com
Kesimpulan
Kali Code adalah tanah Bong. Tanah Bong yaitu tanah pemakaman untuk
orang Tionghoa yang dikelola oleh Paguyuban Urusan Kematian . Penduduk asli
Yogyakarta yang belum memiliki tempat hunian kemudian memanfaatkan sebagi
temapat tinggal dengan bangunan seadanya. kehidupan sosial masyarakat Kali
Code termasuk dalam golongan rendah dimana pekampungan mereka disebut
sebagai “daerah hitam”. pada tahun 1983, perkembangan masyarakat Kali Code
terus berkembang akibat dari aksi pembinaan dan pendampingan dari Romo
Mangun dan Willi Prasetya.
Desain Rumah yang unik berbentuk A, diambil dari konsep segitiga yang
merupakan betuk struktur yang paling rigid, selain untuk mengantisipasi gempa
yang sering terjadi di Yogyakarta.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai