Kelompok
4
Nurul Husna Malik Ibrahim (E061181028)
Muhammad Nur Adnan (E061181336)
Wa Ode Elsa Mardani (E061181004)
Robby Adi Nurachman Qadar (E061181519)
Armirayanti Amir (E061181020)
Naswan Nasrun (E061181508)
Secara umum istilah "liberalisme" berarti
"kebebasan di bawah hukum." Liberalisme berfokus
pada sifat alamiah manusia yang kompetitif dalam
cara yang konstruktif serta dikendalikan oleh akal,
bukan emosi. Maksudnya ialah meskipun kaum
liberal percaya bahwa manusia pada dasarnya
mementingkan diri sendiri dan bersaing terhadap
suatu hal, mereka tidak melihat ini sebagai
kerugian karena mereka percaya bahwa akal
pikiran manusia dapat mengalahkan ketakukan dan
nafsu akan kekuasaan sehingga manusia lebih
bersifat kooperatif daripada konfliktual.
Dalam kajian ekonomi, dikenal perspektif
ekonomi liberal yang menjelaskan bahwa
perspektif ini cenderung fokus pada domain
dimana nation-state menunjukkan sifat kooperatif,
damai, konstruktif melalui kompetisi yang
harmonis. Kaum liberal terdahulu menyebutkan
laissez-faire, yaitu “kebebasan pasar” dari semua
jenis batasan dan aturan politik.
Meskipun demikian kaum liberal terdahulu telah menyadari
bahwa bagaimanapun perlu adanya kerangka kerja hukum
yang bentuk secara politis sebagai dasar dari pasar.
Sehingga Laissez-faire bukan berarti ketiadaan pengaturan
politik apapun, akan tetapi negara hanya akan
menyediakan fondasi minimal yang dibutuhkan oleh pasar
agar berfungsi secara tepat atau dalam artian ekonomi
liberalisme ini berusaha untuk meminimalisir campur
tangan politik yang berlebihan.
Dalam sejarah, mercantilism berakar pada keinginan pribadi dan negara 'untuk
perlindungan. Sejarah mercantilism menunjukkan bahwa negara bagian selalu
diharuskan mengatur pasar, dan bahwa tidak ada efek yang bermanfaat dari pasar
tanpa kesediaan negara untuk mengizinkan, menopang, dan mengendalikannya.
Mercantilism
Perspective Praktek mercantilism memuncak setelah perang tiga puluh tahun berakhir pada tahun 1648.
Meskipun lambat laun negara-negara dianggap sebagai penguasa atas orang-orang di wilayah
mereka, wewenang politik terpusat pada para pejabat negara (nasional). Peningkatan tuntutan
keamanan mendorong lebih banyak upaya untuk memperoleh pendapatan dan sumber daya dari
kota-kota besar dan kecil. Meskipun pertanian merupakan sumber pendapatan yang dominan
seabad sebelumnya, itu tidak lagi cukup. Raja-raja dan para pejabat negara semakin memandang
para pedagang dan perdagangan mereka sebagai sumber pendapatan yang jauh lebih besar
untuk pendapatan negara.
Bagi banyak neomercantilis, karena hal ini ditujukan kepada negara-negara uni soviet dan
kekuasaan kolonial pada abad ke-19, liberalisme ekonomi hanyalah alat lain yang digunakan
para pejabat negara untuk melindungi industri mereka agar dapat memperoleh lebih banyak
kekayaan dan kekuasaan. Semua negara di masa lalu menggunakan kebijakan dan langkah-
langkah merkantilis, seperti yang dilakukan inggris pada abad kesembilan belas selama puncak
popularitas ide-ide liberal ekonomi tentang perdagangan bebas.
News about Mercantilsme
News about Liberalism
Thank You