Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN RPU LT.

3
RS MEGA BUANA PALOPO
OLEH KELOMPOK 1
IDENTIFIKASI MASALAH
PENYAKIT BESAR DI RUANGAN
5 PENYAKIT BESAR DI RPU LT.3 BERDASARKAN KELAS
14
13

12

10

8
7 7 7
6 6 6 6
6
5
4 4
4
3 3 3 3
2
2
1 1 1

0
UT SC A SI SC IS
K
RI
S A IA P SC IS SC IA ID A IS U IA
AK OS T G E TEN S T B GE E PS T UR S T BR S T E PS YPO GE EBR PAR LG
RE R PO FE S P OS T PO F E
PO YS P M T F E A
P PE TB CH
DI
A HI DY P D A
M
DE

VVIP VIP KELAS 1 KELAS 2 ISOLASI


TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan selama 5 hari Sedangkan berdasarkan observasi dan laporan dari perawat
dengan rata-rata jumlah pasien 16 pasien, maka yang bertugas mengatakan bahwa setiap shift perawat yang
jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan bertugas sebanyak 2 orang jadi dalam satu hari perawat yang
bertugas hanya enam orang sehingga berdasarkan hasil
tingkat ketergantungan pasien yakni : 10 pasien kuisioner yang dibagikan kepada 10 perawat yang bertugas,
dengan perawatan minimal, dan 6 orang denga perawat yang mengatakan cukup terhadap tingkat
perawatan parsial, : ketergantungan pasien yang ada diruangan dengan beban
kerja perawat terdapat 60 %. Sedangkan untuk jumlah
berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga perawat perawat dengan jumlah pasien yang ada di ruangan terdapat
menurut Douglas (1984) diperoleh bahwa setiap shift, 60 % yang mengatakan sangat kurang.
tumlah kebutuhan tenaga perawat dengan tingkat
ketergantungan pasien yakni 4 orang untuk shift pagi Jadi perlu adanya penambahan tenaga perawat untuk
mengurangi beban kerja perawat yang tinggi agar pemberian
dan siang, dan 2 orang untuk shift malam. Jadi jumlah pelayanan kesehatan dapat diberikan secara optimal.
perawat yang dibutuhkan setiap hari adalah 10 orang.
KECUKUPAN PERALATAN DAN ADMINISTRASI PENUNJANG
RUANGAN

IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tabulasi kuisioner yang Berdasarkan hasil tabulasi kuisioner yang diberikan
diberikan kepada 10 perawat terdapat 60 % kepada 10 perawat terdapat 60 % perawat yang
perawat yang mengatakan bahwa kelengkapan mengatakan bahwa kelengkapan peralatan
peralatan penunjang di ruangan sudah cukup penunjang di ruangan sudah cukup lengkap untuk
lengkap untuk perawatan pasien sesuai perawatan pasien sesuai dengan standar yang
berlaku. 30 % perawat yang mengatakan bahwa
dengan standar yang berlaku. 30 % perawat administrasi penunjang cukup memadai, 40 %
yang mengatakan bahwa administrasi yang memadai dan 30 % yang mengatakan sangat
penunjang cukup memadai, 40 % yang memadai. Sehingga perlu adanya penambahan
memadai dan 30 % yang mengatakan sangat administrasi penunjang dan kelengkapan alat guna
memadai. membantu perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal.
DENAH DAN FUNGSI MASING-
MASING RUANGAN
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara kepada perawat


yang bertugas di RPU LT.3 RS Mega Buana Palopo
dan observasi observasi yang dilakukan oleh
mahasiswa praktik manajemen mengatakan
bahwa semua ruangan yang ada di RPU LT.3 Rs
Mega Buana berfungsi sesuai dengan yang ada
di denah kecuali nurse station dan ruang alat
yang masing-masing terletak pada no. 41 dan
no. 40 tidak difungsikan. Maka sebaiknya kedua
nurse station difungsikan agar pelayanan yang
diberkan dan kontrol terhadap pasien disetiap
ruangan dapat terlaksana secara optimal.
ANGKA KEJADIAN FLEBITIS
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN
Berdasarkan Foam penilaian dan laporan dari PPI terkait kejadian flebitis,
terdapat 20 angka kejadian flebitis dari 519 pemasangan infus. Maka
Di RS Mega Buana Palopo telah memiliki SOP dapat disimpulkan bahwa terdapat 3,85 % angka kejadian flebitis.
dan Foam penelitian terhadap kejadian Sedangkan berdasarkan Kemenkes RI, 2008, suatu rumah sakit dapat
flebitis. Berdasarkan foam tersebut dan dikatakan memenuhi standar pelayanan minimal rumah sakit apabila
prevalensi kejadian infeksi nosokomial kurang dari atau sama dengan 1,5
laporan dari PPI terkait kejadian flebitis, %. Hal ini berarti bahwa pelayanan di Rs Mega Buana Palopo belum
terdapat 20 angka kejadian flebitis (Data sesuai dengan standar karena memiliki angka kejadian flebitis di atas
Sekunder, 2020). batas prevalensi standar pelayanan minimal rumah sakit.
Flebitis merupakan salah satu infeksi nosokomial, infeksi nosokomial
adalah suatu infeksi yang diperoleh atau dialami oleh pasien selama dia
dirawat di rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi baru setelah 72
jam pasien berada di rumah sakit serta infeksi itu tidak ditemukan atau
diderita pada pasien masuk ke rumah sakit. Jadi, kejadian flebitis dapat
dicegah dengan melakukan penggantian ifus setiap 72 jam namun
berdasarkan wawancara dengan perawat yang bertugas, hal ini tidak
dilakukan karena kurangnya tenaga perawat dan tingginya beban kerja.
ANGKA KEJADIAN DEKUBITUS

IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Di RS Mega Buana Palopo dilantai 3 sebagian Berdasarkan laporan tersebut, dapat


perawat mengatakan bahwa tidak ada FOAM disimpulkan bahwa penyebaran SOP dan Form
atau instrument untuk menilai kejadian penilaian dekubitus ke perawat pelaksana di
dekubitus. Namun manager keperawatan RPU LT. 3 RS Mega Buana Palopo tidak
mengatakan bahwa terdapat foam penilaian dilakukan. Sehingga perawat tidak melakukan
terhadap kejadian dekubitus. Berdasarkan penilaian terhadap kejadian dekubitus.
data dari PPI RS Mega Buana mengatakan Meskipun perawat pelaksana tidak melakukan
bahwa tidak terdapat kejadian decubitus (Data penilaian dekubitus, mereka tetap aktif dalam
Sekunder, 2020). melakukan tindaakan pencegahan dekubitus
yakni dengan latihan ROM (Range of Motion)
kepada pasien. Sehingga angka kejadian
dekubitus tidak terjadi.
ANGKA KEJADIAN RESIKO JATUH
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan laporan dari PPI dan perawat


yang bertugas di RPU LT.3 Rs mega buana
palopo mengatakan bahwa pasien jatuh tidak
pernah terjadi, di Rs Mega Buana Palopo
memiliki Foam SOP untuk menilai Resiko jatuh
yang di nilai oleh perawat yang bertugas.
Namun berdasarkan penelitian mahasiswa
yang sedang Praktik di Rs. Mega Buana Lantai
3, tidak di lakukannya penilaian terhadap
resiko jatuh pada pasien .
ANGKA KEJADIAN MEDIAL ERROR
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan Laporan dari PPI terdapat 1 Hal ini sesuai dengan teori bahwa ME dapat timbul
kejadian medical error yakni kesalahan obat pada setiap tahap proses pengobatan, antara lain
prescribinng (peresepan), transcribing (penerjemahan
yang di berikan oleh apotik ke perawat di resep), dispensing (penyiapan obat) dan administration
ruangan, namun obat tersebut belum (Anonim, 2015).
diberikan kepada pasien (Data Sekunder,
2020) Kejadian medical error ini terletak pada tahap proses
pengobatan yakni tahap transcribing (penerjemahan
resep), dispensing (penyiapan obat). Hal ini seharusnya
tidak terjadi karena dampak dari medical error
sangatlah merugikan, pasien akan menjalani hari rawat
yang lebih lama serta peningkatan angka kecacatan
serta kematian. Maka diperlukan ketelitian dari setiap
pelayana kesehatan agar hal ini tidak terjadi.
ALOS (AVERAGE LENGHT OF STAY)

PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan perhitungan ALOS yang dilakuakan oleh Mahasiswa Praktik
Manajemen, diperoleh ALOS rata-rata lama rawat di RPU Lantai yaitu 3, 26
ALOS di RPU LT.3 RS hari. Sedangkan menurut Depkes RI, ALOS standar yakni 6-9 hari. Sehingga
Mega Buana Palopo = dapat disimpulkan bahwa ALOS di RPU LT. 3 RS Mega Buana Palopo berada di
3,26 hari bawah batas standar ALOS Depkes RI.
Dengan rendahnya ALOS, dapat berdampak terhadap pengeluaran Rumah
Jadi, rata-rata lama rawat Sakit, adanya kecenderungan ALOS mempengaruhi keuangan, kualitas dan
di RPU Lantai yaitu 3, 26 efisiensi dari RS dan diikuti oleh kasus morbiditas, mortalitas, komplikasi serta
hari pengobatan awal jika pasien terdiagnosa secara awal dari suatu penyakit.
Adapun kemungkinan penyebab ALOS <6 hari disebabkan oleh pendeteksian
dini dari suatu penyakit, baik itu karena ketepatan diagnosa ataupun karena
alat laboratorium yang memadai sehingga penatalaksanaan sedini mungkin
dan sembuh atau pasien yang di rawat inap terlalu banyak dan kurangnya
tempat tidur sehingga pasien dipulangkan cepat. Hal ini berkaitan dengan
mutu RS jika mutu RS bagus maka ALOS juga mungkin mengecil. ALOS < 6 hari
juga disebabkan jumlah pasien yang keluar karena meninggal akibat penyakit
kronis, atau dirujuk tanpa pencatatan maupun pulang paksa.
BOR (Bed Occupancy Ratio)

IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN


Hal tersebut dimungkinkan karena pelayanan kesehatan yang diberikan perawat dan rumah sakit

Berdasarkan hasil perhitungan BOR kurang baik. Pelayanan yang kurang akan berdampak pada kepuasan pasien, sehingga jika pasien
selama 1 bulan terakhir di RPU LT. 3 merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan maka akan beralih ke rumah sakit lain yang
RS. Mega Buana Palopo, BOR setiap dapat memberikan pelayanan yang lebih baik nyaman. Selain itu, semakin baiknya tingkat
ruangan/kelas mayoritas tidak ideal pendidikan pasien juga akan mempengaruhi permintaan atau tuntutan pemberian pelayanan yang
atau BOR tidak normal. BOR yang
bermutu, sehingga jika pelayanan krang baik maka akan berdampak pada pencapaian BOR suatu
ideal/normal berkisar antara 60-85%
ruang perawatan. Selain itu, juga dimungkinkan karena biaya yang cukup tinggi sehingga pasien
(Depkes RI. 2005, Kemenkes. 2011).
Sedangkan BOR untuk keseluruhan akan lebih memilih rumah sakit lain dengan biaya yang relatif murah. Rendahnya BOR di RPU

RPU LT.3 yaitu 39 %. LT.3 Rs Mega Buana dimungkin kan juga karena merupakan rumah sakit baru sehingga belum

dikenal dikalangan masyarakat. Sehingga kinerja marketing harus lebih di optimalkan


TIMBANG TERIMA
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat Penggunaan metode SBAR ini sangat
yang bertugas di RPU LT. 3 Rs Mega Buana menguntungkan karena perawat memiliki
Palopo, format timbang terima/operan jaga kekuatan komunikasi yang efektif, dokter
tidak lagi menggunakan buku operan akan percaya pada analisa perawat karena perawat
tetapi sudah menggunakan format SBAR. menunjukkan paham akan kondisi pasien.
Berdasarkan hasil wawancara dan tabulasi Berdasarkan hasil tabulasi data kuisioner yang
kusioner, semua perawat mengatakan bahwa dibagikan kepada 10 perawat, semua perawat
pelaksanaan timbang terima dilakukan tiga kali mengatakan bahwa pelaksanaan timbang
dalam sehari atau dilakukan setiap pergantian terima dilakukan tia kali dalam sehari atau
shift. dilakukan setiap pergantian shift.
PRE-POST CONFERENCE
INDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan perawat yang
yang bertugas di RPU LT. 3 RS Mega Buana bertugas di RPU LT. 3 RS Mega Buana Palopo, pelaksanaan pre dan
post conference tidak dilakukan dilakukan melalui telepon
Palopo, pelaksanaan pre dan post conference (whatsapp). Sehingga jika berdasarkan observasi oleh mahasiswa
dilakukan melalui telepon (whatsapp). Praktik Manajemen pre dan post conference tidak dilakukan karena
Sehingga jika berdasarkan observasi oleh perawat yang bertugas melakukannya melalui telepon (whatsapp)
bukan di tempat-tempat tertentu seperti nurse station. Sedangkan
mahasiswa Praktik Manajemen pre dan post berdasarkan teori, pre dan post conference merupakan pertemuan
conferenc tidak dilakukan karena perawat antara ketua tim, perawat pelaksanaan, dan karu atau pertemuan
yang bertugas melakukannya melalui telepon semua perawat yang akan atau telah bertugas untuk mendiskusikan
(whatsapp) bukan di tempat-tempat tertentu apa yang akan dilakukan atau apa yang telah dan belum dilakukan
untuk dilaporkan ke shift berikutnya. Jadi menurut kelompok kami,
seperti nurse station. pelaksanaan pre dan post conference dengan menggunakan
telepone (whatsapp) pelaksanaannya tidak optimal. Maka alangkah
lebih baik jika terjadi pertemuan secara langsung oleh semua
perawat yang akan bertugas untuk membahas rencana tindakan
dan masalah pada pasien.
RONDE KEPERAWATAN
IDENTIFIKAASI MASALAH

Berdasarkan hasil observasi, kuisioner dan


wawancara dengan 10 perawat yang bertugas
di RPU LT. 3 RS Mega Buana Palopo, 100 %
mengatakan bahwa mereka belum memahami
tentang ronde keperawatan. Mereka
menganggap bahwa ronde keperawatan
merupakan supervisi
SUPERVISE
IDENTIFIKAS MASALAH

Berdasarkan hasil observasi, kuisioner dan


wawancara dengan 10 perawat yang bertugas
di RPU LT. 3 RS Mega Buana Palopo, 100 %
mengatakan bahwa mereka belum memahami
tentang supervise keperawatan. Mereka
menganggap bahwa supervisi merupakan
ronde keperawatan. (Data sekunder, 2020).
 
PENERIMAAN PASIEN BARU
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui Sedangkan menurut Nursalam, 2014


kuisioner yang diberikan kepada 10 perawat, penerimaan pasien baru seharusnya dilakukan
semua perawat mengatakan bahwa siap pembagian tugas dalam penerimaan pasien
untuk melakukan penerimaan pasien baru dan baru agar tujuan dari penerimaan pasien
melakukan pendokumentasian saat melakukan dapat tercapai selain itu juga mampu
PBB. Namun dalam hal pembagian tugas PBB, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
70% perawat mengatakan bahwa tidak ada
pembagian tugas dalam melakukan PBB dan
60 % mengatakan bahwa tidak ada pembagian
brosur/lefleat saat melakukan PPB.
DISCHARGE PLANNING
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tabulasi data kuisioner yang Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan perawat yang
dibagikan kepada 10 perawat di peroleh bertugas di RPU LT.3 RS Mega Buana Palopo, discharge planning
hanya dilakukan ketika perawat memiliki waktu untuk
semua perawat mengerti dan bersedia dalam melaksanakan discharge planning dan terkadang hanya
melakukan discharge planning namun dalam dilakukan pendokumentasian dicharge planning oleh perawat
hal pembagian tugas pelaksanaan discharge tanpa pelaksanaan discharge planning terhadap pasien. Hal ini
dapat merugikan khususnya bagi pasien dan keluarga karena
planning, 90 % perawat yang mengatakan informasi yang seharusnya mereka dapatkan tidak bisa mereka
bahwa tidak ada pembagian tugas dalam terima karena banyaknya beban kerja/tugas perawat sehingga
pelaksanaan dicharge planning. perawat tidak sempat untuk melakukan discharge planning.
Maka perlu adanya pembagian tugas dalam hal pelasanaan
discharge planning agar pelaksanaannya dapat optimal.
METODE ASKEP
IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner Maka perlu adanya penyesuaian antara visi
kepada 10 perawat yang bertugas di RPU LT.3 misi ruangan dengan model asuhan
RS Mega Buana Palopo, metode askep yang keperawatan yang digunakan agar bertolak
digunakan adalah metode TIM. Hal ini terlihat belakang dan proses kerja dari perawat dapat
jelas pada struktur organisasi yang ada pada terarah serta tujuan dari visi misi dari ruangan
RPU LT. 3. Berdasarkan hasil tabulasi data tersebut dapat tercapai dan mutu pelayanan
kuisioner, terdapat 90 % perawat yang telah menjadi optimal dan berkualitas.
memahami model asuhan keperawatan yang
diterapkan, 60 % perawat mengatakan bahwa
penerapan model asuhan keperawatan yang
diterapkan tidak sesuai dengan visi misi
ruangan.
SENTRALISIS OBAT
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan agar memudahkan perawat dalam


perawat yang bertugas dan tabulasi data pengelolahan obat pasien.
kuisioner di RPU LT.3 RS Mega Buana Palopo,
diperoleh data 90 % perawat mengatakan
bahwa di RPU LT.3 tidak terdapat sentralisis
obat dan 100 % perawat mengatakan bahwa
perlu diadakannya sentralisis obat di RPU LT.3.
TINGKAT KEPUASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dan seharusnya penilaian kepuasan ini


perawat yang bertugas di RPU LT.3 RS Mega dilakukan karena akan dijadikan sebagai tolak
Buana Palopo telah memiliki SPO dan Form ukur sejauh mana mutu atau kualitas
untuk menilai tingkat kepuasan pasien namun pelayanan yang diberikan oleh tenaga
perawat yang bertugas di RPU LT.3 tidak kesehatan.
melakukan penilaian terhadap tingkat
kepuasan pasien (Data Sekunder, 2020)

Anda mungkin juga menyukai