X - Peredam Energi
X - Peredam Energi
BENDUNG
Peredam Energi Bendung
Fungsi peredam energi:
Langkah desain:
- hitung parameter tak berdimensi
- berdasarkan grafik MDO (1), tentukan dalam lantai peredam energi, Ds,
diukur dari elevasi mercu
bendung;
- berdasarkan grafik MDO (2), tentukan panjang lantai peredam energi, L,
diukur dari titik potong
antara bidang miring bendung dan lantai;
- jari-jari kelengkungan bidang hilir sebesar 1,0 m;
- tinggi ambang a = 0,2 D2 (kedalaman air sungai di hilir pada kondisi debit
rencana = hb)
Grafik Peredam energi jenis MDO
Denah Peredam Energi MDO
Potongan Memanjang Peredam Energi MDO
USBR
Tipe peredam energi cekung masif
Tipe peredam energi berganda
Tipe peredam energi bertangga
Tipe peredam energi kolam loncat air (plunge pool)
Tipe peredam energi sarang laba-laba
Hal-hal yang harus diperhatikan
1 =
𝑉 1=
√ 2𝑔 ( 2
𝐻1+ 𝑧 )
di mana: v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)
H1 = tinggi energi di atas ambang, m
z = tinggi jatuh, m.
Perhitungan Grafis
Perhitungan Hidrolis
Untuk ’ = ( 1,1 - .
Untuk ’ = 0 .
Untuk ’ = ( 0,1 -
Panjang Kolam Loncat Air
Panjang kolam loncat air biasanya kurang dari panjang bebas loncatan tersebut ditambah adanya ambang ujung
(end sill)
Ambang yang berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya ditempatkan pada jarak
𝑦2 1
= ( √ 1+8. 𝐹 𝑟 − 1 )
𝑦𝑢 2
di mana :
y2 = kedalaman air di atas ambang ujung, m
yu = kedalaman air di awal loncat air, m
Fr = bilangan Froude
v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)
BILANGAN FROUDE :
→ TRAPESIUM
Untuk menjaga agar loncatan tetap dekat dengan muka miring
bendung dan di atas lantai, maka lantai harus diturunkan hingga
kedalaman air hilir sekurang-kurangnya sama dengan kedalaman
konjugasi.
Untuk aliran tenggelam, yakni jika muka air hilir lebih tinggi dari 2/3 H1
di atas mercu, tidak diperlukan peredam energi.
Panjang kolam olak dapat sangat diperpendek dengan menggunakan
blok-blok halang dan blok-blok muka.
2,5 < Fr < 4,5
Kolam Olak USBR Tipe IV
(
Kolam Olak Tipe Blok Halang
Fr > 4,5
Kolam Olak USBR Tipe III
Jika kolam itu dibuat dari pasangan batu, blok halang
dan blok muka
Tipe Kolam Olak
Kondisi dasar sungai dan tipe sedimen yang diangkut memainkan peranan penting
dalam pemilihan tipe kolam olak:
a. Bendung di sungai yang mengangkut bongkah atau batu-batu besar dengan dasar
yang relatif tahan gerusan, biasanya cocok dengan kolam olak tipe bak
tenggelam/submerged bucket.
b. Bendung di sungai yang mengangkut batu-batu besar, tetapi sungai itu
mengandung bahan alluvial, dengan dasar tahan gerusan, akan menggunakan
kolam loncat air tanpa blok-blok halang atau tipe bak tenggelam/peredam
energi.
c. Bendung sungai yang hanya mengangkut bahan-bahan sedimen halus dapat
direncanakan dengan kolam loncat air yang diperpendek dengan menggunakan
blok-blok halang.
Pintu Air
Tipe Pintu Air:
Secara hidrolis bendung karet harus memiliki taraf muka air yang direncanakan
dan dapat dikempiskan secara cepat bila terjadi banjir, tinggi bendung karet
umumnya tidak melebihi 5 m karena konstruksi bendung karet dengan tinggi lebih
dari 5 m sudah tidak efisien lagi.
Mercu bendung diletakkan pada elevasi yang diperlukan untuk pelayanan muka air
pengambilan atau didasarkan pada perhitungan bagi penyediaan volume
tampungan air dihilir bendung.
Debit Limpasan pada Pembendungan Maksimum
Total
debit limpasan pada pembendungan maksimum dihitung dengan rumus :
dengan:
Kedalaman air diatas mercu ditetapkan tidak melebihi 0,3 H dengan H adalah
tinggi bendung. Kedalaman air diatas mercu maksimum ini menentukan elevasi
muka air pengempisan yang merupakan batas muka air tertinggi karena bendung
karet harus sudah dikempiskan.
Penampungan dan pelepasan air dilakukan dengan pengisian udara
pada tabung karet sehingga terjadi pengembangan tabung karet
karena adanya pengempangan, pada bendung dengan volume
tampungan yang besar dengan debit yang relatif kecil, pengisian
tampungan memerlukan waktu yang lama untuk menghindari
pelepasan volume tampungan yang besar, pengempangan dapat
dilakukan secara bertahap.
Limpasan air diatas mercu bendung menimbulkan terjunan dan olakan
dihilir bendung karet yang menyebabkan terjadinya gerusan lokal.
Olakan dihilir bendung berupa loncatan air yang tempatnya dapat
diperkirakan dengan analisa hidrolis.
Loncatan air ini akan menimbulkan olakan air yang akan menggerus
dasar sungai sehingga mengakibatkan terganggunya stabilitas bendung.
Untuk menghindari gangguan ini diperlukan perlindungan dasar sungai
berupa lantai dari beton atau pasangan batu untuk meredam sisa energi
loncatan air.
Hitungan panjang air loncat dilakukan dengan asumsi loncatan air sempurna dengan
panjang loncat air Lj akibat peralihan dari aliran superkritik ke aliran subkritik.
Karena dasar sungai yang harus dilindungi adalah dari bendung sampai ujung hilir air loncat maka
dapat dirumuskan sebagai: