Manajemen Kontrak
Dibuat secara
Syarat-syarat
tertulis dalam
khusus asuransi
bentuk polis
Benda yang menjadi objek asuransi
• Pada sebuah perjanjian asuransi harus
terdapat benda yang diasuransikan.
• Benda ini merujuk pada objek yang akan
diasuransikan, seperti jiwa, kesehatan,
kendaraan, properti, dan lainnya.
• Objek-objek tersebut menjadi pertanggungan
jika yang tertanggung merupakan pemilik sah
dari benda-benda tersebut.
Benda yang menjadi objek asuransi
• Sementara tertanggung adalah individu yang
berkepentingan dengan kepemilikan benda
yang diasuransikan.
• Misalnya Anda ingin mengasuransikan
kendaraan, objeknya adalah kendaraan dan
tertanggung adalah Anda sendiri.
• Tanpa adanya objek asuransi maka persyaratan
kontrak asuransi dianggap tidak sah.
Pengalihan resiko dan
pembayaran premi
• Persyaratan kontrak asuransi yang sah juga
berisi soal resiko dan premi.
• Maksudnya tertanggung diwajibkan membayar
premi yang bertujuan untuk mengalihkan resiko
kerugian kepada pihak perusahaan asuransi.
• Biasanya semakin besar premi yang dibayar
semakin besar juga pengalihan resiko kepada
perusahaan asuransi.
Pengalihan resiko dan
pembayaran premi
• Misalnya tertanggung yang membeli asuransi
kendaraan mengalami kecelakaan, yang
menyebabkan kerusakan permanen maka resiko
dialihkan kepada pihak asuransi dengan
kewajiban melakukan perbaikan kendaraan atau
mengganti dengan kendaraan baru.
• Tentunya perjanjian penggantian dan pengalihan
resiko ini harus lebih dulu disetujui oleh kedua
pihak dalam sebuah form perjanjian.
Pengalihan resiko dan
pembayaran premi
• Tinggi rendahnya resiko sangat ditentukan
oleh faktor Hazard baik moral Hazard maupun
Physical Hazard.
• Jadi ini ditentukan berdasarkan prinsip yang
diemban oleh perusahaan asuransi. Kebijakan
tiap perusahaan akan berbeda.
• Premi juga kerap dijadikan bukti kuat bahwa
perjanjian asuransi bersifat sudah mengikat.
Evenemen dan ganti kerugian
• Evenemen merupakan peristiwa yang tidak
pasti yang berkaitan dengan tertanggung,
misalnya sakit yang menyebabkan cacat
permanen yang menyebabkan tertanggung
tak lagi bisa mencari nafkah atau meninggal.
• Maka pihak asuransi berkewajiban
memberikan ganti rugi kepada ahli waris
berupa santunan.
Evenemen dan ganti kerugian
• Besar santunan biasanya sesuai kesepakatan
yakni berdasarkan premi yang dipilih.
• Semakin besar premi yang dibayarkan semakin
besar ganti kerugian yang dapat dimiliki ahli
waris.
• Nilai pertanggungan atau santunan harus sesuai
dengan nilai objek pertanggungan yang
sebenarnya, sehingga tidak terjadi under/over
insurance.
Syarat khusus asuransi
• Syarat khusus asuransi ini biasanya berupa
form atau proposal asuransi yang berisi
beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
tertanggung, dimana perjanjian asuransi bisa
dibatalkan.
• Sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata
perjanjian asuransi bisa dibatalkan jika terjadi
hal-hal di sebagai berikut:
Syarat khusus asuransi
• Pasal 251 KUHD: Menulis keterangan yang keliru atau tidak benar jika
tertanggung tidak memberitahu hal-hal yang diketahuinya.
• 269 KUHD: Memuat kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian
asuransi telah ditandatangani.
• 272 KUHD: Menulis ketentuan jika tertanggung dengan pemberitahuan
melalui pengadilan, membebaskan penanggung dari segala kewajiban
yang akan datang.
• 282 KUHD: Ada akalan yang cerdik, penipuan, dan kecurangan dari
tertanggung.
• 599 KUHD: Jika obyek pertanggungan tidak boleh diperdagangkan atas
sebuah kapal Indonesia atau kapal asing yang digunakan untuk
mengangkut obyek pertanggungan, menurut peraturan perundang-
undangan yang tidak boleh diperdagangkan.
Syarat khusus asuransi
• Proposal ini diisi dan ditandatangani oleh
Tertanggung dan harus dianggap sebagai dasar
hukum yang tidak bisa dipisahkan dari Polis.
• Proposal juga harus ditandatangani oleh
Penanggung, sehingga perjanjian dianggap sah
karena telah disepakati oleh kedua belah
pihak (Tertanggung dan Penanggung).
Dibuat secara tertulis
dalam bentuk polis
• Perjanjian yang telah disebutkan detailnya tertuang
dalam sebuah polis.
• Keberadaan polis menjadi bukti kuat bahwa
tertanggung dan penanggung terikat dalam kerjasama.
• Pada Pasal 256 Ayat 1 KUHD, polis merupakan
perjanjian asuransi yang tertulis dalam bentuk akta.
• Menurut Pasal 258 Ayat 1 KUHD, polis adalah satu-
satunya bukti tertulis yang membuktikan perjanjian
pertanggungan antara kedua belah pihak di mata
hukum.
Dibuat secara tertulis
dalam bentuk polis
• Kesimpulannya adalah suatu perjanjian asuransi
baru dianggap sah jika polis sudah dikeluarkan.
• Namun bukan berarti bahwa persetujuan asuransi
belum berlaku sebelum polis dikeluarkan.
• Persetujuan asuransi dianggap sah ketika ada
bukti tertulis mengenai persetujuan.
• Hal ini dinyatakan dalam pasal 257 KUHD dan
pasal 258 KUHD yang berbunyi:
Dibuat secara tertulis
dalam bentuk polis
• Pasal 257 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
• Perjanjian pertanggungan ada seketika setelah hal itu
diadakan; hak mulai saat itu, malahan sebelum Polis
ditandatangani. dan kewajiban kedua belah pihak
dari penanggung dan dari tertanggung berjalan
• Pengadaan perjanjian itu membawa kewajiban
penanggung untuk menandatangani Polis itu dalam
waktu yang ditentukan dan menyerahkannya kepada
tertanggung
Dibuat secara tertulis
dalam bentuk polis
• Pasal 258 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
• Untuk membuktikan adanya perjanjian itu, harus ada bukti
tertulis; akan tetapi semua alat bukti lain akan diizinkan juga,
bila ada permulaan bukti tertulis.
• Namun demikian janji dan syarat khusus, bila timbul
perselisihan tentang hal itu dalam waktu antara pengadaan
perjanjian dan penyerahan polisnya, dapat dibuktikan dengan
semua alat bukti; akan tetapi dengan pengertian bahwa harus
ternyata secara tertulis syarat yang pernyataannya secara tegas
dalam polis, dengan ancaman hukuman menjadi batal, dalam
berbagai pertanggungan oleh ketentuan undang-undang.
Tujuan dan prinsip perjanjian asuransi
Adanya kepentingan yang dapat diasuransikan
(insurable interest),
misalnya resiko kematian untuk asuransi jiwa.