Anda di halaman 1dari 17

ETIKA DAN LINGKUNGAN BISNIS

KASUS-KASUS DALAM IMPLEMENTASI SISTEM


ETIKA BERBISNIS
(STUDI KASUS PELANGGARAN ETIKA DALAM BERIKLAN)

oleh :
Abdissubhan
Euis Eka Aprilyani
Fiona Citrayani
Jacka Anugrah Putra
Maria Meliana
Rina Kusharyanti
BERBISNIS DENGAN ETIKA

• Sebuah bisnis dipandang dari tiga sudut pandang yaitu sudut


pandang ekonomis, moral dan hukum.
• Sudut pandang ekonomis : bisnis adalah kegiatan ekonomis
untuk menghasilkan untung. Good business adalah bisnis yang
membawa banyak untung.
• Sudut pandang moral : mencari keuntungan dalam bisnis
adalah sah dan wajar, asal tidak dicapai dengan merugikan
pihak lain.
• Sudut pandang hukum : bisnis yang baik adalah bisnis yang
patuh pada hukum.
• Dapat disimpulkan bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang
menghasilkan untung, dan diperbolehkan oleh sistem hukum,
serta sesuai moral.
PROMOSI

• Perusahaan akan melakukan aktivitas pemasaran dalam


menjalankan roda bisnisnya.
• Promosi merupakan salah satu proses dalam berbisnis.
• Perusahaan harus melakukan promosi agar produknya bisa
sampai kepada konsumen.
• Sasaran dari promosi adalah meningkatkan penjualan,
memelihara atau meningkatkan pangsa pasar, menciptakan atau
meningkatkan pengenalan merk, menciptakan iklim yang
menguntungkan untuk penjualan mendatang,
menginformasikan dan mengedukasi pasar, serta menciptakan
keuntungan kompetitif.
PROMOSI

 Ada dua pendekatan dalam melakukan promosi sebuah produk,


yaitu above the line dan below the line.
 Promosi above the line, biasanya merupakan bentuk yang biasa
dalam mengiklankan sebuah produk. Media promosi ini meliputi
surat kabar, majalah, televisi, film, radio, papan reklame. Tipe ini
dapat menjangkau untuk konsumen yang lebih luas, namun
biasanya membutuhkan biaya yang lebih mahal dan sulit juga
untuk mengetahui efektivitas dari pesan yang dibawa.
 Promosi below the line merupakan cara promosi yang
memungkinkan untuk berkomunikasi langsung dengan konsumen
dan lebih terarah obyek promosinya.
ETIKA PERIKLANAN

 Menurut Etika Pariwara Indonesia (EPI), hasil amandemen 2014


yang dikeluarkan oleh Dewan Periklanan Indonesia, iklan
merupakan suatu bentuk komunikasi tentang produk dan/atau
merk kepada khalayak sasarannya, agar mereka memberikan
tanggapan yang sesuai dengan tujuan pengiklan.
 Etika periklanan didefinisikan sebagai apa yang benar atau baik
dalam melakukan fungsi periklanannya. Hal ini berhubungan
dengan pertanyaan apa yang seharusnya dilakukan, bukan hanya
dengan secara hukum dilakukan.
 Aturan-aturan mengenai etika periklanan sudah tercantum dalam
Etika Pariwara Indonesia. Yang terbaru adalah hasil amandemen
2014.
ETIKA PERIKLANAN

Hal-hal yang diatur dalam isi iklan adalah :


hak kekayaan intelektual; bahasa; tanda asteris (*); pencantuman harga;
garansi; janji pengembalian uang; budaya; rasa takut dan takhayul;
kekerasan; keselamatan; perlindungan hak-hak pribadi; hiperbolisasi;
waktu tenggang; penampilan pangan; penampilan uang; kesaksian
konsumen; anjuran (endorsement); perbandingan; perbandingan harga;
merendahkan; peniruan; istilah ilmiah dan statistik; ketiadaan produk;
ketaktersediaan hadiah; syarat dan ketentuan; pornografi dan pornoaksi;
manfaat produk; khalayak anak.
Asas-asas dalam beriklan :
 Jujur, benar, dan bertanggung jawab
 Bersaing secara sehat
 Melindungi dan menghargai khalayak, tdk merendahkan agama,
budaya, negara, golongan dan tdk bertentangan dgn hukum.
Bentuk-bentuk Kasus Pelanggaran
Etika Pada Iklan Televisi

IKLAN TELKOMSEL VERSI “KARTU


KHUSUS UNTUK FACEBOOK”

Dalam iklan terdapat kata-kata “Karena


Cuma kartu facebook, satu-satunya yang
ngasih gratis facebook-an seumur hidup.”

Kenyataannya :
- Gratis 10 MB hanya berlaku 3 hari
- Gratis akses ke facebook mobile hanya
sampai pukul 11.00
- Gratis akses ke facebook hanya dapat
dinikmati menggunakan browser
bawaan ponsel.
- Masa aktif dapat bertambah dengan
melakukan isi ulang, dll

EPI : Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan, bila
ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan kepada
konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas. (EPI pasal III.1.5 pemakaian kata “gratis”)
BENTUK-BENTUK KASUS PELANGGARAN ETIKA PADA
IKLAN TELEVISI

Iklan XL versi “Fitri Imut”

Dalam iklan terdapat


kata-kata : “Pake XL,
gratis tweet terus-
terusan, free facebook
forever, telepon, sms
gratis.”

Dalam iklan ditemukan kata-kata


berkonotasi “gratis” yang mengindikasikan
adanya pelanggaran etika, karena bisa
menyesatkan. Tidak ada penjelasan tentang
mekanisme pemberian layanan gratis
tersebut.
BENTUK-BENTUK KASUS PELANGGARAN ETIKA PADA
IKLAN TELEVISI

Iklan Indosat IM3 versi “Seru Gratis Akses Social Networking”

Dalam iklan terdapat


kata-kata : ” serunya
liburan pakai IM3, gratis
nelpon, SMS, dan social
network seharian”

Kenyataannya :

- Gratis 100 SMS hanya setelah kirim 5 SMS


- Internet gratis FB, Twitter, YM, dengan
kuota 2,5 MB per hari.
- Telpon untuk sesama indosat dipatok
gratis 60 menit setelah menelpon 100
detik dengan tarif Rp. 2.000,-.
BENTUK-BENTUK
BENTUK-BENTUK KASUS
KASUS PELANGGARAN
PELANGGARAN ETIKA
ETIKA PADA
PADA
IKLAN
IKLAN TELEVISI
TELEVISI

Iklan Bajaj Pulsar versi “ Pasti Lelaki ”


Iklan bercerita tentang tiga orang pengendara
sepeda motor bertemu dipemberhentian lampu
lalu lintas. Dua orang mengendarai sepeda
motor merk pulsar dan ditengah mereka
sepeda motor jenis “ bebek “. Ketika lampu
hijau menyala pengendara pulsar
memperlihatkan aksinya kepada pengendara
motor bebek dengan memacu motornya
dengan kecepatan tinggi dan menyalip zig zag.

Bentuk pelanggaran etika :

- Merendahkan produk pesaing (EPI 2007 No.1.20


tentang merendahkan produk pesaing). Karena
terlihat jelas motor bebek yang muncul jenis
honda supra X 125. pada iklan digambarkan
seolah – olah honda bukan motor untuk laki-
laki dan tidak bertenaga.
- Terdapat adegan berbahaya yaitu menyalip dgn
memotong zig zag jalur pengendara sepeda
motor bebek ( EPI 2007 No.1.10 tentang
keselamatan)
BENTUK-BENTUK
BENTUK-BENTUK KASUS
KASUS PELANGGARAN
PELANGGARAN ETIKA
ETIKA PADA
PADA
IKLAN
IKLAN TELEVISI
TELEVISI

Iklan
Iklan Suzuki
Suzuki Satria
Satria FU
FU 150
150
Injeksi
Injeksi versi
versi Aleix Espargaró
Aleix Espargaró

Dalam
Dalam iklan
iklan divisualisasikan
divisualisasikan Aleix
Aleix Espargaro
Espargaro
pembalap
pembalap MotoGP
MotoGP melakukan
melakukan balapan
balapan liar
liar dijalan
dijalan raya
raya
dengan
dengan menggunakan
menggunakan sepeda
sepeda motor
motor Suzuki
Suzuki Satria
Satria FUFU 150.
150.
Balap liar di jalan raya adalah hal yang sangat berbahaya
Balap liar di jalan raya adalah hal yang sangat berbahaya
meskipun
meskipun jalanan
jalanan dalam
dalam iklan
iklan ini
ini terlihat
terlihat sepi
sepi dan
dan para
para
pembalapnya telah menggunakan perlengkapan
pembalapnya telah menggunakan perlengkapan yang yang
sesuai
sesuai standar.
standar. Seharusnya
Seharusnya adegan
adegan iklan
iklan ini
ini relatif
relatif
tidak
tidak bermasalah
bermasalah jika
jika mengambil
mengambil latar
latar sirkuit.
sirkuit.

Etika
Etika yang
yang dilanggar
dilanggar ::
-- EPI
EPI 2014
2014 no.
no. 1.10
1.10 tentang
tentang keselamatan
keselamatan
yang
yang berisi :: Iklan
berisi Iklan tidak
tidak boleh
boleh
menampilkan
menampilkan adegan yang mengabaikan segi
adegan yang mengabaikan segi
keselamatan,
keselamatan, lebih
lebih lagi
lagi jika
jika hal
hal itu
itu tidak
tidak
berkaitan
berkaitan dengan
dengan produk
produk yang
yang
diiklankan.
diiklankan.
-- Terdapat
Terdapat kata-kata
kata-kata “motor
“motor sport
sport
underbone
underbone tercepat di kelasnya”, namun tdk
tercepat di kelasnya”, namun tdk
ditunjukkan
ditunjukkan data
data ygyg valid
valid mengenai
mengenai klaim
klaim
tersebut.
tersebut.
BENTUK-BENTUK
BENTUK-BENTUK KASUS
KASUS PELANGGARAN
PELANGGARAN ETIKA
ETIKA PADA
PADA
PAPAN
PAPAN REKLAME
REKLAME

Iklan nomor 1 adalah iklan dua provider


telekomunikasi XL dan Telkomsel. Kedua
provider itu memang sedang
berkompetisi sengit untuk mendapatkan
pangsa pasar yang lebih luas. Etika
periklanan yang dilanggar adalah dari
isi iklannya. Iklan XL menyalahi dalam sisi
bahasa karena menggunakan kata-
kata superlatif yaitu “termurah”, namun
iklan Telkomsel juga menyalahi
dalam konteks merendahkan, karena
dalam isi iklannya bernada
merendahkan pesaingnya, XL. Penegasan
dari konteks merendahkan dari Telkomsel
adalah dengan gaya pemeran tokoh
animasinya yang menunjuk reklame
sebelah (XL) sebagai obyek yang dimaksud.
BENTUK-BENTUK
BENTUK-BENTUK KASUS
KASUS PELANGGARAN
PELANGGARAN ETIKA
ETIKA PADA
PADA
PAPAN
PAPAN REKLAME
REKLAME

Iklan nomor 2 adalah dari


produsen sepeda motor
yaitu Honda. Dalam
iklannya tertulis “Yakin di
depan...?! Biasa aja tuh...”.
Semua orang sudah tahu
bahwa slogan “Di depan...”
adalah milik kompetitor
Honda, yaitu Yamaha.
Sehingga pesan dalam iklan tersebut melanggar dalam
konteks merendahkan pesaingnya, walaupun memang tidak
secara eksplisit disebutkan obyeknya untuk merendahkan.
BENTUK-BENTUK
BENTUK-BENTUK KASUS
KASUS PELANGGARAN
PELANGGARAN ETIKA
ETIKA PADA
PADA
PAPAN
PAPAN REKLAME
REKLAME

Iklan nomor 3 adalah iklan shampo Clear. Pada iklan ini tertulis “Shampo
anti ketombe No. 1*”. Tata krama yang dilanggar adalah penggunaan kata-
kata superlatif yaitu nomor satu. Dalam iklan tersebut juga terdapat tanda
asteris (*) pada kata No. 1. Tanda asteris pada iklan tersebut harus diikuti
dengan pencantuman penjelasan tentang maksud dari penandaan
tersebut. Pencantuman penjelasan tersebut harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga mudah terbaca oleh khalayak. Jikalau ada penjelasan dari tanda
asteris (*) tersebut biasanya terletak di paling bawah dan kecil ukurannya.
BENTUK-BENTUK
BENTUK-BENTUK KASUS
KASUS PELANGGARAN
PELANGGARAN ETIKA
ETIKA PADA
PADA
PAPAN
PAPAN REKLAME
REKLAME

Iklan nomor 4 adalah iklan


minuman keras Anker Stout.
Sesuai aturan bahwa Iklan
media luar griya yang
memuat produk minuman
keras, hanya boleh
ditempatkan pada lokasi
atau gerai, yang telah
memperoleh izin
mendistribusikan produk
minuman keras.

Terdapat tiga pemeran perempuan. Terlihat jelas ada upaya eksploitasi


terhadap perempuan. Padahal dalam tata krama iklan tidak boleh
melecehkan, mengeksploitasi, mengobyekkan, atau mengornamenkan
perempuan.
BENTUK-BENTUK
BENTUK-BENTUK KASUS
KASUS PELANGGARAN
PELANGGARAN ETIKA
ETIKA PADA
PADA
PAPAN
PAPAN REKLAME
REKLAME

Iklan nomor 5 adalah iklan rokok A Mild. Iklan ini memang sudah sesuai dari
sisi ragam iklannya, semua persyaratan dipenuhi yaitu seperti tidak
menyarankan orang untuk merokok; tidak menggambarkan atau
menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan, atau
mengarahkan khalayak bahwa merokok tidak berbahaya bagi kesehatan.
Namun dari sisi isi iklan sangat bermasalah yaitu terdapat teks “Mula-mula
malu-malu, lama-lama mau”,
dan dipertegas dengan pemeran
pria dan perempuan yang sedang
setengah berpelukan. Iklan ini
melanggar tata krama terkait
dengan pornografi dan
pornoaksi karena
mengeskploitasi seksualitas.

Anda mungkin juga menyukai