0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
559 tayangan30 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang registrasi pasien di puskesmas menggunakan aplikasi perangkat lunak. Terdapat dua jenis registrasi yaitu untuk pasien umum dan pasien BPJS. Untuk pasien umum, petugas melakukan pendaftaran baru jika pasien belum terdaftar, sedangkan untuk pasien lama cukup menginputkan data pelayanan. Sementara itu, registrasi pasien BPJS dapat menggunakan SIMPUS atau p-Care dengan memper
Dokumen tersebut membahas tentang registrasi pasien di puskesmas menggunakan aplikasi perangkat lunak. Terdapat dua jenis registrasi yaitu untuk pasien umum dan pasien BPJS. Untuk pasien umum, petugas melakukan pendaftaran baru jika pasien belum terdaftar, sedangkan untuk pasien lama cukup menginputkan data pelayanan. Sementara itu, registrasi pasien BPJS dapat menggunakan SIMPUS atau p-Care dengan memper
Dokumen tersebut membahas tentang registrasi pasien di puskesmas menggunakan aplikasi perangkat lunak. Terdapat dua jenis registrasi yaitu untuk pasien umum dan pasien BPJS. Untuk pasien umum, petugas melakukan pendaftaran baru jika pasien belum terdaftar, sedangkan untuk pasien lama cukup menginputkan data pelayanan. Sementara itu, registrasi pasien BPJS dapat menggunakan SIMPUS atau p-Care dengan memper
UNTUK REGISTRASI PASIEN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN Tempat Penerimaan Pasien (TPP) merupakan gerbang pelayanan pertama di suatu fasilitas pelayanan kesehatan (Budi, 2011). Pelayanan di TPP sangat mempengaruhi presepsi pasien terhadap pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesan pertama yang diterima pasien di TPP sangat mempengaruhi apakah pasien akan berkunjung kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut atau tidak. Pelayanan di TPP harus didukung dengan sarana- prasarana pelayanan kesehatan, kemampuan petugas rekam medis dalam melakukan komunikasi yang efektif, alur pasien dan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang jelas. Elemen-elemen pendukung tersebut harus dipenuhi untuk memberikan pelayanan yang berfokus pada pasien dan patient safety. Sarana prasarana pelayanan kesehatan bisa berupa Alat Tulis Kantor (ATK), seperangkat komputer dan koneksi internet, dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang mumpuni. SIMRS di bagian TPP akan dibahas lebih lanjut di bab ini. Kemampuan komunikasi efektif sangat penting dimiliki oleh petugas TPP. Strategi komunikasi dengan pasien dengan delapan langkah yaitu; 1. Perkenalkan diri kepada pasien 2. Menjelaskan apa yang akan terjadi selama komunikasi 3. Tunjukkan empati 4. Mendengar aktif 5. Mengenali dan mengintrepretasi bahasa non-verbal pasien 6. Menyadari akan adanya hambatan komunikasi dengan pasien 7. Gunakan strategi umpan balik 8. Alokasikan waktu yang cukup untuk komunikasi dengan pasien Sistem penerimaan pasien sendiri dibagi menjadi tiga sub sistem yaitu subsistem penerimaan pasien rawat jalan, subsistem penerimaan pasien gawat darurat, dan subsistem pasien penerimaan rawat inap (Budi, 2011). Menurut Huffman (1994) pelayanan rawat jalan adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang tidak mendapatkan pelayanan rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan. Langkah-langkah dalam penerimaan pasien sebaiknya tertulis dalam SPO. Tempatkan SPO di tempat yang mudah dibaca oleh petugas. SPO inilah yang akan menjadi pedoman petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan menjadi tolak ukur pelayanan minimal yang diterima pasien. Pasien gawat darurat merupakan pasien yang datang ke tempat penerimaan pasiengawat darurat yang dibuka selama 24 jam pelayanan, pasien ditolong terlebih dahulu setelah itu kemudian menyelesaikan administrasinya (Budi, 2011). Petugas TPP harus mengarahkan pasien untuk ditolong terlebih dahulu. Pada proses administrasi, petugas TPP harus memberikan penjelasan kepada keluarga pasien atau pasien tentang bagaimana BPJS bias dipakai berdasarkan keterangan gawat darurat dari dokter. Penerimaan pasien rawat inap adalah penerimaan pasien untuk mendapatkan pelayanan lanjutan setelah mendapatkan surat pengantar dirawat dari pihak yang berwenang (Budi, 2011). Hal yang harus diperhatikan terutama untuk pasien BPJS adalah ruang kelas perawatan harus sesuai dengan kelas iuran yang dibayarkan oleh peserta. Alur pasien berobat di fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari pasien datang ke bagian tempat penerimaan pasien untuk mendaftar ke klinik atau pelayanan yang dituju. Setelah berkas disiapkan oleh petugas penerimaan pasien, pasien akan mendapatkan pelayanan di klinik. Tenaga medis akan menetapkan diagnosis untuk pasien dan pasien dinyatakan pulang atau di rawat inap. Jika pasien diizinkan pulang, maka pasien dapat menuju ke bagian farmasi untuk memesan obat. Untuk pengambilan obat bisa dilakukan setelah pasien membayar biaya pelayanan dan obat, setelah itu pasien diijinkan untuk pulang. Bagi pasien yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (rawat inap), pasien akan dibuatkan surat pengantar dirawat yang akan dibawa pasien untuk melakukan pendaftaran pasien rawat inap. Setelah selesai melakukan pendaftaran di tempat penerimaan pasien rawat inap, pasien akan diantar ke bangsal oleh perawat. Pasien mendapatkan perawatan dan obat-obatan di bangsal perawatan. Setelah dinyatakan boleh pulang oleh dokter, keluarga pasien atau pasien mengurus administrasi dan membayar biaya perawatan di kassa kemudian pasien diperbolehkan pulang. Aplikasi Perangkat Lunak Untuk Registrasi Pasien di Puskesmas
Aplikasi perangkat lunak untuk registrasi pasien di puskesmas secara umum dapat dibedakan sesuai dengan jenis pembayarannya. Khusus untuk pasien anggota JKN, BPJS menyediakan perangkat lunak khusus untuk melakukan registrasi
A. REGISTRASI PASIEN UMUM 1. Registrasi pasien baru. Jika pasien belum pernah berkunjung ke puskesmas sebelumnya maka pasien tersebut dikategorikan sebagai pasien baru. Untuk memastikannya, petugas registrasi pasien harus mengecek terlebih dahulu pada database pasien apakah pasien sudah pernah terdaftar sebelumnya atau belum. Petugas memasukkan nama pasien yang mendaftar ke dalam kotak pencarian data pasien kemudian menekan tombol “Enter” atau klik tombol “Cari”. Kemudian akan muncul data pasien sesuai dengan kata kunci yang dimasukkan. Selain nama pasien, petugas juga dapat mencocokkan tanggal lahir dan alamat pasien untuk melakukan identifikasi pasien. Jika pasien belum pernah terdaftar sebelumnya maka petugas dapat menggunakan prosedur pendaftaran pasien baru, sebaliknya jika pasien sudah pernah terdaftar sebelumnya maka petugas dapat menggunakan prosedur pendaftaran pasien lama. Untuk melakukan registrasi pasien baru, petugas dapat menggunakan menu “Pendaftaran” kemudian klik sub menu “Input Data Pasien” sehingga muncul form registrasi pasien seperti pada Gambar 2.2. Petugas harus menginputkan data sosial pasien yang meliputi nomor rekam medis, NIK (nomor induk kependudukan/nomor KTP), nama lengkap pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, desa, pekerjaan, nama kepala keluarga, nama istri (dari kepala keluarga), status kawin, status keluarga, tanggal kunjungan, jenis pasien/ cara bayar, serta jenis pelayanan yang dikehendaki di puskesmas. Data kepala keluarga diperlukan karena umumnya puskesmas menganut sistem family folder dimana data rekam medis 1 (satu) keluarga disimpan dalam 1 map/ folder yang sama dengan data kepala keluarga sebagai penandanya. Pemberian nomor rekam medis kepada pasien baru perlu diperhatikan dengan seksama oleh petugas puskesmas. Tidak boleh terjadi duplikasi nomor rekam medis dimana 1 (satu) nomor rekam medis digunakan oleh lebih dari 1 (satu) orang pasien. Aplikasi perangkat lunak registrasi pasien yang baik seharusnya mampu mencegah terjadinya duplikasi nomor rekam medis. Jika nomor rekam medis sudah pernah digunakan sebelumnya maka nomor tersebut tidak boleh digunakan lagi atau diberikan kepada pasien lain. 2. Registrasi pasien lama.
Jika pasien sudah pernah berkunjung ke puskesmas
sebelumnya maka pasien tersebut dikategorikan sebagai pasien lama. Data pasien lama telah ada dalam database SIMPUS sehingga petugas tinggal mencari datanya kemudian tinggal menginputkan jenis pasien/ cara bayar dan jenis pelayanan yang dikehendaki. B. REGISTRASI PASIEN BPJS Khusus untuk pasien anggota JKN, BPJS telah menyediakan aplikasi perangkat lunak khusus untuk pendaftaran pasien yaitu p-Care. Pada beberapa puskesmas masih terjadi double entry antara SIMPUS dan p-Care untuk data pasien BPJS mengingat keduanya harus terisi dengan data pelayanan pasien yang bersangkutan. Pada beberapa puskesmas yang lain, p-Care sudah terintegrasi dengan SIMPUS sehingga cukup menginputkan data pada SIMPUS dan data juga otomatis akan terinput ke database p-Care. 1. Registrasi pasien menggunakan SIMPUS Sama seperti pada registrasi pasien umum, petugas harus mengecek terlebih dahulu apakah pasien yang bersangkutan sudah pernah berkunjung sebelumnya ke puskesmas. Petugas dapat mengecek pada database pasien dengan menginputkan kata kunci pencarian berupa nama pasien. Misal nama pasien yang akan dicari adalah “astik” maka petugas cukup menuliskan kata kunci tersebut pada kolom pencarian seperti pada Gambar 2.5. Jika pasien sudah pernah terdaftar sebelumnya maka datanya akan muncul pada halaman hasil pencarian seperti pada Gambar 2.6. Setelah data pasien ditemukan, petugas cukup
meng-klik tombol “registrasi” di sebelah kanan
data hasil pencarian sehingga kemudian
muncul halaman pendaftaran pasien lama
seperti tampak pada Gambar 2.7. Perbedaan
registrasi pasien umum dan pasien BPJS adalah
pada kolom isian cara bayar.
Jika pasien belum pernah terdaftar sebelumnya maka petugas dapat menggunakan prosedur pendaftaran pasien baru. Seperti halnya pendaftaran pasien baru pada Gambar 2.2., harus diinputkan data sosial pasien secara lengkap untuk disimpan pada database SIMPUS. Input data sosial pasien baru dapat dilihat juga pada Gambar 2.8. Gambar ini menggunakan SIMPUS versi yang berbeda dengan yang ditampilkan pada Gambar 2.2. 2. Registrasi pasien menggunakan p-Care Perangkat lunak untuk registrasi pasien BPJS di puskesmas adalah p-Care. Seperti yang dijelaskan pada Bab 1 modul ini, p-Care adalah aplikasi perangkat lunak yang wajib digunakan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS. Petugas puskesmas perlu memperhatikan dengan baik syarat seorang pasien peserta BPJS dapat dilayani secara gratis di Puskesmas. Pasien tersebut harus terdaftar sebagai peserta BPJS dengan pemilihan pemberi pelayanan kesehatan tingkat 1 (PPK 1) adalah puskesmas bersangkutan tempat petugas bekerja saat ini. Jika tidak terdaftar sebagai peserta BPJS di puskesmas yang bersangkutan maka pasien dapat ditawari pindah PPK 1 atau dilayani sebagai pasien umum.