Anda di halaman 1dari 8

Kasus Wanprestasi

Lembaga Pendidikan dan Pengembangan


Profesi Indonesia (LP3I)

Hukum Ekonomi dan Bisnis


Fakultas Hukum
Universitas Lampung
Headline
Pleas your text

Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia


(LP3I) dikenal sebagai lembaga pendidikan yang menjanjikan
lulusannya bisa langsung kerja. Dengan trademark ini, LP3I
pun terus berkembang pesat. Cabang-cabang LP3I mulai
menjamur di sejumlah daerah di Indonesia melalui skema
bisnis franchise (waralaba).  Namun, hubungan bisnis LP3I
dengan para investor pewaralabanya tidak selalu berjalan
mulus. Saat ini, LP3I tengah tersangkut gugatan wanprestasi
yang disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
GUGATAN
Gugatan dilayangkan oleh Aziz Sudaryanto penerima waralaba LP3I untuk cabang Surabaya
terhadap Presiden Direktur LP3I, Rizal Diansyah. Aziz menuding Rizal telah melakukan
wanprestasi atas perjanjian waralaba.

Berdasarkan berkas gugatan, hubungan hukum antara Aziz dan Rizal berawal dari perjanjian
waralaba yang ditandatangani pada 9 Maret 2005. Perjanjian itu memberikan hak kepada Azis
untuk menjalankan usaha dengan menggunakan nama LP3I, dengan disertai hak dan
kewajiban. Aziz mengaku tertarik untuk investasi Waralaba LP3I karena keuntungan yang
ditawarkan. Sebagaimana tercantum dalam brosur yang dikeluarkan LP3I, investasi type B
akan memberikan keuntungan sebesar Rp2.091.241.300 dalam jangka waktu lima tahun.
WANPRESTASI YANG
DILAKUKAN
Aziz pun menyepakati perjanjian waralaba dengan Rizal melalui perjanjian
No.13/FRC-LP3I/03-05. Berdasarkan perjanjian tersebut, Rizal memiliki kewajiban
untuk menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan.

Namun, Rizal tidak melaksanakan kewajiban seperti yang ditentukan. Rizal tidak
memberikan materi ajaran sepenuhnya. Rizal juga tidak pernah mengundang Aziz
dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang merupakan forum untuk membahas
evaluasi, rencana, dan strategi pendidikan.
AKIBAT
WANPRESTASI
Akibat wanprestasi yang dilakukan Rizal, kualitas
pendidikan dan siswa LP3I di tempat Aziz menjadi
berkurang. Hal itu jelas menyimpang dari maksud dan
tujuan dibuat dan ditandatanganinya perjanjian.

Selain itu, wanprestasi yang dilakukan Rizal menyebabkan Aziz


tidak dapat melaksanakan program pendidikan sebagaimana
paket yang ditawarkan. Aziz juga tidak dapat melaksanakan
pembahasan evaluasi, rancana dan strategi pendidikan LP3I
ke depan yang seharusnya difasilitasi Rizal setiap tahunnya
melalui Rakernas.
ANALISIS KASUS

Dari kasus tersebut, pada awalnya kelompok kami memperkirakan bahwa pihak
LP3I telah melanggar PP No. 42 tahun 2007 pasal 8 yang bunyinya :

“Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan,


bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan
kepada Penerima Waralaba secara berkesinambungan “
Selain itu,
Hal lain yang dilanggar terdapat pada draft perjanjian waralaba
LP3I yaitu pada Pasal 9 tentang Kewajiban dan Hak Pemberi
Franchice ayat 1 bagian e yang bunyinya :

“pihak pertama berkewajiban untuk : Memberikan bimbingan,


pembinaan, dan dukungan dalam pengelolaan dan
pengembangan managemen secara kelembagaan berdasarkan
Standard Performance.”
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai