Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh
lain. Mycobacterium tuberculosis termasuk Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium
tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman TB dapat dormant
(tertidur sampai beberapa tahun).
DiPiro, 2015. Pharmacotherapy Handbook 9 th edition DepKes RI, 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis
Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menghasilkan LTBI (Latent Tuberculosis
Infection) atau dapat sebagai TB aktif. Tuberkulosis paling umum terjadi di daerah perkotaan besar dengan kondisi
lingkungan rumah yang sesak (berdempet-dempetan). Mereka yang berada dalam kontak dekat dengan pasien TB Paru
aktif kemungkinan besar akan terinfeksi. Tuberkulosis paling umum terjadi pada usia di atas 45 tahun.
Mycobacterium tuberculosis ditularkan oleh penderita TB BTA Positif melalui batuk atau bersin, penderita menyebakan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
DiPiro et al., 2016. Pharmacotherapy Principles and Practice 4 th edition DiPiro, 2015. Pharmacotherapy Handbook 9 th edition
Patofisiologi
• Mycobacterium tuberculosis masuk
melalui pernafasan.
• Mycobacterium tuberculosis
menyebabkan infeksi di paru-paru. Jika
sistem imun gagal untuk membunuh
bakteri TB, maka akan berkembang
biak dalam makrofag alveolar dan
akhirnya membunuh sel yang kemudian
menyebabkan infeksi primer. Jika
replikasi tidak terkontrol dapat
menyebabkan kerusakan progresif
paru-paru.
• Reaktivasi TB terjadi ketika bakteri TB
yang sebelumnya tidak aktif diaktifkan
kembali dan menyebabkan penyakit.
• Ketika penderita TB batuk, rongga
bronkus terbuka sehingga dapat
Robert L. Serafino, 2013. Tuberculosis 2: Pathophysiology
and microbiology of pulmonary tuberculosis menularkan Mycobacterium tuberculosis.
Manifestasi klinik
Diagnosa Tuberkulosis
Kategori 1: 2HRZE/4HR3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
• Pasien TB ekstra paru
Paraplegia atau kelumpuhan ekstremitas bawah terutama disebabkan oleh kelainan sumsum tulang belakang.
Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 yaitu:
• Paraplegia traumatis terjadi sebagian besar akibat dari kecelakaan dan jatuh yang disebabkan oleh
pembengkokan lateral, dislokasi, dan pembebanan aksial.
• Paraplegia non-traumatis, memiliki beberapa penyebab seperti penyakit diskus intervertebralis, penyakit pembuluh
darah, kanker, dan infeksi.
Infeksi merupakan penyebab penting paraplegia. Beberapa infeksi dengan mekanisme berbeda dapat menyebabkan
paraplegia yang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
• Infeksi yang menyerang secara langsung sumsum tulang belakang
• Infeksi yang menyebabkan efek tekanan pada sumsum tulang belakang yang akhirnya mengarah pada paraplegia.
Penyebab efek tekanan yang utama ialah penyakit TB tulang.
Infeksi yang dapat mengarah pada paraplegia ialah infeksi virus, HIV, dan TB.
Farhad Abbasi and Soolmaz Korooni Fardkhani, 2014. Paraplegia Caused by Infectious Agents; Etiology, Diagnosis and Management
Tuberkulosis dan Paraplegia
TB dapat melibatkan bagian SSP manapun. Pasien dengan TB aktif atau laten dapat menyebabkan paraplegia.
Meningitis, CNS tuberculoma dan penyakit sumsum tulang belakang merupakan manifestasi neurologis dari TB. TB
tulang belakang dapat menyebabkan gejala yang luas, nyeri punggung merupakan gejala yang umum, dan ini merupakan
penyebab utama paraplegia non-traumatik.
Infeksi tuberculosis pada tulang belakang menyebabkan kerusakan tulang belakang dan kolapsnya tulang belakang
dengan deformitas gibbus dan edema pada jaringan lunak. Secara karakteristik terdapat kerusakan ruang intervertebralis
dan badan vertebral yang berdekatan,irisan anterior yang mengarah ke kifosis dan pembentukan gibbus. Manifestasi
klinis yang umum terjadi ialah nyeri punggung, nyeri tulang belakang, paraplegia dan kelaian bentuk tulang belakang.
Farhad Abbasi and Soolmaz Korooni Fardkhani, 2014. Paraplegia Caused by Infectious Agents; Etiology, Diagnosis and Managemen
Terapi Paraplegia dan Tuberkulosis
Terapi untuk paraplegia dan uberkulosis ialah obat anti tuberkulosis dan intervensi bedah bila diperlukan. Terapi anti
tuberkulosis harus dipertimbangkan setidaknya selama 12 bulan. Kombinasi terapi konservatif dan dekompresi operatif
bila diperlukan harus membentuk program pengobatan komprehensif terpadu untuk TBC tulang belakang dengan
komplikasi neurologis. Pasien yang menunjukkan tali pusat yang relatif terjaga dengan bukti edema atau mielitis dengan
pengumpulan cairan dominan di ruang ekstradural pada MRI dapat dikelola dengan pengobatan non-operatif, sedangkan
pasien dengan kompresi ekstradural sifat campuran atau granulomatosa menunjukkan jebakan sumsum tulang belakang
harus menjadi kandidat untuk dekompresi bedah awal. Bentuk perawatan terbaik dari paraplegia onset lambat adalah
pencegahan perkembangan parah kifosis pada tahap awal aktif penyakit. Pembedahan mungkin diperlukan dalam kasus-
kasus tertentu, misal pembentukan abses besar, kyphosis parah, defisit neurologis atau kurangnya respon terhadap
perawatan medis.
Farhad Abbasi and Soolmaz Korooni Fardkhani, 2014. Paraplegia Caused by Infectious Agents; Etiology, Diagnosis and Managemen
Pengertian Melena
Melena merupakan manifestasi klinik yang diakibatkan perdarahan saluran cerna bagian atas. Melena dapat dilihat
dengan derajat kehilangan darah yang bervariasi atau tingkat kadar hemoglobin kurang dari 8 g/dL.
Perdarahan saluran cerna bagian atas ini dapat terjadi akibat:
• Gastropati hipertensi porta dengan riwayat penyakit hati
• Fistula Aorto enteric pada pasien dengan riwayat aneurisma aorta abdominalis
• Penyakit ulkus peptikum dengan riwayat Helicobacter pylori, NSAID, atau merokok.
Gejala yang dapat ditimbulkan akibat perdarahan saluran cerna bagian atas ialah:
• Ulkus peptikum (nyeri epigastrium)
• Refluks gastroesofagus
• Mual, muntah
• Rasa cepat kenyang (perut terasa penuh)
• Penurunan berat badan
John R. Saltzman et al., 2014. Approach to acute upper gastrointestinal bleeding
Terapi Melena
• Terapi cairan, pasien dengan perdarahan aktif harus menerima cairan intravena (seperti Infus NS atau Ringer
Laktat selama 30 menit). Pasien yang berisiko kelebihan cairan mungkin memerlukan pemantauan intensif dengan
kateter arteri pulmonalis.
• Transfusi darah, transfusi darah diberikan jika kadar hemoglobin < 7 g/dl dengan tujuan untuk mempertahankan
kadar hemoglobin ≥ 9 g/dl. Pasien dengan perdarahan aktif dan hipovolemia mungkin memerlukan transfusi darah
meskipun hemoglobin tampaknya normal.
• Acid Suppression, terapi untuk pasien dengan perdarahan akut dimulai secara empiris dengan PPI intravena.
• Prokinetik, Erythromycin dan metoclopramide merupakan agen prokinetik untuk meningkatkan visualisasi
lambung pada saat endoskopi dengan membersihkan perut dari darah, gumpalan dan sisa makanan.
• Antibiotik untuk pasien sirosis. Infeksi bakteri pada pasien sirosis dengan perdarahan gastroinstestinal dapat
mengembangkan infeksi dan peningkatan angka kematian.
• Asam traneksamat, merupakan agen fibrinolitik pada pasien dengan perdarahan GI.
• Antikoagulan dan antiplatelet
Identitas Pasien
No. RMK: 00123xxx Status Penjamin: BPJS Non PBI Dokter Penanggung Jawab:
Nama Pasien: Tn. S Riwayat Penyakit dahulu: DM 1. dr. L, Sp.S
Jenis Kelamin: Laki-laki Merokok: Sudah berhenti sejak 6 2. dr. W, Sp.P
bulan yang lalu
Usia: 56 tahun Tanggal MRS: 25 Juni 2019 3. dr. C, Sp.PD
Alamat: Oro-Oro Wetan, Rembang, Tanggal KRS: 1 Juli 2019 Apoteker Penanggung Jawab:
Pasuruan
Pekerjaan: Satpol PP Kondisi KRS: Membaik R, S.farm., Apt.
Keluhan Tidak bisa BAB + kentut, sudah 4 hari tidak BAB, 4 Hari yang lalu BAB hitam, mual, muntah,
perut terasa penuh, nafsu makan menurun. Badan lemas, sudah 3 minggu ini kaki lumpuh tidak
bisa berjalan.
Diagnosa Paraplegia Inferior + Tuberkulosis Paru + Melena
Subjective Objective Assessment Planning
Data Klinik
Tanggal
Data Klinik (Spesifik) Nilai Normal
25/6 26/6 27/6 28/6 29/6 30/6 1/7
Kondisi umum Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Nyeri perut 4 + +
BAB - + + (Hitam)
(Hitam)
Ekstremitas inferior Lemah Lemah Lemah Sudah bisa Sulit Kedua kaki
digerakkan digerakkan berat
Batuk +
Sesak + + Sedikit sesak
Subjective Objective Assessment Planning
Data Klinik
Tanggal
Data Klinik (Spesifik) Nilai Normal
25/6 26/6 27/6 28/6 29/6 30/6 1/7
Tekanan Darah 120/80 mmHg 98/56 110/70 90/70 110/60 130/80 130/80 120/80
Nadi 80-160 x/menit 97 86 90 86 90 86 92
RR 18-22 x/menit 20 19 26 22 22 21 22
Suhu 37 ± 0,5° C 36,7 36,8 36,2 36 36,5 36,3 36,2
Kesadaran CM CM CM CM CM CM CM
GCS 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6
Motorik 5 5 5 5 5 5
5 5 2 2 2 2
Subjective Objective Assessment Planning
Data Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil
Hematologi
Leukosit 3,70 – 10,1 9,801 7,116 7,893
Neutrofil 39,3 – 73,7 % 74,2 71,9 69,8
Limfosit 18,0 – 48,3 % 17,1 16,9 16,4
Monosit 4,40 – 12,7 % 5,3 7,3 7,2
Eosinofil 0,600 – 7,30 % 2,8 3,5 5,4
Basofil 0,00 – 1,70 % 0,6 0,4 1,2
Eritrosit 4,6 – 6,2 x 106/µL 3,100 3,030 4,227
Hemoglobin 13,5 – 18,0 g/dL 7,51 7,47 10,20
Hematokrit 40 – 54 % 21,61 21,01 29,63
MCV 81,1 – 96,0 µm3 69,71 69,35 70,09
MCH 27,0 – 31,2 pg 24,22 24,66 24,13
MCHC 31,8-35,4 g/dL 34,74 35,56 34,43
Trombosit 155 – 366 x 103/µL 357 307 325
Subjective Objective Assessment Planning
Kesimpulan:
Kesimpulan:
Suspect TB Paru Curiga fraktur kompresi corpus Vth 6 dan Vth 10
Subjective Objective Assessment Planning
Profil Pengobatan
Tanggal Pemberian
Regimentasi
No. Nama Obat Rute 25/06 26/06 27/06 28/06 29/06 30/06 1/07
Dosis
Tanggal Pemberian
Regimentasi
No. Nama Obat Rute 25/06 26/06 27/06 28/06 29/06 30/06 1/07
Dosis
TB Paru + Ranitidin Terapi pada ulkus duodenum, Oral: 2x150 mg per hari atau Untuk mencegah mual dan muntah
Mual,
ulkus lambung, refluks 1x300 mg per hari (DIH, 17th
Paraplegia muntah,
esophagus, dan Edition).
Inferior + Stress
menghilangkan nyeri ulu hati
Melena ulcer
(DIH 17th, Edition)
Sukralfat Terapi pada ulkus duodenum Stress ulcer profilaksis Untuk mencegah mual dan muntah
(DIH 17th, Edition) Oral: 1 g 4 kali/hari (DIH, 17th Ed).
Lansoprazole Terapi pada ulkus duodenum, Symptomatic GERD: Oral: Short- Untuk mencegah mual dan muntah
terapi tukak lambung (DIH term treatment: 15 mg once daily
17th, Edition) for up to 8 weeks (DIH, 17th
Edition).
DRP
• Pasien menerima banyak obat (polifarmasi) sehingga dapat membuat pasien
bingung atau malas minum obat, sehingga alangkah baiknya jika terapi OAT
diganti dengan sediaan FDC untuk memudahkan pasien minum obat.
• Kadar gula pasien tinggi 243 mg/dl, selain itu pasien juga memiliki riwayat
penyakit diabetes melitus, sehingga alangkah baiknya jika diberikan terapi
hiperglikemia (OAD)