Anda di halaman 1dari 13

STANDAR JALAN

Spesifikas Kelas 1 Kelas II Kelas III Kelas IV


1.Dapat dilalui Truk Truk Truk Traktor
2. Dapat dipakai Sepanjang Sepanjang Sepanjang Hanya pada
tahun tahun tahun Musim kemarau
3. Jumlah jalur 2 1 1 1
4. Lebar permukaan 7m 3,5 m 3m -
Yang diperkeras
5. Lebar badan 9m 5m 5m 2,5 – 3,0 m
jalan
6. Radius 740 m 720 m 720 m -
belokan
7. Lereng ≥2 % dan ≥2 % dan ≥ 2 % dan < 20 %
memanjang ≤6% ≤ 10 % ≤ 10 %
jalan
STANDAR JALAN PERHUTANI
Kelas Jumlah Fungsi jalan Spesifikasi
angkutan
jalan per tahun (m3)

A > 30.000 Jalan Utama a. Kecepatan : 50 km/jam


b. Jari-jari minimum : 65 m
c. Tanjakan maksimum : 2 %
d. Turunan maksimum : 2 %
e. Lebar jalan : 5,50 m
f. Lebar berm di kanan kiri : 1,50 m
g. Pelebaran belokan spesifikasi : 1,30 m

B 10.000 - Jalan Cababng a. Kecepatan : 40 km/jam


b. Jari-jari minimum : 45 m
30.000 c. Tanjakan maksimum : 6 %
d. Turunan maksimum : 10 %
e. Lebar jalan : 3,50 m
f. Lebar berm di kanan kiri : 1,50 m
g. Pelebaran belokan spesifikasi : 1,30 m

C < 10.000 Jalan Ranting Kecepatan : 25 km/jam


b. Jari-jari minimum : 16 m
c. Tajakan maksimum : 8 %
d. Turunan maksimum : 12 %
e. Lebar jalan : 3,00 m
f. Lebar berm di kanan kiri : 1,50 m
g. Pelebaran belokan : 1,80 m
A. JALAN INDUK DENGAN PENGERASAN
1) Umur : Permanen
2) Sifat : Segala cuaca
3) Lebar jalan berikut batu : 12 m
4) Lebar permukaan yang diperkirakan : 6 – 8 m
5) Tebal pengerasan : 20 – 50 m
6) Tanjakan menguntungkan maksimum : 10 %
7) Tanjakan merugikan maksimum : 8 %
8) Jari-jari belokan minimum : 50 – 60 m
9) Kapasitas muatan maksimum : 60 ton
B. JALAN INDUK TANPA PENGERASAN:
1) Umur : 5 tahun
2) Sifat : Musim kering
3) Lebar jalan berikut bahu : 12 m
4) Tanjakan menguntungkan maksimum : 10%
5) Tanjakan merugikan maksimum : 8 %
6) Jari-jari belokan minimum : 50 – 60 m
7) Kapasitas muatan maksimum : 60 ton
C . JALAN CABANG DENGAN PERKERASAN:
1) Umur : 3 tahun
2) sifat : Segala cuaca
3) Lebar jalan berikut bahu : 8 m
4) Lebar permukaan yang diperkeras : 4 m
5) Tebal pengerasan : 10 – 20 m
6) Tanjakan menguntungkan maksimum : 12 %
7) Tanjakan merugikan maksimum : 10 %
8) Jari-jari belokan minimum : 50 m
9) Kapasitas muatan maksimum : 60 ton
D. JALAN CABANG TANPA PERKERASAN:
1) Umur : 1 tahun
2) sifat : musim kering
3) Lebar jalan berikut bahu : 8 m
4) Tanjakan menguntungkan maksimum :12%
5) Tanjakan merugikan maksimum : 10 %
6) Jari-jari belokan minimum : 50 m
7) Kapasitas muatan maksimum : 60 ton
Standar jalan yang baik
Spes Jalan Utama Jalan cabang/Jalan
ranting

Lebar “ Road Right of Way” 20 – 30 m 20 – 25 m


Bentuk badan jalan Punggung penyu Punggung penyu
Jumlah jalur 2 1
Lebar badan jalan 10 m 8m
Lebar bahu jalan 1m 1m
Lebar lintasan jalan 8m 6m
yang diperkeras
Tebal perkerasan 20 – 40 cm 20 cm
Tanjakan maksimum +8, -10 +10, -12 %
Radius belokan minimum 50 m 25 m
TAHAPAN PWH
Tahap 1 : Pengumpulan data/informasi penting
 Peta keadaan hutan, skala 1 : 10.000, 1 : 20.000
 Hasil Inventarisasi dan perencanaan pengusahaan hutan.
 Peta Topografi, skala 1 : 10.000, 1 : 20.000
 Klasifikasi lapangan.
 Peta keadaan/situasi tempat.
 Peta geologi.
 Peta tanah.
 Peta keadaan jaringan jalan (PWH) status quo.
 Keadaan ekologi (rencana peruntukan fungsi hutan).
 Potret udara.
 Peraturan-peraturan PWH (misalnya standar teknik pembuatan jalan).
 Biaya eksploitasi hutan dan harga kayu.
Tahap 2 : Pembatasan satuan wilayah perencanaan.
Satuan wilayah perencanaan berarti suatu wilayah hutan, dimana
perencanaan jaringan jalannya tidak tergantung dari wilayah yang berada di
sekitarnya.
Pada umumnya satuan wilayah perencanaan dibatasi oleh:
 Sungai.
 Topografi yang curam (gunung, lembah).
 Tata guna lahan (lahan pertanian, lahan hutan dan lain-lain).
 Lalu lintas umum (jalan, jalan rel)
 Status pemilikan hutan.
Dari peta ke lapangan.
Tahap 3 : Peletakan titik-titik cardinal
Berdasarkan informasi yang ada dan studi peta serta pengenalan lapangan yang intensif, dilakukan peletakan titik-titik (zone)
cardinal, yang dibedakan atas:
 Daerah yang harus dibuka (prioritas pertama) dan daerah yang dapat dibuka (prioritas kedua) = titik-titik (zone) cardinal
positif.
 Daerah yang harus dihindari (prioritas pertama) dan daerah yang bila dimungkinkan sebaiknya dihindari (prioritas kedua) =
titik-titik (zone) cardinal negative.
Titik-titik cardinal positif dapat berupa:
 Tempat hubungan dengan jalan umum atau jalan hutan yang ada.
 Dari segi teknis daerah tersebut menguntungkan untuk pembuatan jalan.
 Dekat dengan bahan-bahan untuk pembuatan jalan.
 Tempat yang strategis untuk membangun jembatan.
 Tempat yang strategis untuk melihat kesekelilingnya.
Titik-titik (zone) cardinal negative berupa:
 Daerah tidak produksi. Daerah rawa, tanah lembek (paya).
 Daerah yang dilindungi.
 Daerah milik orang lain.
Tahap 4 : Perencanaan alternative koridor PWH
Setelah peletakan titik-titik cardinal selesai, perencanaan koridor PWH
dapat dimulai. Koridor PWH didapatkan dengan menghubungkan titik-
titik cardinal positif yang berdekatan sedemikian rupa, sehingga titik-
titik cardinal positif dilewati (dimamfaatkan), sedangkan titik-titik
(zone) cardinal negative dihindari.
Pada daerah curam dianjurkan antara dua titik-titik cardinal positif yang
berjauhan dilletakkan titik-titik antara, yang nanti akan
mempermudah pencarian trase jalan.
Perencanaan koridor PWH ini pertama-tama dilakukan di atas peta,
kemudian dikoreksi dan diuji kemungkinan realitasinya di lapangan.
Lebar koridor dapat berkisar antara 50 – 100 m.
Tahap 5 : Penggambaran alternative rencana jaringan jalan
Pencarian trase jalan di dalam koridor dilakukan dengan
memperhatikan peraturan teknis pembuatan jalan (misalnya
tanjakan tidak boleh lebih besar dari 15 % dan diameter
belokan minimum di tanah datar 50 m dan di daerah
pegunungan 20 m dan lain-lain).
Setelah penggambaran di peta selesai, diteruskan dengan
pengecekan, pembetulan dan pemancangan trase jalan di
lapangan.
Tahap 6 : Pemilihan alternative PWH yang optimal
Pemilihan alternative pwh yang optimal dapat dilakukan berdasarkan :
 Tujuan
 Sistem Perencanaan
 Perbandingan alternatif
 Pemberian Nilai
 Perhitungan Biaya Investasi
 Analisis Nilai Manfaat
 Perbandingan Nilai
 Kriteria‐kriteria Pengambilan Keputusan

Anda mungkin juga menyukai