EMBRIO ENDOSPERMAE
Eka Mayasari
Sivana Aolya Hasna
Muhammad Dzikron Amien
EMBRIOGENESIS
Proses pembentukan embrio multiseluler dari zigot bersel tunggal yang bersifat diploid
Embriozigotik
ZIGOT
B. Embrio masih dalam fase jantung ditandai dengan terbentuknya kotiledon tetapi sumbu
embrio belum bisa dibedakan
Embrio Tahap Torpedo
A. Embrio memasuki tahap torpedo dan endosperm berwujud gel, suspensor tampak mulai
mengecil
B. Embrio memasuki tahap torpedo dan endosperm berwujud gel, sumbu embrio mulai terlihat
Embrio Tahap Kotiledon
(Dewasa/Masak)
Embrio telah masak ditandai dengan perkembangan sumbu embrio, kotiledon yang sudah
maksimal, endosperm habis diserap oleh embrio dan diserap oleh kotiledon, suspensor tidak
teramati kemungkinan terdesak oleh perkembangan badan embrio atau telah mengalami
degenerasi (Budiwati, et al,. 2015).
Embrio Genesis Magnoliopsida
(Dikotil)
1. Zigot membelah asimetris membentuk sel apikal yang kecil dan sel basal yang besar.
2. Sel apikal berkembang menjadi embrio, sel basal selanjutnya membelah melintang membentuk suspensor.
3. Sel apikal yang membelah memanjang menjadi proembrio tetrad, suspensor membelah melintang
beberapa kali.
4. Sel apikal membelah vertikal (longitudinal) dengan pembelahan tegak lurus bidang pertama, pada tahap ini
proembrio berada pada tahap 8 sel, setiap sel membelah melintang menghasilkan 16 sel, setap sel akan
membelah secara periklinal menghasilkan protoderma di sebelah luar yang akan berdiferensiasi menjadi
epidermis.
5. Sel sebelah dalam akan membentuk meristem dasar, sistem prokambium, hipokotil. Pada tahap ini embrio
pada tahap globuler.
6. Embrio ahap globuler mengalami pendataran di bagian apeks. Pada tahap ini embrio pada tahap jantung.
7. Embrio memasuki tahap torpedo.
8. Pemanjangan terus terjadi membentuk embrio tahap kotiledon.
9. Suspensor membentuk embrio masuk ke dalam endosperma untuk mendapat makanan. Embrio tahap
kotiledon tumbuh dan melengkung di dalam biji, suspensor sudah mengecil.
Tipe Embrio Magnoliopsida (Dikotil)
Sel terminal Tipe Piperad
membelah secara
longitudinal
Tipe Onagrad
Embrio Dikotil
Tipe Asterad
Sel terminal
membelah secara
transversal Tipe Solanad
Tipe Caryophylad
Tipe Chenopodiad
1. Zigot membelah dengan dinding longitudinal
Tipe Piperad
2. Zigot membelah dengan dinding transversal
Tipe Onagrad : sel apikal membelah secara longitudinal selama generasi sel kedua, sel basal hanya
sedikit berperan atau tidak sama sekali pada perkembangan embrio.
Tipe Asterad : sel apikal dari proembrio dua sel membelah secara longitudinal selama generasi
kedua, sel basal dan sel apikal berperan dalam pemebentukan embrio.
Tipe Solanad : sel apikal dari proembrio dua sel membelah secara transversal selama generasi
kedua, sel basal hanya sedikit berperan atau tidak sama sekali pada perkembangan embrio
selanjutnya, sel basal berkembang menjadi suspensor yang terdiri atas dua atau lebih sel.
Tipe Caryophylad : sel apikal dan proembrio dua sel membelah secara transversal selama generasi
kedua, sel basal tidak mengadakan pembelahan selanjutnya, jka ada suspensor berasa dari sel
terminal.
Tipe Chenopodial : sel apikal dari proembrio dua sel membelah secara transversal selama
generasi kedua, sel basal berperan dalam pemebentukan embrio.
(Johansen, 1950)
Tipe Embrio Magnoliopsida
(Dikotil)
Perkembangan embrio zigotik pada monokotil
Najas lacerate
• Zigot membelahan melintang yang asimetris membentuk sel apikal
yang kecil dan sel basal yang besar
• Sel apikal membelah melintang menjadi 2 sel (c dan d).
• Sel d membelah melintang (m dan ci) membentuk embrio tahap 4 sel
(tetrad) yang linier (Gambar 3 B).
• Pada sel c dan m terjadi dua kali pembelahan vertikal membentuk 2
deret sel masing-masing 4 buah sel (Gambar 3.C)
• Bagian q terdiri dari 4 sel yang disebut quadran. Quadran q membelah
perklinal membentuk 4 sel luar bakal dermatogen mengelilingi 4 sel aksial
(Gambar 3..E
• Sel pada deret m membelah vertikal dan memanjang, kemudian
membentuk proembrio tahap globular (Gambar 3. F)
• Proembrio menjadi berbentuk oval, bagian tengah membentuk pemula
plerom (Gambar3. G).
• Pada bagian q terjadi pembelahan yang lebih cepat dari sel disebelahnya,
yang mengubah kesimetrisan pada proembrio. Pertumbuahn yang cepat
pada deret q membentuk kotiledon tunggal. (Gambar 3. H).
• Sisi yang lain pertumbuhannya lambat, dan tumbuh menjadi pemula
epikotil/ initial apeks (Gambar 3. I).
Daftar Pustaka :
Budiwati, et al,. 2015. Perkembangan Embri Zigotik Hasil Silangan
Antara Kembang Sepati (Hibiscus rosa-sinensis) Induk Betina Warna
Merah Muda dan Induk Jantan Warna Merah. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Bhojwani, S. S. 7 S. P. Bhatnagar. 1999. The Embriology of Angiosperms
4th Revised & Entarged Edition. New Delhi : Vikas Publishing
House PVT LTD.
Johansen, D. A. 1950. Plant Embyology. The Chronica Botanica Co,
Waltahm Mass., USA.