Anda di halaman 1dari 43

PNEUMONIA

LUNG TUBERCULOSIS
HIV
M. Artabah Muchlisin
LUNG TUBERCULOSIS
DEFINISI

• Tuberculosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang
sebagian besar (80%) menyerang paru-paru.
• M. tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-
glikolipida serta lilin(wax) yang sulit ditembus zat kimia.

Pharmacotherapy Principles and Practice 10th Edition, 2016


ETIOLOGI

• Tuberculosis disebabkan oleh infeksi bakteri dari genus Mycobacterium yang merupakan kelompok besar dari
penyebab TB. Penyebab nya yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis complex yaitu M. tuberculosis, M. bovis, M.
africanum

Pharmacotherapy Principles and Practice 10th Edition, 2016


KLASIFIKASI BERDASARKAN WAKTU

• Infeksi Primer • Infeksi Paska Primer


• Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena kuman • Terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah
TB untuk pertama kalinya. infeksi primer. Ciri khas TB paska primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas
• Setelah terjadi infeksi melalui saluran pernafasan, di
atau efusi pleura.
dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan.
Hal ini disebabkan oleh kuman TB yang berkembang
biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu
terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek
primer adalah sekitar 4-6 minggu.
• Pada infeksi primer ini biasanya menjadi abses
(terselubung) dan berlangsung tanpa gejala, hanya
batuk dan nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang
dengan sistem imun lemah dapat timbul radang paru
hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan bersifat sangat
menular. Masa inkubasi sekitar 6 bulan.

Pharmaceutical care untuk penyakit tuberculosis, 2005


KLASIFIKASI BERDASARKAN ORGAN

• Tuberkulosis paru • Tuberkulosis Ekstra Paru


• Tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchym • Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
dalam: kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada
• Tuberkulosis Paru BTA Positif
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
• Tuberkulosis Paru BTA Negatif
• TB Ekstra Paru Ringan

• TB Ekstra-Paru Berat

Pharmaceutical care untuk penyakit tuberculosis, 2005


KLASIFIKASI TB PARU

• Tuberkulosis Paru BTA Positif • Tuberkulosis Paru BTA Negatif


• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS • Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
hasilnya BTA positif. negatif dan foto rontgen dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif.
• 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis • TB Paru BTA Negatif Rontgen Positif dibagi
aktif. berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
bentuk berat dan ringan.
• Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
(misalnya proses "far advanced" atau millier),
dan/atau keadaan umum penderita buruk.

Pharmaceutical care untuk penyakit tuberculosis, 2005


KLASIFIKASI TB EKSTRA PARU

• TB Ekstra Paru Ringan • TB Ekstra-Paru Berat


• TB kelenjar limphe • Meningitis
• Pleuritis eksudativa unilateral • Millier
• Tulang (kecuali tulang belakang) • Perikarditis
• Sendi • Peritonitis
• Kelenjar adrenal. • Pleuritis eksudativa duplex
• TB tulang belakang
• TB usus
• TB saluran kencing dan alat kelamin.

Pharmaceutical care untuk penyakit tuberculosis, 2005


KLASIFIKASI TB BERDASARKAN RIWAYAT
PENGOBATAN PENDERITA
• Kasus Baru
• Penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

• Kambuh (Relaps)
• Penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

• Pindahan (Transfer In)


• Penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan / pindah

• Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out)


• Penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita
tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

Pharmaceutical care untuk penyakit tuberculosis, 2005


CONT’D

• Gagal
• Penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau
lebih; atau penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan

• Kronis
• Penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.

Pharmaceutical care untuk penyakit tuberculosis, 2005


PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

• Gejala sistemik/umum
• Batuk dahak selama >3 minggu (dpt disertai darah)
• Nafsu makan menurun, BB menurun

• Perasan tidak enak badan (malaise), lemah

• Demam tidak terlalu tinggi yg berlangsung lama (>1bulan), biasanya dirasakan pd malam hari
• Keringat di malam hari meskipun tidak beraktivitas

• Gejala Khusus
• Tergantung dari organ yang terkena

• Jika ada sumbatan bronkus akan timbul suara “mengi” suara nafas melemah disertai sesak

• Jika ada cairan di rongga pleura akan ada keluhan sakit dada
• Jika kena tulang, maka terjadi infeksi tulang

WHO, 2016
ALUR DIAGNOSIS

DEPKES RI, 2014


TATALAKSANA TERAPI
• Kategori I
• Kombinasi Dosis Tetap (KDT) = 2(HRZE)/4(HR)3
• Diberikan untuk px baru TB paru BTA (+), Px baru TB paru BTA (-) dgn foto thorax gambaran spesifik, px TB ekstra paru
• Tahap intensif diberikan setiap hari selama 2 bulan. Diteruskan tahap lanjutan terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan

• Kategori II
• KDT 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

• Diberikan untuk px TB paru (+) yg pernah diobati sebelumnya dan mengalami kekambuhan, gagal pengobatan, dan px putus obat
• Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, terdiri dari 2 bulan HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan HRZE setiap hari. Diteruskan tahap lanjutan
selama 5 bulan

• Kategori III
• KDT 2(HRZ)/4(HR)3
• Diberikan untuk px baru BTA (-) dan rontgen positif sakit ringan; px TB ekstra paru ringan
• Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan, diteruskan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan tiga kali
seminggu

Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Tuberkulosa Paru untuk Kader, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
American College oF Clinical Pharmacy, 2012
American College oF Clinical Pharmacy, 2012
DOSIS FDC DEWASA KATEGORI I DAN II
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali
selama 56 hari seminggu selama 16 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC
38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC
55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC
≥ 71 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

Tahap Intensif tiap hari


Tahap Lanjutan 3 kali
Berat badan seminggu selama 20
Selama 56 hari Selama 28 hari minggu
2 tab 4FDC 2 tab 2FDC + 2 tab
30 – 37 kg + 500 mg Streptomisin Inj. 2 tab 4FDC Etambutol
38 – 54 kg 3 tab 4FDC + 750 mg 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC + 3 tab
Streptomisin Inj. Etambutol
55 – 70 kg 4 tab 4FDC + 1000 mg 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC + 4 tab
Streptomisin Inj. Etambutol

Basic Pharmacology n drug notes Ed.2017


DOSIS FDC DEWASA ANAK-ANAK

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan tiap hari
selama 2 bulan selama 4 bulan
≤ 7 kg 1 tablet 3FDC 1 tablet 2FDC
8 – 9 kg 1,5 tablet 3FDC 1,5 tablet 2FDC
10 – 14 kg 2 tablet 3FDC 2 tablet 2FDC
15 – 19 kg 3 tablet 3FDC 3 tablet 2FDC
20 – 24 kg 4 tablet 3FDC 4 tablet 2FDC
25 – 29 kg 5 tablet 3FDC 5 tablet 2FDC

Basic Pharmacology n drug notes Ed.2017


PNEUMONIA
DEFINISI

• Pneumonia adalah radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi, biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit. Pneumonia adalah Peradangan parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli

Dorland, 2014
ETIOLOGI

• Bakteri
• Streptococcus pneumonia 30-50% kasus pneumonia.
• Haemophilus influenza tipe b 10-30% kasus

• Staphylococcus aureus dan Klebsiella pneumonia

• Mycobacterium tuberculosis

• Virus
• Virus menyebabkan 40-50% kasus pneumonia
• Influenza A and B

• Parainfluenza

• Human metapneumovirus and adenovirus

Peter, 2012
KLASIFIKASI PNEUMONIA

• Community acquired pneumonia, CAP):


• Infeksi yang di dapat dari luar lingkungan rumah sakit

• Pneumonie nosokomial (HAP)


• Infeksi yang terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini didapat selama penderita dirawat di rumah sakit

• Pneumonie aspirasi/anaerob
• Infeksi oleh bakteroid dan organisme anaerob lain setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung, maupun pasien dengan gangguan refleks
menelan

• Pneumonie oportunistik
• Pasien dengan penekanan sistem imun (misalnya steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur, dan mikobakteri, selain
organisme bakteria lain

Jeremy, 2007
PATOFISIOLOGI

Muttaqin, 2008
MANIFESTASI KLINIS

• Batuk disertai mengi


• Demam
• Tanda-tanda gangguan pernapasan:, riwayat sesak napas atau kesulitan bernafas - retraksi dada.
• Saturasi oksigen < 90%
• Takipnea/napas cepat (50 x/menit atau lebih pada anak)

KEMENKES RI, 2015


FAKTOR RESIKO

• Usia tua atau anak-anak


• Merokok
• Adanya penyakit paru yang menyertai
• Infeksi Saluran Pernapasan yang disebabkan oleh virus
• Splenektomi (Pneumococcal Pneumonia)
• Obstruksi Bronkhial
• Immunocompromise atau mendapat obat Immunosupressive seperti - kortikosteroid

Pharmaceutical care untuk penyakit infeksi saluran pernapasan, 2005


TATA LAKSANA PNEUMONIA

• Pemberian Oksigen
• Rehidrasi
• Mukolitik dan ekspetoran
• Antipiretik
• Analgesik, bila nyeri hebat pada pleura
• Antibiotik

Depkes RI, 2015


TERAPI ANTIBIOTIK

Harrizon 19th, 2015


HIV
DEFINISI

• HIV adalah virus yang menyebabkan suatu sindrom defisiensi imun yang ditandai oleh adanya infeksi oportunistik
dan atau keganasan yang tidak disebabkan oleh defisiensi imun primer atau sekunder atau infeksi kongenital. HIV
adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyebabkan AIDS dengan cara
menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia

Cunningham, 2006
ETIOLOGI

• Penyebab penyakit HIV/AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyebabkan penurunan
daya kekebalan tubuh. HIV termasuk genus retrovirus dan tergolong ke dalam family lentivirus. Infeksi dari family
lentivirus ini khas ditandai dengan sifat latennya yang lama, masa inkubasi yang lama, replikasi virus yang
persisten dan keterlibatan dari susunan saraf pusat (SSP). Sedangkan ciri khas untuk jenis retrovirus yaitu
dikelilingi oleh membran lipid, mempunyai kemampuan variasi genetik yang tinggi, mempunyai cara yang unik
untuk replikasi serta dapat menginfeksi seluruh jenis vertebra.

DEPKES, 2006
PATOFISIOLOGI
TRANSMISI HIV/AIDS
• Melalui hubungan seks yang tidak aman (tidak menggunakan kondom) dengan mitra seksual terinfeksi HIV
• Kontak dengan darah yang terinfeksi (tusukan jarum suntik, pemakaian jarum suntik secara bersama, dan produk
darah yang terkontaminasi)
• Penularan dari ibu ke bayi (selama kehamilan, persalinan dan sewaktu menyusui)
• Tato, transplantasi organ dan jaringan, inseminasi buatan, tindakan medis semi invasif (lebih jarang)
• Secara seksual melalui mukosa genital (paling sering  angka kejadian 85%)

DEPKES, 2006
TATA LAKSANA TERAPI

KEMENKES RI, 2015


ALGORITMA PENATALAKSANAAN

KEMENKES RI, 2015


CASE STUDY
Data Profil Pasien

No. RMK : 00383201 Tanggal MRS : 22 Juli 2019


Nama : Nn. AS (40 kg) Tanggal KRS :26 Juli 2019
Umur : 20 Tahun Riwayat Penyakit : TB, Pneumonia, B20
Alamat : Tongas, Pasuruan Riwayat Alergi :-
Status Penjaminan : BPJS Non PBI Dokter : dr. N dan dr. V
Rujukan : RSUD Tongas Apoteker : Apt. AN
Keluhan Utama : Sesak, mual, muntah, perut sakit.
Riwayat Perjalanan : Pasien menderita sesak menahun, MRS di RSUD Tongas 3 hari yang lalu.
Penyakit Pasien merasa mual, muntah, dan diare.
Diagnosis : PCP + Pneumonia + Susp. TB Paru + B24
SOAP
Subjective
22/7 23/7 24/7 25/7 26/7
K/U Lemah Lemah Cukup Lemah Cukup
Batuk + + + + +
Sesak ++ ++ ++ + -
Diare + + - - -
Mual + + + - -
Muntah + - - - -
Pusing + + -
OBJECTIVE

22 Juli 23 Juli 24 Juli 25 Juli 26 Juli


TD 119/83 90/60 110/80 120/70 110/60
Nadi 141 88 90 86 85
RR 20 24 26 22 22
Suhu 36,5 36 36,2 36,2 36,4
GCS 456 456 456 456 456
SpO2 92 %
REKONSILIASI OBAT

• Infus NS 1500/hari
• IV Ceftazidim 3 dd I
• IV Ondansentron 2 dd I
• IV Ranitidin 2 dd I
• IV Mecobalamin 2 dd I
• PO Cotrimoxazole Forte 1 dd I
Terapi
Dosis Frek 22/7 23/7 24/7 25/7 26/7
IVFD Fitrolit 1000 cc/hr V
IVFD Asering : Icabiven 1:1 V
Aminofluid 500 cc/hr V
Nebul Combivent (Salbutamol dan Ipratropium) 3 V V V V
Nebul Pulmicort (Budesonide) 3 V V V V
PO Methyl Prednisolone 4 mg 4 V
IV Meropenem 1 gr 3 V V V V
Inf. Moxifloxacin 400 mg 1 V V V V V
PO Rifampicin 300 300 400 300
PO Isoniazide 200 200 200 200
PO Pirazinamide 1000 750 750 750
PO Ethambutol 750 500 500 500
PO Cotrimoxazole Forte 960 mg 1 V V V V V
IV Ondansentron 4 mg 2 V V V V
IV Ranitidine 50 mg 2 V V V V
PO Efavirenz 60 1 V V V V
PO Emtriva (Emtricitabine) 200 mg 1 V V V V
Fortison (Fusidic Acid) 2 V V V V V
PO Neurodex 1 V V V V
PO Robansia (Asam Folat + Fe) 1 V V
RESEP PULANG

• R/ Cotrimoxazole Forte 1 dd I
• R/ Emtriva 1 dd I
• R/ Efavirenz 1 dd I
• R/ Ferrous Sulfate 60 mg 1 dd I
• R/ Asam Folate 1 mg 1 dd I
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai