CRITICAL APPRAISAL
LATAR BELAKANG
• Dosis rendah l-isoproterenol dengan cepat memperbaiki mpis pada pasien anak dengan
eksaserbasi asma akut berat dibandingkan dengan salbutamol.
• penurunan mpis pada kelompok l-isoproterenol terutama terjadi penurunan denyut
jantung dan pernapasan.
• karena l-isoproterenol adalah b-agonis nonselektif, ia merangsang reseptor b1 dan
memiliki kemungkinan untuk meningkatkan denyut jantung.
• l-isoproterenol memiliki efektifitas b2-agonis intrinsik yang tinggi, yang memberikan
efek bronkodilatasi kuat bahkan dalam dosis yang lebih rendah. akibatnya,
lisoproterenol dosis rendah dapat melebarkan otot polos jalan nafas dan menurunkan
laju jantung dan pernapasan tanpa mempengaruhi sistem kardiovaskular.
• hipokalemia menyebabkan kram otot atau irama jantung
yang tidak normal
• tingkat kalium rata-rata meningkat pada kelompok
isoproterenol, hasil ini dapat dijelaskan bahwa sebagian
besar pasien menghirup salbutamol sebelum studi.
KETERBATASAN PENELITIAN
• pertama, kita harus menggunakan levsalbutamol, (r) -enansiomer
salbutamol, sebagai obat referensi karena laporan sebelumnya
menunjukkan keunggulan levsalbutamol dibandingkan salbutamol.
namun, laporan lain tidak menunjukkan keunggulan pada pasien dengan
asma akut, dan levsalbutamol tidak disetujui di jepang.
• kedua, periode tindak lanjut dari efek samping tidak cukup lama untuk
mendeteksi peristiwa serius seperti toksisitas jantung atau kematian asma.
namun, inhalasi dosis rendah l-isoproterenol telah banyak digunakan di
jepang tanpa masalah keamanan. dengan demikian, kami menganggap
bahwa profil keamanannya dapat diterima
KESIMPULAN
Pertanyaan Jawaban
2. Was the assignment of patients to treatments Ya, pada jurnal ini dilakukan randomisasi.
randomised?
Pertanyaan Jawaban
3. Were all of the patients who entered the trial Ya, pada penelitian dijelaskan secara lengkap
properly accounted for at its conclusion? kriteria inklusi dan eksklusi subjek pada
masing-masing kelompok yang diteliti dari
awal hingga akhir.
Pertanyaan Jawaban
4. Were patients, health workers and study Ya.
personnel ‘blind’ to treatment?
Pertanyaan Jawaban
5. Were the groups similar at the start of the Ya, pada penelitian ini semua parameter
trial? telah dibuat semirip mungkin antar kedua
kelompok sejak awal penelitian.
Pertanyaan Jawaban
6. Aside from the experimental intervention, Tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
were the groups treated equally?
Pertanyaan Jawaban
7. How large was the Dari Desember 2009 hingga Oktober 2013, 83 pasien (42 dalam kelompok l-isoproterenol dan
treatment effect? 41 pada kelompok salbutamol) terdaftar dalam penelitian ini. Dari jumlah tersebut, satu pasien
dalam kelompok l-isoproterenol tidak menerima obat studi dan dikeluarkan dari analisis.
Dibandingkan dengan salbutamol, l-isoproterenol mengurangi MPIS lebih cepat. Perubahan
rata-rata (SD) dalam MPIS pada 3 jam adalah -2,9 (2,5) pada kelompok l-isoproterenol dan
-0,9 (2,3) pada kelompok salbutamol (perbedaan -2,0, interval kepercayaan 95% -3,1 hingga
-0,9; P <0,001 ). Peristiwa efek samping 1 (2%) dan 11 (27%) pada pasien dalam kelompok l-
isoproterenol dan salbutamol, masing-masing (P = 0,003). Hipokalemia dan takikardia hanya
terjadi pada kelompok salbutamol.
Pertanyaan Jawaban
8. How precise was the estimate of the Penelitian ini menggunakan
treatment effect? confidence interval sebesar
95%.
Pertanyaan Jawaban
9. Can the results be applied to the local Ya. Hasil penelitian ini dapat
population, or in your context? diaplikasikan pada populasi lokal,
yaitu wanita hamil dengan hipertensi
berat.
Pertanyaan Jawaban
10. Were all clinically important Ya. Pada penelitian ini sudah dijelaskan secara jelas
outcomes considered? bahwa L-isoproterenol dapat menurunkan nilai MPIS
pada anak dengan serangan berat dibanding
Salbutamol. L –Isoproterenol juga memiliki efek
sampung berbahaya yang lebih sedikit
Pertanyaan Jawaban
11. Are the benefits worth the harms and costs? Ya. Dengan menimbang efek samping dan
kecepatan aksi dari L-isoproterenol ini dapat
di simpulankan bahwa penelitian ini dapat
membatu para ahli kesehatan dalam
menetukan pilihan obat yang tepat bagi
pasien.
Kesimpulan :
Jurnal ini dapat diaplikasikan
sebagai acuan untuk pemilihan
terapi bronchodilator pada anak
dengan serangan asma yang
berat
TERIMAKASIH