Anda di halaman 1dari 17

ACTIVITY

ACTIVITY BASED
BASED MANAGEMENT
MANAGEMENT (ABM),
(ABM), JUST
JUST IN
IN TIME
TIME (JIT),
(JIT), ACTIVITY
ACTIVITY BASED
BASED BUDGETING
BUDGETING
(ABB)
(ABB)
Konsep Activity Based Management (ABM)

Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di


seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian
manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan
nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan
Mowen, 2006; 11).

Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM)


adalah pendekatan manajemen yang memusatkan pengelolaan
pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement
berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan
laba yang dihasilkan dari penyedia value tersebut.

Berdasarkan definisidiatas, ABM mempunyai dua frasa penting,


yaitu manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan
aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen,
dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan
laba dari penyedia nilai tersebut.
Dimensi Activity Based Management (ABM)
Activity Based Management (ABM) menekankan baik pada product costing maupun process value
analysis. Terdapat 2 dimensi pada ABM yaitu:

1. Cost Dimension. Menyediakan 2. Process Dimension.Menyediakan


informasi tentang sumber informasi tentang mengapa suatu
ekonomi, aktivitas, produk serta aktivitas dilaksanakan dan
konsumen. Dalam dimensi ini bagaimana pelaksanaannya.
dilakukan penelusuran biaya ke Dimensi ini ingin mengetahui 
setiap aktivitas, kemudian biaya kinerja setiap aktivitas yang
setiap aktivitas dibebankan ke dilakukan perusahaan. Dimensi
produk. Dimensi ini sangat
ini menunjukan informasi tentang
bermanfaat untuk product costing,
continoues improvement yang
managemen biaya strategik serta
tactical analysis . Menekankan
dilakukan perusahaan.
pada ketelitian alokasi biaya
aktivitas ke setiap produk.
Penerapan Activity Based Management

Activity based Management lebih komprensive dibandingakn


ABC. Dari diagram tersebut terlihat bahwa ABC merupakan bagian
dari ABM. ABM dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
memliki 2 tujuan utama, yaitu:

• Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan menyajikan


informasi biaya yang lebih akurat.
• Melakukan pengurangan biaya dengan mendorong dilakukannya
program-program pengurangan biaya.

Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan


menghilangkan aktivitas dan biaya tak bernilai tambah. Aktivitas
yang tidak bernilai tambah adalah operasi yang (1) tidak perlu dan
tidak penting; (2) perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat
dikembangkan.
•Perhitungan AnggaranActivity Based Management
Laporan Kinerja Berbasis Aktivitas
Keterangan Biaya Dianggarkan Biaya Sesungguhnya Selisih Anggaran

Bahan Baku Rp.10.000.00 Rp.12.000.000 2.000.000(R)


0

Tenaga Kerja Langsung 50.000.00 50.000.000 -


.
0

Perlengkapan 25.000.00 30.000.000 5.000.000(R)


0

Pemeliharaan 81.000.00 75.000.000 6.000.000(U)


0

Listrik 40.500.00 38.000.000 2.500.000(U)


0

Inspeksi 180.000.00 150.000.000 30.000.000(U)


0

Pengesetan 40.000.00 40.000.000 -


0

Penerimaan Barang 180.000.00 120.000.000 60.000.000


0

Total 606.500.00 515.000.000 91.500.000


0

Perhitungan Selisih Anggaran Perkomponen Keterangan (R) rugi, (U) untung.

Aktivitas Biaya Dianggarkan Biaya Sesungguhnya Selisih

Penerimaan

Variabel 60.000.000 65.000.000 5.000.000(R)

Tetap 120.000.000 55.000.000 65.000.000(U)

Total 180.000.000 120.000.000 60.000.000(U)


Konsep Just In Time (JIT)

Konsep just in time adalah sebagai berikut :


• Berfokus pada simplicity / kesederhanaan & tepat waktu
• Standar mutu yang tinggi
• Memusnahkan segala aktivitas yang tidak memberikan manfaat
• Menjunjung upaya perbaikan yang selalu
Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian
aktivitasdesain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan
menggunakanminimum persediaan untuk bahan baku, WIP, dan
produk jadi.
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu
yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-
segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.
Pembelian Just In Time (JIT)
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga
dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.

Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan
cara:
• Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan
dalam negosiasi dengan pamasoknya.
• Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
• Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
• Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
• Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen
dalam beberapa cara sebagai berikut:
• Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
• Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
• Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung
dapat diubah menjadi biaya langsung.
• Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual
• Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
Produksi Just In Time (JIT)
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi
komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya
sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya
atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi
dengan cara:
• Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam
setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan
produk (konsep persediaan nol).
• Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu)
produksi (konsep waktu tunggu nol).
• Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk
mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan
pengolahan produk (workstation).
• Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk
sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat
dieliminasi.
Analisis Biaya-Volume-Laba
•Analisis CPV Konvensional
Analisis biaya-volume-laba (CPV) konvensional menganggap bahwa semua biaya,
produksi dan non produksi, dap[at digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu:
a. Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel
b. Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.

Dalam anlisis tersebut biaya dianggap sebagai fungsi linier volume penjualan sehingga persamaannya
adalah:
L = P-B Dalam hal ini:
P =HX L = Laba bersih sebelum pajak
B = T + VX P = Pendapatan Total
Sehingga: B = Biaya Total
L = HX - T - VX H = Harga jual per unit
X(H - V) = L + T X = Unit atau volume produk yang
X = (L+T)/(H-V) T = Biaya tetap total
V = Biaya variabel per unit
•Analisis CPV dalam JIT
Dalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya tetapnya naik.
Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch menjadi satu kali.
Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut:
B = T + V1X1 + V3X3
B = Biaya Total X1 = Jumlah unit
T = Biaya tetap X3 = Jumlah kegiatan
V1 = Biaya variabel berdasar unit penjualan (berdasar unit)
V3 = Biaya variabel berdasar non unit
Titik Impas

Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi.jadi dapat
dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang.
• Sistem Konvensional
X = (I + F) / (P - V)
Dalam hal ini:
X = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu
I = Laba sebelum pajak penghasilan
F = Total biaya tetap
P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
• Sistem JIT
X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1)
Dalam hal ini:
X1 = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu
I = Laba sebelum pajak penghasilan
F1 = Total biaya tetap
X2 = Jumlah kuantitas berbasis nonunit
V2 = Biaya variabel per basis non unit
P = Harga jual per unit
V1 = Biaya variabel per unit
 
Illustrasi :
PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang menggunakan dua
sistem biaya yang berbeda yaitu:
•Sistem biaya konvensional
•JIT
Sistem biaya konvensional membebankan BOP menggunakan pengarah biaya (cost driver) berbasis unit.
Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada penelusuran biaya dan penentuan harga pokok
berbasis aktivitas untuk biaya yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan suatu sel
pemanufakturan. Untuk mengetahui perbedaan antara kedua metode, berikut ini disajikan data biaya produksi
untuk bulan desember 1997 :
ELEMEN BIAYA SISTEM BIAYA
KONVENSIONAL JIT
Bahan Baku Rp 800 Rp 800
Tenaga kerja langsung 70 100
BOP Variabel berbasis unit 90 20
BOP Variabel berbasis non unit - 30
BOP tetap langsung 30 30
BOP tetap bersama 100 20
Rp 1.090 Rp 1.000

Diminta:
•Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar
seandainya perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar.
•Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 1500 unit dengan harga jual
Rp 1.100, susunlah laporan L/R untuk periode yang bersangkutan
•Lakukan analisis terhadap kasus tersebut.
Penyelesaian :
1. Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai biaya terhindarkan yang harus
diputuskan oleh perusahaan tersebut.
Biaya yang dapat dihindarkan:
- Sistem biaya konvensional = Rp 800 + 70 + 90 + 30 = Rp 990
- Sistem biaya JIT = Rp 800 + 100 +30 +20 +30 = Rp 980
KETERANGAN SIST. SIST. JIT
2. Laporan L/R KONVENSIONAL
1)
Rp 800 + Rp 70 + Rp 90 = Rp 960 Penjualan : Rp 1.650.000 Rp 1650.000
( 1500 u x Rp 1.100)
2)
Rp 800 + Rp 20 = Rp 820 Biaya Variabel : 1.440.000
(Rp 9601) x 1.500 u) 1.230.000
3)
Rp 30 x 1.500 u = Rp 45.000 (Rp 8202) x 1.500 u) 210.000 420.000
Laba Kontribusi - 45.0003)
4)
(Rp 100 + Rp 30) x 1.500 u = R195.000 Biaya Tertelusur : 45.000 195.004)
By. variabel berbasis non 45.000 240.000
unit
By. tetap langsung 165.000 180.000
Jumlah Biaya Tertelusur
Laba Langsung Produk

3.Sistem penentuan harga pokok konvensional menyediakan laporan yang


menunjukkan profitabilitas produk sedangkan sistem JIT menunjukkan adanya
efisiensi karena JIT dapat mengubah beberapa jenis biaya mis: Biaya tenaga kerja
langsung menjadi biaya tetap langsung.
Konsep Activity Based Budgeting (ABB)

Activity-based budgeting merupakan proses penyusunan anggaran yang


berfokus pada improvementterhadap sistem yang digunakan oleh
organisasi agar dapat menghasilkan value bagi pelanggan (Brimson dan
Antos, 1999) dan berfokus pada proses secara integral terhadap suatu
organisasi (McClenahen, 1995), serta merupakan proses perencanaan
dan pengendalian aktivitas-aktivitas yang diharapkan oleh organisasi agar
mencapai anggaran yang cost-effective dan memenuhi workload sesuai
dengan tujuan dan strategi organisasi (Antos,1997).

Activity-based budgeting dapat diaplikasikan pada semua


organisasi dan fungsi, termasuk untuk perusahaan jasa, dan
fungsi-fungsi overhead, sedangkan pada perusahaan
manufaktur, konsep ini mula-mula diterapkan (lihat misalnya,
Newberry dan Bacon, 1994; dan Brinson dan Antos, 1998).
Adanya tantangan baru mendorong semua organisasi komersial
ataupun non komersial memusatkan perhatiannya pada overall
cost.
Activity-based budgeting berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan traditional budgeting.
Secara ringkas perbedaan traditional budgeting dan activity-based budgeting dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Perbedaan Anggaran Tradisional Dengan Activity Based Budgeting

Perbedan Traditional Budgeting Activity-Based Budgeting


Fokus Fungsi Sistem
Penyusn Manajer system, Ketua tim, Manajer fungsi
Anggarn utama, Manajer fungsi pendukung
Manajer Fungsional
(Budgetees
)
Menjalankan bagian dari sistem Melakukan improvement terhadap
yang ada, Memenuhi kebutuhan system, Memuaskan
Tujuan fungsi,Melaksanakan kebutuhancustomers, Meraih kesempatan, Cost
pengendalian, Cost control reduction
Perbedaan Anggaran Tradisional Dengan Activity Based Budgeting

Perbedaan Penganggaran Tradisional Activity Based Budgeting


Unit penganggaran Diekspresikan sebagai biaya Diekspresikan sebagai biaya
fungsional atau kategori pengeluaran pelaksanaan aktivitas

Fokus Sumber daya yang dibutuhkan Keluaran atau pekerjaan yang


dilakukan
Orientasi Historis Countinuous improvement
Peran pemasok dan Tidak secara normal Melakukan koordinasi dengan
pelanggan mempertimbangkan pemasok dan pemasok dan mempertimbangkan
pelanggan dalam penganggaran kebutuhan pelanggan dalam
proses penganggaran

Tujuan pengendalian Memaksimalakan kinerja manajer Menyelaraskan aktivitas


perusahaan secara keseluruhan

Dasar anggaran Berdasarkan kinerja manajer Berdasarkan kemanfaatan


kapasitas
Prinsip-Prinsip Activity Based Budgeting (ABB)

Amin (2003:6) mengemukakan prinsip-prinsip Activity Based Budgeting (ABB) sebagai


berikut:
• ABB harus menggambarkan apa yang dilakukan, aktivitas atau proses usaha
(business processes), bukan unsur biaya (cost elements). Sumber daya yang
dibutuhkan atau elemen biaya harus berasal dari aktivitas yang diharapkan atau
proses usaha dan beban kerja (workload). Workload adalah jumlah unit dari suatu
aktivitas yang dibutuhkan.
• Anggaran berbasis aktivitas harus didasarkan pada beban kerja (workload)
mendatang agar dapat memenuhi; persyaratan pelanggan, tujuan dan strategi
organisasi/departemen, jasa dan bauran jasa (service mix) yang baru atau yang
diubah, perubahan dalam proses usaha, perbaikan dalam efesiensi dan efektifitas,
perubahan dalam tingkat layanan (service level), mutu, fleksibilitas dan tujuan
siklus waktu.
• Anggaran akhir harus menggambarkan perubahan dalam biaya sumber daya
(resource cost).
• Sebagai bagian dari proses pengganggaran, perusahaan perlu memberi perhatian
pada usaha perbaikan yang berkesinambungan. Setiap departemen harus
mengidentifikasi aktivitas atau proses usaha untuk melakukan perbaikan, jumlah
perbaikan, dan bagaimana merencanakan mencapai target perbaikan.
Menurut Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini (2007:375), ada
tiga prinsip dasar Activity Based Budgeting (ABB) sebagai berikut:

1. Activity based budgeting berfokus pada pemahaman tentang aktivitas dan hubungannya


untuk mencapai tujuan strategik.Activity-based budgeting ini diawali dengan manajemen
mendefinisikan visi, misi, strategi dan usulan nilai dari produk/jasa. Strategi dirumuskan
berbasis pada analisis customer requirement, pengetahuan pasar dan persaingan untuk
menentukan nilai (value) yang dapat diberikan kepada customer. Melalui serangkaian langkah,
strategi ini didefinisikan untuk mendukung atribut performance yang mengusulkan nilai suatu

produk/jasa .
2. Activity based budgeting berfokus ke penciptaan nilai.Nilai dapat diciptakan
ketika costumer bersedia menggunakan produk/jasa. Sasaran yang diperlukan untuk
menciptakan nilai yaitu:
• Pemerolehan/pertumbuhan pangsa pasar
• Peningkatan laju pertumbuhan penjualan
• Peningkatan profit margin
• Pengurangan biaya
• Pengurangan pajak penghasilan
• Peningkatan produktivitas aktiva
• Pengurangan biaya modal

3. Activity based budgeting merupakan proses yang mengarahkan seluruh aktivitas


perusahaan untuk menciptakan nilai.Aktivitas perusahaan untuk penciptaan nilai
dikelompokkan pada 4 golongan yaitu aktivitas yang secara langsung berkaitan
dengan penyediaan produk dan jasa bagi costumer luar, aktivitas yang meberikan dukungan
secara langsung kepada result producting activities dalam penyediaan produk dan jasa
bagicostumer, pusat jasa yang menyediakan layanan bagi result producing activities dan result
contributing activities, dan pusat jasa yang menyediakan layanan kebersihan dan
kerumahtanggaan bagi ketiga aktivitas lainnya.

Anda mungkin juga menyukai