Anda di halaman 1dari 29

JOURNAL READING DAN

CRITICAL APPRAISAL
LATAR BELAKANG

• 36% pasien anak masuk IGD karena asthma


• Meskipun pedoman di sebagian besar negara tidak merekomendasikan inhalasi lisoproterenol
terus menerus untuk mengobati pasien anak dengan asma eksaserbasi akut, dosis lisoproterenol
yang lebih rendah telah banyak digunakan di jepang.
• salbutamol, bahkan dalam dosis tinggi, tidak efektif pada sekitar sepertiga dari pasien dan terdapat
efek samping  Oleh karena itu, diperlukan b-agonis efektif dengan efek samping lebih sedikit.
• di jepang, dosis rendah 16 µg/ ml untuk inhalasi terus menerus tanpa masalah keamanan.
Memberikan efek bronkodilatasi kuat bahkan dalam dosis rendah karena kemanjuran b-agonis
intrinsik l-isoproterenol adalah 20 kali lebih tinggi daripada salbutamol.
• Inhalasi lisoproterenol secara terus-menerus memiliki keunggulan lain dibanding salbutamol 
dengan cepat mengurangi denyut jantung, yang merupakan salah satu langkah fisik utama untuk
menilai tingkat keparahan asma pada anak-anak. Sebaliknya, tidak ada penurunan luar biasa
dalam detak jantung yang diamati bahkan 72 jam setelah memulai inhalasi salbutamol terus
menerus.
METODE
-DESIGN DAN ETIK-
• uji coba multicenter, acak, tersamar ganda, dan paralel ini dilakukan di 21 rumah sakit di
jepang sesuai dengan deklarasi helsinki.
• protokol penelitian dan revisinya disetujui oleh dewan peninjau kelembagaan dari
masing-masing pusat yang berpartisipasi.
• wali pasien memberikan persetujuan tertulis. pasien remaja juga memberikan persetujuan
tertulis dan pasien yang lebih muda memberikan persetujuan tertulis.
METODE
-PESERTA-
• pasien anak yang dirawat di rumah sakit berusia antara 2 dan 17 tahun memenuhi syarat untuk
penelitian jika mereka memenuhi salah satu kriteria berikut: skor indeks paru yang dimodifikasi
(MPIS) 10 poin untuk mereka yang menerima inhalasi SABA intermiten setidaknya dua kali
dalam 2 jam; atau mpis 15 poin untuk mereka yang menerima SABA kurang dari dua kali.
• MPIS terdiri dari 6 item berikut:
1) saturasi oksigen di udara kamar,
2) penggunaan otot aksesori,
3) rasio aliran inspirasi-ke-ekspirasi,
4) derajat mengi,
5) denyut jantung,
6) laju pernapasan.
METODE
-PESERTA-
• setelah 4 pasien terdaftar dalam penelitian, protokol direvisi untuk mengubah
kriteria inklusi. Pasien berusia 1 tahun atau mereka dengan MPIS 9 poin setelah
inhalasi saba intermiten setidaknya dua kali juga memenuhi syarat selain pasien
disebutkan di atas. perubahan ini dilakukan untuk meningkatkan tingkat akrual.
• piagnosis asma infantil berusia <2 tahun dibuat jika subjek memiliki setidaknya
3 episode wheezing ekspirasi
• Sepanjang penelitian, kami ekslusikan pasien dengan suhu tubuh 38,5 C atau
lebih tinggi, yang telah menerima antipiretik dalam waktu 6 jam, dan mereka
yang wheezing bukan karena asma.
PROCEDURES
inhalasi berkelanjutan
l-isoproterenol (1 mL /
kg [¼ 10 mg / kg /
jam], maksimum 40
metilprednisolon mL)
1 mg / kg
intravena.
salbutamol (1,5 mL /
12 jam
kg [¼ 500 mg / kg / Ini berarti bahwa larutan yang
jam], maksimum 30 dipasok adalah 33 mL / jam.
mL) Dosis obat A dan B yang terukur
dicampur dan diencerkan dengan
saline.
OUTCOMES
• the primary outcome  terjadinya perubahan mpis dari awitan awal hingga 3
jam setelah mulai terhirup.
• scondary outcome  termasuk perubahan mpis pada 12 jam pertama, perubahan
denyut jantung dan laju pernapasan pada 3 jam, dan physicians' global
assessment (pga). pga dinilai pada jam 3 dan 12 dengan jugdement
“memburuk," "tidak ada perubahan," "sedikit membaik," "membaik," dan
"sangat meningkat".
HASIL
-PROFIL STUDI DAN KARAKTERISTIK DASAR-
• dari 24 desember 2009 hingga 24 oktober 2013, 83 pasien dilibatkan dalam penelitian ini.
EFFICACY OUTCOMES
DISKUSI

• Dosis rendah l-isoproterenol dengan cepat memperbaiki mpis pada pasien anak dengan
eksaserbasi asma akut berat dibandingkan dengan salbutamol.
• penurunan mpis pada kelompok l-isoproterenol terutama terjadi penurunan denyut
jantung dan pernapasan.
• karena l-isoproterenol adalah b-agonis nonselektif, ia merangsang reseptor b1 dan
memiliki kemungkinan untuk meningkatkan denyut jantung.
• l-isoproterenol memiliki efektifitas b2-agonis intrinsik yang tinggi, yang memberikan
efek bronkodilatasi kuat bahkan dalam dosis yang lebih rendah. akibatnya,
lisoproterenol dosis rendah dapat melebarkan otot polos jalan nafas dan menurunkan
laju jantung dan pernapasan tanpa mempengaruhi sistem kardiovaskular.
• hipokalemia menyebabkan kram otot atau irama jantung
yang tidak normal
• tingkat kalium rata-rata meningkat pada kelompok
isoproterenol, hasil ini dapat dijelaskan bahwa sebagian
besar pasien menghirup salbutamol sebelum studi.
KETERBATASAN PENELITIAN
• pertama, kita harus menggunakan levsalbutamol, (r) -enansiomer
salbutamol, sebagai obat referensi karena laporan sebelumnya
menunjukkan keunggulan levsalbutamol dibandingkan salbutamol.
namun, laporan lain tidak menunjukkan keunggulan pada pasien dengan
asma akut, dan levsalbutamol tidak disetujui di jepang.
• kedua, periode tindak lanjut dari efek samping tidak cukup lama untuk
mendeteksi peristiwa serius seperti toksisitas jantung atau kematian asma.
namun, inhalasi dosis rendah l-isoproterenol telah banyak digunakan di
jepang tanpa masalah keamanan. dengan demikian, kami menganggap
bahwa profil keamanannya dapat diterima
KESIMPULAN

• inhalasi secara terus menerus dosis rendah l-isoproterenol lebih


unggul daripada salbutamol untuk mengobati pasien anak dengan
asma eksaserbasi akut parah. l-isoproterenol memiliki efek yang lebih
cepat dengan efek samping yang lebih sedikit daripada salbutamol.
CRITICAL APRAISAL
Pertanyaan Jawaban
1. Did the trial address a clearly focused Ya, pada penelitian tujuan penelitian
issue? dijelaskan dengan jelas.

Pertanyaan Jawaban
2. Was the assignment of patients to treatments Ya, pada jurnal ini dilakukan randomisasi.
randomised?

Pertanyaan Jawaban
3. Were all of the patients who entered the trial Ya, pada penelitian dijelaskan secara lengkap
properly accounted for at its conclusion? kriteria inklusi dan eksklusi subjek pada
masing-masing kelompok yang diteliti dari
awal hingga akhir.
Pertanyaan Jawaban
4. Were patients, health workers and study Ya.
personnel ‘blind’ to treatment?

Pertanyaan Jawaban
5. Were the groups similar at the start of the Ya, pada penelitian ini semua parameter
trial? telah dibuat semirip mungkin antar kedua
kelompok sejak awal penelitian.

Pertanyaan Jawaban
6. Aside from the experimental intervention, Tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
were the groups treated equally?
Pertanyaan Jawaban
7. How large was the Dari Desember 2009 hingga Oktober 2013, 83 pasien (42 dalam kelompok l-isoproterenol dan
treatment effect? 41 pada kelompok salbutamol) terdaftar dalam penelitian ini. Dari jumlah tersebut, satu pasien
dalam kelompok l-isoproterenol tidak menerima obat studi dan dikeluarkan dari analisis.
Dibandingkan dengan salbutamol, l-isoproterenol mengurangi MPIS lebih cepat. Perubahan
rata-rata (SD) dalam MPIS pada 3 jam adalah -2,9 (2,5) pada kelompok l-isoproterenol dan
-0,9 (2,3) pada kelompok salbutamol (perbedaan -2,0, interval kepercayaan 95% -3,1 hingga
-0,9; P <0,001 ). Peristiwa efek samping 1 (2%) dan 11 (27%) pada pasien dalam kelompok l-
isoproterenol dan salbutamol, masing-masing (P = 0,003). Hipokalemia dan takikardia hanya
terjadi pada kelompok salbutamol.
Pertanyaan Jawaban
8. How precise was the estimate of the Penelitian ini menggunakan
treatment effect? confidence interval sebesar
95%.

Pertanyaan Jawaban
9. Can the results be applied to the local Ya. Hasil penelitian ini dapat
population, or in your context? diaplikasikan pada populasi lokal,
yaitu wanita hamil dengan hipertensi
berat.
Pertanyaan Jawaban
10. Were all clinically important Ya. Pada penelitian ini sudah dijelaskan secara jelas
outcomes considered? bahwa L-isoproterenol dapat menurunkan nilai MPIS
pada anak dengan serangan berat dibanding
Salbutamol. L –Isoproterenol juga memiliki efek
sampung berbahaya yang lebih sedikit
Pertanyaan Jawaban
11. Are the benefits worth the harms and costs? Ya. Dengan menimbang efek samping dan
kecepatan aksi dari L-isoproterenol ini dapat
di simpulankan bahwa penelitian ini dapat
membatu para ahli kesehatan dalam
menetukan pilihan obat yang tepat bagi
pasien.
Kesimpulan :
Jurnal ini dapat diaplikasikan
sebagai acuan untuk pemilihan
terapi bronchodilator pada anak
dengan serangan asma yang
berat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai