Berdasarkan berkas gugatan, hubungan hukum antara Aziz dan Rizal berawal dari perjanjian
waralaba yang ditandatangani pada 9 Maret 2005. Perjanjian itu memberikan hak kepada Azis
untuk menjalankan usaha dengan menggunakan nama LP3I, dengan disertai hak dan
kewajiban. Aziz mengaku tertarik untuk investasi Waralaba LP3I karena keuntungan yang
ditawarkan. Sebagaimana tercantum dalam brosur yang dikeluarkan LP3I, investasi type B
akan memberikan keuntungan sebesar Rp2.091.241.300 dalam jangka waktu lima tahun.
WANPRESTASI YANG
DILAKUKAN
Aziz pun menyepakati perjanjian waralaba dengan Rizal melalui perjanjian
No.13/FRC-LP3I/03-05. Berdasarkan perjanjian tersebut, Rizal memiliki kewajiban
untuk menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan.
Namun, Rizal tidak melaksanakan kewajiban seperti yang ditentukan. Rizal tidak
memberikan materi ajaran sepenuhnya. Rizal juga tidak pernah mengundang Aziz
dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang merupakan forum untuk membahas
evaluasi, rencana, dan strategi pendidikan.
AKIBAT
WANPRESTASI
Akibat wanprestasi yang dilakukan Rizal, kualitas
pendidikan dan siswa LP3I di tempat Aziz menjadi
berkurang. Hal itu jelas menyimpang dari maksud dan
tujuan dibuat dan ditandatanganinya perjanjian.
Dari kasus tersebut, pada awalnya kelompok kami memperkirakan bahwa pihak
LP3I telah melanggar PP No. 42 tahun 2007 pasal 8 yang bunyinya :