Anda di halaman 1dari 21

Proses Pabrikasi Plat Logam_P2

Pengerolan Logam
Muhammad Firdausi, Ir. MT. |0811 8822 695
Rolling Process

Sumber:
Manufacturing Engineering and Technology,
Serope Kalpakjian.
2
Proses Pengerolan Logam

Merupakan proses pengurangan ketebalan (perubahan


bentuk penampang) dari benda kerja (long work piece: slab,
billet, bloom)
bloom dengan cara penekanan melalui sejumlah rol.

3
Proses Pengerolan Logam
• Ketebalan benda kerja berkurang dengan gaya
tekan yang diberikan oleh dua rol secara
berlawanan.
• Menggunakan gaya tekan yang melebihi kekuatan
yield, sehingga logam tersebut terdeformasi
plastik.
• Mesin rolling sering disebut rolling mills, dgn
ukuran mesin sangat besar (massive).
• Harga mesin mahal, sehingga cocok untuk proses
produksi masal (jumlah banyak dan
produk standar).
• Bahan baku: Cast steel ingot, dalam bentuk
slab, billet dan bloom.
4
Slab: di roll dari ingot atau
bloom, memiliki
penampang empat persegi
panjang dengan dimensi
lebar > 250mm dan
ketebalan > 40mm

Billet: di roll dari bloom dan


memiliki penampang kotak
dengan panjang sisi >40mm

Bloom: memiliki
penampang kotak dengan
dimensi > 150x150mm

5
Proses Pengerolan Logam

• 90% dari produk logam


dihasilkan dgn proses
rolling,
• Dikembangkan sejak thn
1500 M,
• Produk rolling berbentuk
plates (>6mm) maupun
sheets (<6mm).

6
Penggunaan Plates dan Sheets

Ketebalan plates: Ketebalan sheets:


• Untuk penyangga boiler besar • Penggunaan u/ pesawat
(30 cm), terbang komersial (1-2 mm,
• Reaktor nuklir (15 cm), aluminum-alloy sheets),
• Kapal perang, tank (10-12,5 cm) • Aluminum beverages can (0,1
mm),
• Aluminum foil u/ bungkus
(0,008 mm)

7
Kurva Tegangan-Regangan

Gaya pengerolan harus


melebihi kekuatan Yield,
sehingga logam yg di rol
terdeformasi plastis.

Bila gaya pengerolan kurang


dari kekuatan Yield, maka
logam yang di rol akan
kembali ke dimensi semula.

8
Hot dan Cold Rolling
• Hot rolling:
rolling proses pengerolan dilakukan dengan
memanaskan logam yg dirol pada temperatur di
atas temperatur rekristalisasi (rentang temp
rekristalisasi antara 0,3 Tm – 0,5 Tm, di mana Tm
adalah melting point temperature of metal).
metal

• Cold rolling:
rolling proses pengerolan umumnya
dilakukan pada temperatur kamar.

9
Hot rolling
• Proses rolling dilakukan pada temperatur tinggi.
• Bebas dari residual stress (tegangan sisa).
• Isotropic: having the same properties in all
directions.
• Proses pembentukan lebih mudah.
• Kerugiannya: permukaan benda kerja
berkerak/scale (karena proses oksidasi), dan
dimensinya kurang tepat.
10
Cold Rolling
• Permukaan sheet maupun strip metal yg dihasilkan
lebih baik, karena tidak ada kerak (scale),
scale
• Dimensi benda yg di roll relatif tidak ada perubahan
(dibanding hot rolling),
rolling
• Logam yg diproses umumnya menjadi lebih keras,
walaupun keuletannya berkurang.
• Membutuhkan energi lebih besar

11
Effects of Hot Rolling

Figure 13.6 Changes in the grain structure of cast or of large-grain wrought


metals during hot rolling. Hot rolling is an effective way to reduce grain size
in metals for improved strength and ductility. Cast structures of ingots or
continuous castings are converted to a wrought structure by hot working.
12
Temperatur proses Hot Rolling
• Aluminium alloy: s/d 450 oC,
• Alloy steel: s/d 1250 oC,
• Refractory alloy : s/d 1650 oC,

13
Efek proses Hot Rolling
• Proses hot rolling memperhalus
struktur butir (grain structure)
logam.
• Ingot (logam hasil proses
penuangan yg menjadi material
dasar yg akan di rol), umumnya
mempunyai struktur butir yg
kasar dan tidak seragam.
• Struktur butir logam yg halus
meningkatkan kekuatan dan
keuletan logam.

14
Flat Rolling Process
• Merupakan proses pengerolan
dimana benda kerja (umumnya
disebut ingot) dengan
ketebalan awal ho memasuki
celah roll, sehingga ketebalan
awal (ho) berkurang menjadi hf.
• Pengurangan ketebalan terjadi
akibat tekanan roll pada benda
kerja (ingot).
• Hasil rolling berbentuk plat
datar (flat)

15
Flat-Rolling Process

Figure 13.2 (a) Schematic illustration of the flat-rolling process. (b) Friction forces acting
on strip surfaces. (c) Roll force, F, and the torque, T, acting on the rolls. The width of the
strip, w, usually increases during rolling, as shown later in Fig. 13.5.
16
Roll Arrangements
Figure 13.3 Schematic
illustration of various roll
arrangements: (a) four-
high rolling mill showing
various features. The
stiffness of the housing,
the rolls, and the roll
bearings are all important
in controlling and
maintaining the thickness
of the rolled strip; (b) two-
high mill; (c) three-high
mill; and (d) cluster (or
Sendzimir) mill.

17
Roll Arrangements (konfigurasi rol)
• Two-high (a) maupun three-high rolling
mills (revesring mill, b) umumnya
digunakan pada proses hot rolling.
Diameter roll berkisar 0,6 – 1,4 m.
• Four-high mills & cluster mills
Roll dgn diameter kecil mengurangi gaya
pengerolan, sehingga memperkecil
daya pengerolan yg diperlukan.
• Roll dgn diameter kecil lebih mudah
terjadi defleksi, shg perlu di sangga oleh
roll diameter besar.
• Bila terjadi kerusakan, roll diameter
kecil lebih mudah diganti dan harganya
lebih murah dibanding roll besar.
18
Tandem-Rolling

Figure 13.11 An example of a tandem-rolling operation.


19
Bersambung …

mmfirdausi@istn.ac.id
mmfirdausi@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai