Anda di halaman 1dari 30

97

5 PERENCANAAN GESER
DAN TORSI

Pada umumnya elemen-elemen pada struktur beton bertulang tidak dapat


dihindarkan dari pengaruh gaya geser. Komponen gaya ini biasanya bekerja secara
bersamaan dengan momen lentur, beban aksial, dan bisa juga momen puntir
(torsi). Penjalaran gaya geser pada beton sangat tergantung pada kuat tarik dan
kuat tekan beton. Hal ini berakibat fenomen gagal geser pada beton terjadi secara
tidak daktail sehingga harus diusahakan perkuatan guna menghindari terjadinya
kegagalan geser pada struktur beton bertulang karena sangat
dimungkinkan gagal geser terjadi secara mendadak
sehingga sangat membahayakan. Konsep ini diterapkan secara tegas dalam
perencanaan bangunan tahan gempa yang sangat mengutamakan daktilitas
struktur, pada perencanaan ini harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi kegagalan
geser pada setiap elemennya. Penerapan konsep klasik tentang tegangan geser
pada material elastis, homogen, dan isotropis sampai saat ini masih dapat
diterima dalam penyelesaian masalah geser pada elemen beton bertulang
meskipun telah banyak pula dilakukan berbagai penelitian untuk mendapatkan
formulasi yang lebih sesuai berkaitan dengan terbentuknya retakan dan kekuatan
beton bertulang dalam menerima
pengaruh gaya geser.
102

B. Kekuatan Geser Nominal

Komponen struktur, kecuali komponen struktur-lentur- yang


tinggi, menerima beban geser harus direncanakan menurut ketentuan
berikut:
Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada:
Vu  .Vn (5-
15)
dengan

Vu = gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau


 = factor reduksi kekuatan (0,75)
Vn = kuat geser nominal yang dihitung dari:

Vn=Vc+Vs (5-16)

dengan
Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton
Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser

1. Kekuatan geser nominal beton

Sesuai dengan sifat beban yang bekerja pada komponen struktur non-
pratekan, maka kuat geser Vc yang disumbangkan oleh beton ditentukan sebagai
berikut:

a) Untuk komponen struktur yang dibebani geser dan lentur berlaku,

(5-17)

atau dapat juga dihitung secara rinci dengan ketentuan:

(5-18)

tetapi tidak boleh diambil lebih besar daripada 0,3 f 'c b d.


w Besaran Vud/Mu

tidak boleh diambil melebihi 1,0, di mana Mu adalah momen terfaktor yang
terjadi bersamaan dengan Vu pada penampang yang ditinjau.
103

b) Untuk komponen struktur yang dibebani tekan aksial,

(5-19)

Besaran Nu/Ag harus dinyatakan dalam MPa.

atau dapat juga dihitung secara rinci dengan ketentuan:


Persamaan (5-18) boleh digunakan untuk menghitung Vc dengan nilai Mm
menggantikan nilai Mu dan nilai Vud/Mu boleh diambil lebih besar daripada

1,0, dengan

(5-20)

Tetapi dalam hal ini, Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada:

(5-21)

Besaran Nu/Ag harus dinyatakan dalam MPa. Bila Mm yang dihitung dengan
Persamaan (5-20) bernilai negatif, maka Vc harus dihitung dengan Persamaan
(5-21).

c) Untuk komponen struktur yang dibebani oleh gaya tarik aksial yang cukup
besar, tulangan geser harus direncanakan untuk memikul gaya geser total yang
terjadi, kecuali bila dihitung secara lebih rinci sesuai dengan ketentuan:

 0,3N u f '


Vc  1 c b d (5-22)
 A  w
 g 

tapi tidak kurang


6 daripada nol, dengan Nu adalah negatif untuk tarik. Besaran
Nu/Ag harus dinyatakan dalam MPa.
104

Dalam menggunakan persamaan-persamaan di atas, harus diperhatikan bahwa

nilai f c' yang digunakan di dalamnya tidak boleh melebihi 25/3 MPa, dan
untuk komponen struktur bundar, luas yang digunakan untuk menghitung Vc
harus diambil sebagai hasil kali dari diameter dan tinggi efektif penampang.
Tinggi efektif penampang boleh diambil sebagai 0,8 kali diameter penampang
beton.

2. Kekuatan nominal tulangan geser

Jenis-jenis tulangan geser yang dapat digunakan sebagai tulangan geser


terdiri dari:
a) sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur,

b) jaring kawat baja las dengan kawat-kawat yang dipasang tegak lurus terhadap
sumbu aksial komponen struktur,
c) spiral, sengkang ikat bundar atau persegi.

Untuk komponen struktur non-pratekan, tulangan geser dapat juga terdiri


dari:
d) sengkang yang membuat sudut 45° atau lebih terhadap tulangan tarik
longitudinal.
e) tulangan longitudinal dengan bagian yang dibengkokkan untuk membuat sudut
sebesar 30° atau lebih terhadap tulangan tarik longitudinal.
f) kombinasi dari sengkang dan tulangan longitudinal yang dibengkokkan.
g) spiral.

Bila gaya geser terfaktor Vu lebih besar daripada kuat geser Vc, maka harus
disediakan tulangan geser untuk memenuhi persamaan (5-15) dan (5-16).
a) Untuk penggunaan tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksial
komponen struktur, maka
Av f y d
Vs  (5-23)
s
dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang jarak s.
105

Bila sengkang ikat bundar, sengkang ikat persegi, atau spiral digunakan
sebagai tulangan geser, maka Vs harus dihitung menggunakan Persamaan (5-
23), luas yang digunakan untuk menghitung Vc harus diambil sebagai hasil kali
dari diameter dan tinggi efektif penampang. Tinggi efektif penampang boleh
diambil sebagai 0,8 kali diameter penampang beton. Nilai Av harus diambil
sebagai dua kali luas batang tulangan pada sengkang ikat bundar, sengkang
ikat persegi, atau spiral dengan spasi s, dan fyn adalah kuat leleh

tegangan sengkang ikat bundar, sengkang ikat persegi, atau spiral.


b) Bila sebagai tulangan geser digunakan sengkang miring, maka
Av fy sin α  cos α d (5-24)
Vs 
s

Dalam hal perencanaan kekuatan geser beton bertulang dengan formulasi di atas,
kuat leleh rencana tulangan geser tidak boleh diambil lebih daripada 400 MPa,
kecuali untuk jaring kawat baja las, kuat leleh rencananya tidak boleh lebih
daripada 550 MPa.

3. Kebutuhan penulangan geser

a) Jika Vu  0,50..Vc (5-25)


untuk kasus ini tidak diperlukan tulangan geser
b) Jika 0,50..Vc Vu  .Vc (5-26)
untuk kasus ini diperlukan tulangan geser minimum, kecuali untuk pelat,
pondasi telapak, dan balok dengan tinggi total yang tidak lebih dari nilai
terbesar di antara 250 mm, 2,5 kali tebal sayap, atau 0,5 kali lebar badan.
Perkuatan geser yang diperlukan untuk kasus ini sebesar:
jarak sengkang (s) maksimum  d/2  600 mm (5-28)

luas tulangan geser minimum A v  bw .s (5-29)


3.fy

c) Jika (5-30)
106

untuk kasus ini diperlukan tulangan geser dengan kuat geser perlu yang
dihitung sebagai berikut:
Vs perlu  Vu  Vc (5-31)
Av .fy.d
Vsada  (untuk =90o) (5-32)
s

jarak sengkang (s) maksimum  d/2  600 mm (5-33)

d) Jika bw .d ] (5-34)

untuk kasus ini diperlukan tulangan geser dengan kuat geser perlu yang
dihitung menurut Persamaan (5-31) dan (5-32) dengan;
jarak sengkang (s) maksimum  d/4 300 mm (5-35)

e) Jika (5-36)

untuk kasus ini ukuran penampang melintang beton harus diperbesar


sedemikian hingga dicapai:

(5-37)

Langkah-langkah dalam perencanaan kekuatan geser beton bertulang


disajikan pada Gambar 5-4.
MULAI

Diketahui: Vu, f’c, bw, d, fy

Ya
Vu  5..Vc Penampang
diperbesar
Tidak
Ya
Vu  0,5..Vc Tanpa tulangan
geser
Tidak
Tidak Ya
0,5..Vc  Vu  .Vc
tulangan geser
Vs perlu  Vu  Vc minimum

Tentukan Av dan s

SELESAI

Gambar 5-4 Bagan Alir Perencanaan Geser


C. Torsi pada Elemen Beton Bertulang
Pada prinsipnya torsi dapat terjadi karena bekerjanya beban transversal yang tidak
segaris dengan posisi garis berat penampang. Dalam perhitungan beton bertulang,
torsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) torsi keseimbangan dan (2) torsi
keselarasan yang dibedakan atas dasar pemicu terjadinya puntiran pada elemen
struktur yang dianalisis.
Torsi keseimbangan adalah jenis puntiran pada elemen beton bertulang yang
disebabkan bekerjanya aksi primer, artinya titik tangkap beban yang bekerja
pada elemen yang ditinjau secara individual memang tidak segaris dengan posisi
garis berat penampang. Hal ini berakibat terpilinnya elemen struktur yang hanya
bisa ditahan oleh kekuatan elemen yang bersangkutan dalam menahan momen
puntir, sehingga dapat memenuhi prinsip keseimbangan (aksi sama dengan reaksi).
Fenomena torsi semacam ini dijumpai pada jenis struktur statis tertentu.

perencanaan puntir tidak


boleh direduksi, karena
tidak dapat terjadi
redistribusi momen

a)

P1 P2

c)

b)

Gambar 5-5 Fenomena Torsi Keseimbangan


109

a)

perencanaan puntir boleh


direduksi, karena dapat
terjadi redistribusi
momen

b)

Gambar 5-6 Fenomena Torsi Keselarasan

Torsi keselarasan adalah jenis puntiran pada elemen beton bertulang yang
disebabkan bekerjanya aksi sekunder. Jenis torsi ini terjadi karena adanya
kesinambungan antar elemen struktur yang disatukan secara monolith (kaku
sempurna) pada sambungan-sambungannya sehingga dalam pergerakan sistem
struktur terjadi dengan mengikuti prinsip keselarasan (compatibility). Hal ini
berakibat bekerjanya beban pada suatu elemen akan mempengaruhi kinerja elemen
struktur yang lain. Fenomena torsi semacam ini dijumpai pada jenis struktur statis
tak tertentu, contoh nyata yang paling mudah diamati pada struktur bangunan
gedung adalah fenomena puntir yang terjadi pada balok tepi (eksterior).
Momen torsi dalam balok menimbulkan tegangan geser torsi sehingga
secara akumulatif menambah besaran tegangan geser yang ditimbulkan
akibat pengaruh geser lentur. Torsi menyebabkan timbulnya tegangan-tegangan
geser memicu terjadinya tegangan tarik miring yang membentuk sudut kira-kira
45o terhadap sumbu memanjang dari elemen struktur, dan apabila tegangan tarik
yang terjadi melampaui kekuatan tarik beton maka akan terjadi retak-retak
diagonal menyerupai spiral di sekeliling elemen tersebut.
110

Pengaruh torsi dalam elemen struktur pada umumnya terjadi secara


bersamaan dengan efek geser, maka secara otomatis tulangan torsi bisa
digabungkan dengan tulangan geser.

C. Perencanaan Kekuatan Puntir


Pengaruh puntir dapat diabaikan bila nilai momen puntir terfaktor Tu
besarnya kurang daripada:
untuk komponen struktur non-
pratekan:
 f '  2 
Acp
c   (5-38)
12  p 
 cp 
untuk komponen struktur pratekan:

f '  A2  3f pc
c cp  1 (5-39)
12  p 
 cp  f c'

Untuk komponen struktur yang dicor secara monolit dengan pelat, lebar
bagian sayap penampang yang digunakan dalam menghitung Acp dan pcp harus
sesuai dengan ketentuan berikut:
 untuk balok T maka b  bw  2.3.hf  ;
 untuk balok L maka b  bw  3.hf  .

1. Perhitungan momen puntir terfaktor Tu


Bila momen puntir terfaktor Tu pada suatu komponen struktur diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan (struktur statis tertentu), dan nilainya
melebihi nilai minimum yang diberikan pada Persamaan (5-38) untuk beton
bertulang dan Persamaan (5-39) untuk beton pratekan, maka komponen struktur
tersebut harus direncanakan untuk memikul momen puntir sesuai dengan
ketentuan dalam SNI 03-2847-2002 Butir 11.6(3) hingga Butir 11.6(6).
Pada struktur statis tak tentu dimana dapat terjadi pengurangan momen
puntir pada komponen strukturnya yang disebabkan oleh redistribusi gaya-
gaya dalam akibat adanya keretakan (Gambar 5-6), momen puntir terfaktor
maksimum Tu dapat dikurangi menjadi:
111

untuk komponen struktur non-pratekan:

' 2 
f A
c   (5-40)
cp
3 p 
 cp 
penampang-penampang yang berada dalam jarak d dari muka tumpuan dapat
direncanakan terhadap momen puntir Tu yang bekerja pada penampang sejarak d
dari muka tumpuan. Jika terdapat beban puntir terpusat yang bekerja di dalam
rentang jarak d tersebut, maka penampang kritis untuk perencanaan haruslah
diambil pada muka tumpuan.
untuk komponen struktur pratekan:

' 2  3f pc
f A
c   1 (5-41)
cp
3 p 
 cp  f c'

penampang-penampang yang berada dalam jarak h/2 dari muka tumpuan dapat
direncanakan terhadap momen puntir Tu yang bekerja pada penampang sejarak h/2
dari muka tumpuan. Jika terdapat beban puntir terpusat yang bekerja di dalam
rentang jarak h/2 tersebut, maka penampang kritis untuk perencanaan haruslah
diambil pada muka tumpuan.
Dalam hal ini, nilai-nilai momen lentur dan geser yang telah
diredistribusikan pada komponen struktur yang berhubungan dengan komponen
struktur yang ditinjau harus digunakan dalam perencanaan komponen struktur
tersebut, sedangkan beban puntir dari suatu pelat boleh dianggap terdistribusi
merata di sepanjang komponen yang ditinjau kecuali bila dilakukan analisis yang
lebih eksak.

2. Kuat lentur puntir


Dimensi penampang melintang harus memenuhi ketentuan
berikut: untuk penampang solid:

 V 2
 T p 
2
 
 u

   u h2   b
Vc c2 f '  (5-42)
 1,7 oh   wd  3  
 bw d 
A
112

untuk penampang berongga:

 Vu   Tu ph   V 2 f ' 
  
1,7 2
   b dc  3c  (5-43)
 bw d     w
A oh   
Aoh dapat ditentukan berdasarkan Gambar 5-7

Acp = x0.y0
pcp = 2(x0+y0)
y1 y0 Aoh = x1.y1
ph = 2(x1+y1)

x1

x0 sengkang

Aoh = daerah yang


diarsir

Gambar 5-7 Definisi Parameter Torsi Beton Bertulang

Jika tebal dinding bervariasi di seputar garis keliling penampang berongga,


maka Pers. (5-43) harus dievaluasi pada lokasi dimana ruas kiri Pers. (5-43)
mencapai nilai maksimum, sedangkan apabila tebal dinding adalah kurang
daripada Aoh/ph, maka nilai suku kedua pada Pers. (5-43) harus diambil sebesar
113


 Tu 
 (5-44)
 1,7Aoh t
dengan t adalah tebal dinding penampang berongga pada lokasi di mana
tegangannya yang sedang diperiksa.
Tulangan yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus ditentukan dari:
Tn  Tu (5-45)

dengan Tu adalah momen puntir terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Tn
adalah kuat momen puntir nominal penampang. Dalam kondisi aktual kuat puntir
nominal penampang (Tn) sesungguhnya disumbangkan oleh kuat puntir nominal
beton (Tc) dan kuat momen puntir nominal tulangan puntir (Ts), tetapi dengan
alasan penyederhaan desain maka besaran Tc diasumsikan sama dengan nol
sehingga dapat diabaikan.
Tulangan sengkang untuk puntir harus direncanakan berdasarkan persamaan
berikut:
2Ao At fyv
Tn  cot θ (5-46)
s
dengan
Ao, kecuali ditentukan berdasarkan analisis, dapat diambil sebesar 0,85Aoh ,
dan kuat leleh rencana untuk tulangan puntir non-pratekan tidak boleh
melebihi 400 MPa.
Nilai  tidak boleh kurang daripada 30 derajat dan tidak boleh lebih besar
daripada 60 derajat. Nilai  boleh diambil sebesar:
a) 45 derajat untuk komponen struktur non-pratekan atau komponen
struktur pratekan dengan nilai pratekan yang besarnya tidak melebihi
ketentuan pada Butir di bawah ini,
b) 37,5 derajat untuk komponen struktur pratekan dengan gaya pratekan
efektif tidak kurang daripada 40 persen kuat tarik tulangan longitudinal.
Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk menahan puntir
tidak boleh kurang daripada:
114

At  fyv  2
(5-47)
Al  s ph cot θ
 f yt 
dengan  adalah nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Pers. (5-46)
dan At/s harus dihitung dari Pers. (5-46).
Tulangan untuk menahan puntir harus disediakan sebagai tambahan
terhadap tulangan yang diperlukan untuk menahan gaya-gaya geser, lentur,
dan aksial yang bekerja secara kombinasi dengan gaya puntir. Dalam hal ini,
persyaratan yang lebih ketat untuk spasi dan penempatan tulangan harus dipenuhi.
3. Ketentuan tulangan puntir minimum

Luas minimum tulangan puntir harus disediakan pada daerah dimana momen
puntir terfaktor Tu melebihi nilai yang disyaratkan pada Persamaan (5-38) atau (5-
39).
Bilamana diperlukan tulangan puntir berdasarkan ketentuan di atas, maka
luas minimum tulangan sengkang tertutup harus dihitung dengan ketentuan:
75 f' c bw s
Av  2At  (5-
48)1200 fyv

1 bw s
namun Av 2At  tidak boleh kurang dari .
3 f yv

sedangkan luas total minimum tulangan puntir longitudinal harus dihitung dengan
ketentuan:

5
fc' Acp
Al ,min   t A 
p h
(5-49)
12fyl
f yv s 

f
dengan ASt tidak kurang dari b w yl/ 6fyv
.

4. Spasi tulangan puntir


Dalam pemasangan tulangan puntir harus diperhatikan ketentuan-ketentuan
berikut:
115

a) Spasi tulangan sengkang puntir tidak boleh melebihi nilai terkecil antara ph/8
atau 300 mm.
b) Tulangan longitudinal yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan spasi tidak
melebihi 300 mm. Batang atau tendon longitudinal tersebut harus berada di
dalam sengkang. Pada setiap sudut sengkang tertutup harus ditempatkan
minimal satu batang tulangan atau tendon longitudinal. Diameter batang
tulangan longitudinal haruslah minimal sama dengan 1/24 spasi sengkang,
tetapi tidak kurang daripada 10 mm.
c) Tulangan puntir harus dipasang melebihi jarak minimal (bt + d) di luar daerah
dimana tulangan puntir dibutuhkan secara teoritis.
Langkah-langkah perencanaan puntir pada balok beton bertulang disajikan
dalam Gambar 5-8.
116

MULAI

Data: bw, h, d, x0, y0, x1, y1, fyv, fyl, f’c, 

Hitung Vu dan Tu pada daerah kritis sejarak d di muka tumpuan,


Untuk jenis torsi keselarasan: Tu  . f ' c 
A2cp 
3 . p 
 cp 

Tidak
Torsi  
Tu  .
2
f ' c 
A cp
diabaikan 12 . pcp 

Hitung penulangan
geser (Gambar 5- Ya
4)

2 2
 V  Tp   V 2f' 
 u     u h 2    c  c  
b d  1,7 oh  
 b d 3 
 w  w
A
Tidak

Perbesar ukuran Ya
penampang

isw
Hitung:
Tn
At ; A o 0,85.A
s  2.Ao.fy v.cot
oh

At
Al  At p  f cot 2θ  A
yv '
 5 fc cpA   At  fyv ;  b /w6f
s hf 
l,min
12fyl hp yl s
yv

 yl  s f

A
117

Hitung:
1 bw s
Luas total sengkang/dua kaki: Avt  2.At  Av 
3 f yv

Jarak sengkang: s
Luasan sengkang dua kaki Avt
s

Jarak maksimum: p
smax  8h  300mm

SELESAI

Gambar 5-8 Bagan Alir Perencanaan Torsi Beton Bertulang Solid

D. Contoh-Contoh Aplikasi

Contoh 5-1
Rencanakan penulangan geser dengan sengkang vertikal yang dibutuhkan untuk
balok dengan tumpuan sederhana seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Elemen balok tersebut memiliki bentang (L) 6,6 m, lebar tumpuan 0,30 m, lebar
balok (bw) 300 mm, tinggi balok (h) 550 mm, selimut beton 40 mm, diameter
sengkang 10 mm, dan diameter tulangan pokok 22 mm, kuat tekan karakteristik
beton (f’c) 25 MPa dan kuat leleh baja (fy) 400 MPa. Beban yang bekerja berupa
beban mati (qDL) sebesar 3 t/m (termasuk berat sendiri) dan beban hidup (qLL)
sebesar 2,5 t/m.

6,6 m

550 mm
0,30 m

300 mm

Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir


pada Gambar 5-4)
118

Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)

d  550  40  10  22 2  489mm
d di muka tumpuan;
Posisi
 penampang kritis
0,
3 0  0,489  0,639m  ≈ 0,600m dari ujung bentang teoritis.
 2
sejarak

Hitung besaran gaya geser yang menentukan

VDL qDL .L DL .0,600


 2 q

3.6,6
 2  3.0,600  8,1ton

VLL qLL .L LL .0,600


 2 q

2,5.6,6
 2  2,5.0,600  6,75ton
VU  1,2.VDL  1,6.VLL

 1,2.8,1 1,6.6,75  20,52ton


 205,2kN
Hitung kapasitas geser beton

f 'c 25
Vc  6 .bw .d  .300.489
6
 122250N
.Vc  0,75.122250

 91687,5N
3..Vc  3.91687,5
 275062,5N
Hitung spasi sengkang
91687,5N  205200N  275062,5N

.Vc  Vu  3..Vc Diperlukan tulangan geser


.Vs  Vu  .Vc

 205200  91687,5  113512,5N

Vs 
.Vs  113512,5  151350N
 0,75
119

A v.fy.d
s 
Vs


2.0,25. .10 2

.320.489
151350
 162,4038mm
≈ 150 mm
Berdasarkan persyaratan spasi sengkang dapat ditentukan:
 Spasi sengkang untuk memenuhi syarat kekuatan= 150 mm

 Spasi sengkang maksimum= d 2  600mm

d  489  244,5mm ≈ 240 mm


2 2
 Spasi maksimum umum tulangan geser minimum
3.Av .fy 3.2.0,25. .102
s   502,655mm ≈ 500 mm
 bw
.320
300
Daerah batas perubahan spasi sengkang:
Vu  .Vc  91687,5N  9,1689ton

qu .L
 2  q .x
u

 1,2.3  1,6.2,5.6,6  
x  2   2,09m di muka tumpuan
 1,2.3  9,1689

Selanjutnya dapat 1,6.2,5  pemasangan sengkang untuk:


ditentukan
 Spasi sengkang untuk dareah dimana Vu  .Vc (masing-masing berjarak

2,25 m dari kedua ujung tumpuan, baik sisi kanan maupun kiri) digunakan
sengkang tertutup 10-150
 Spasi sengkang untuk dareah dimana Vu  .Vc (bagian tengah sepanjang

2,1 m) digunakan sengkang tertutup 10-240


120

2,25 m 2,10 m 2,25 m

8-150 8-240 8-150

Contoh 5-2
Rencanakan tulangan geser untuk penampang kolom persegi berukuran bw = 300
mm, h = 450 mm, dan d = 400 mm, menahan gaya aksial tekan 40 ton (beban
mati), dan 25 ton (beban hidup). Gaya lintang yang bekerja sebesar 6 ton (beban
mati) dan 4 ton (beban hidup). Material yang digunakan adalah beton dengan kuat
tekan karakteristik 20 MPa dan baja untuk tulangan geser berdiameter 8 mm
dengan kuat leleh 400 MPa.

Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 5-4)


Hitung kapasitas geser beton
Nu  1,2.NDL  1,6.NLL

 1,2.40  1,6.25
 88ton
 880000N

 N u  f ' 
Vc  1  c b d

 14Ag 6  w
 

  1 88000  20 
300.400  131088,0063N
 14300.450 6 

.Vc  0,75.131088,0063 
98316,0047N

Hitung kebutuhan tulangan geser


121

Vu  1,2.VDL  1,6.VLL

 1,2.60000  1,6.40000  136000N


.Vc  Vu  3..Vc Diperlukan tulangan geser
.Vs  Vu  .Vc

 136000  98316,007  37683,99528N

Vs 37683,99528
 0,7  50245,327N
5
A v.fy.d
s 
Vs


2.0,25. .8 2

.320.400
50245,32
7
 256,1027mm
≈ 250 mm
Berdasarkan persyaratan spasi sengkang dapat disimpulkan
 Spasi sengkang untuk memenuhi syarat kekuatan= 250 mm

 Spasi sengkang maksimum= d 2  600mm

d  400
 200mm 2
2
Spasi3.A
maksimum
v .fy 3.2.0,25. .82
s   321,6991mm ≈ 320
umum btulangan geser
.320
minimum
w
300
mm
Menurut perhitungan di atas, maka sengkang harus dipasang dengan jarak 200 mm
(8-200).

Contoh 5-3

Rencanakan penulangan untuk penampang balok T dengan dimensi tergambar


yang menerima beban geser terfaktor (Vu) sebesar 200 kN, dan momen torsi
terfaktor:
a) Tu = 50 kN.m (torsi keseimbangan)
b) Tu = 40 kN.m (torsi keselarasan)
122

Jika digunakan tulangan lentur (As) = 4D25 (1963,495 mm2)


kuat tekan beton (f’c) = 28 MPa
kuat leleh baja (fy) = 400
MPa

1150 mm

hf =100 mm

3.hf 3.hf

550
300 mm 300 mm

350
Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 5-8)
Kasus (a)
Diasumsikan bagian sayap (flens) tidak menyatu secara monolith dengan bagian
badan (web), maka:
Acp  350x650  227500mm2

Pcp  2(350  650)  2000mm

Catatan: jika dalam penyelesaian yang lain diasumsikan bagian sayap


menyatu secara monolith dengan bagian badan, maka:
Acp  350x650  2(300x100)  287500mm2

Pcp  2(350  650)  2x2(300  100)  3600mm

Hitung batasan nilai momen torsi yang boleh diabaikan:

Tu  
f 'c A cp2 
12 .
p cp  
.

 0,75. 28 .287500   7593329,228N.mm  7,5933kN.m


2

12  3600 

Tu  50kN.m  7,5933kN.m maka torsi harus diperhitungkan.

Hitung tahanan momen torsi yang diperlukan (Tn)


123

T 50kN.m
Tn u  66,6667kN.m  66,6667x106 N.mm
0,75
Hitung sifat-sifat tampang datar yang diperlukan
Ao  0,85.Aoh , di mana Aoh merupakan bagian luasan penampang yang dibatasi

garis berat sengkang tertutup. Jika diasumsikan diameter sengkang 10 mm dan


selimut beton yang digunakan setebal 40 mm, maka:
x1  350  2.(40  5)  260mm

y1  650  2.(40  5)  560mm

A  x .y  260.560  145600mm2
oh 11

A  0,85.A  0,85.145600  123760mm2


o oh

d
 650  40  10  25 2  587,5mm
ph
 2.(x1  y1 )  2.(260  560)  1640mm
Nilai  ditetapkan 45o karena merupakan komponen struktur non-pratekan,
sehingga nilai cot  1,0

Periksa kecukupan dimensi penampang menurut Persamaan (5-42)

   V c  2 f ' 
2 2 c
 uV  u h  T p
   2 
b d 1,7  bw d 3 
 w  A oh 

 
f 'c  28 
Vc  
 6   .350.587,5
.bw .d  6   181344,2044N
   

2
 50000000.1640    
2
 200000  2 28 
    1,7.1456002   350.587,5 3 
 350.587,5  181344,2044 
2,4745MPa  3,3073MPa Maka kuat lentur tampang mencukupi

Hitung kebutuhan tulangan torsi


At T 66,6667x106
2.A
n

s o .fyv .cot  2.123760.400.1,0

 0,6735mm2 / mm / satu kaki

Hitung kebutuhan tulangan geser


124

 
f 'c  28 
Vc  
 6   .350.587,5
.bw .d  6   181344,2044N
   
.Vc  0,75.181344,2044  136008,1533N

V 200000
Vnperlu  
u
  266666,6667N
0,75
dengan demikian .Vc  Vu  3..Vc , sehingga perlu tulangan geser

V
Vsperlu  u  V 
c 266666,6667  181344,1533  85322,5134N

Av Vs 85322,5134
s  fy.d  400.587,5 0,3631mm / mm / dua kaki
2

Avt 2.At Av
s s  s 2.0,6735  0,3631  1,7098mm / mm / dua kaki
2

dengan sengkang berdiameter 10 mm, maka luasan dua kaki

A10  0,25. .102.2  157,0796mm2 / dua kaki


A 10
s 157,0796
 1,709  91,8705mm ≈ 90 mm
Avt
s 8
syarat pemasangan tulangan torsi:

p
s  smax  8h  300mm

1640
90  smax  8  205mm  300mm
memenuhi syarat

Avt  1 bw s
3 f yv

Avt  1 350.75
3 400

157,0796mm2  21,875mm2 memenuhi syarat

Maka digunakan sengkang tertutup 10-90

Kebutuhan tulangan torsi arah longitudinal

At
Al  ph  fyv cot 2θ
s  f yl  
125

 400  2 2
Al  0,6735.1 640. 1,0  1104,54mm
 400 

5f' A fyv
Al  c cp A 
  t p
12fyl h
,min
s  f yl

At
 350 6.400
 0,1458
s  b / 6f
w yv

 0,6735.1640.
28.227500 400
Al,min  5
12.400
400
Al  1253,8759  1104,54 
149,4359mm
,min 2

Al  1104,54  Ai min  149,4359 Memenuhi syarat

Maka digunakan tulangan torsi arah longitudinal 1104,54 mm2


1
Dalam pemasangannya tulangan torsi longitudinal (Al ) disebar; Al dipasang di
4

sisi atas, 14A di


l sisi bawah dan
1
A didistribusikan
2
l merata pada muka tampang

arah vertikal untuk memenuhi ketentuan jarak maksimum tulangan longitudinal


sebesar 300 mm, sehingga:

 Tulangan bagian atas: 11104,54mm2  276,135mm2 4


Dipakai 2D16  402,1239mm2

 Tulangan bagian badan: 11104,54mm2  552,27mm2 2


Dipakai 2D19  567,0575mm2

 Tulangan bagian bawah: A s 1 A


4
l

1
4D25  1104,54mm2  2239,63mm2
4
1
1963,495  1104,54mm2  2239,63mm2
4

Dipakai 4D28  2463,0086mm2


126

2D16
650

2D19
10-90

4D28
350

Kasus (b)
Diasumsikan bagian sayap (flens) tidak menyatu secara monolith dengan bagian
badan (web), maka:
Acp  350x650  227500mm2

Pcp  2(350  650)  2000mm

Hitung batasan nilai momen torsi yang boleh diabaikan:

Tu  
f 'c A cp2 
12 .
p cp  
.

 0,75. 28 .287500   7593329,228N.mm  7,5933kN.m


2

12  3600 

Tu  40kN.m  7,5933kN.m maka torsi harus diperhitungkan.

Hitung batas atas nilai momen torsi yang harus diperhitungkan pada torsi
keselarasan yang disertai redistribusi momen:

Tu  f 'c 
A2cp 
.
3  p
. cp 

 0,75. 28 .287500   30373316,92N.mm  30,3733kN.m


2

3 3600 

Tu  40kN.m  30,3733kN.m

Maka momen torsi yang diperhitungkan adalah Tu  30,3733kN.m

Hitung tahanan momen torsi yang diperlukan (Tn)


127

T 30,3733kN.m
Tn u  40,4978kN.m  40,4978x106 N.mm
0,75
Hitung sifat-sifat tampang datar yang diperlukan
Ao  0,85.Aoh , di mana Aoh merupakan bagian luasan penampang yang dibatasi

garis berat sengkang tertutup. Jika diasumsikan diameter sengkang 10 mm dan


selimut beton yang digunakan setebal 40 mm, maka:
x1  350  2.(40  5)  260mm

y1  650  2.(40  5)  560mm

A  x .y  260.560  145600mm2
oh 11

A  0,85.A  0,85.145600  123760mm2


o oh

d
 650  40  10  25 2  587,5mm
ph
 2.(x1  y1)  2.(260  560)  1640mm
Nilai  ditetapkan 45o karena merupakan komponen struktur non-pratekan,
sehingga nilai cot  1,0

Periksa kecukupan dimensi penampang menurut Persamaan (5-42)

   V c  2 f '
2 2 c
 uV  u h Tp 
   2 
b d 1,7  bw d 3 
 w  A oh 

 
f 'c  28 
Vc  
 6   .350.587,5
.bw .d  6   181344,2044N
   

2
 30373316,92.1640       
2
 200000  2 28 
 1,7.14560 2  350.587,5 3 
 350.587,5  181344,2044  
0
1,6901MPa  3,3073MPa Maka kuat lentur tampang mencukupi

Hitung kebutuhan tulangan torsi


At T 40,4978x106
 n
 2.A .fy .cot
s o v

2.123760.400.1,0
 0,409mm2 / mm / satu kaki

Hitung kebutuhan tulangan geser


128

 
f 'c  28 
Vc  
 6   .350.587,5
.bw .d  6   181344,2044N
   
.Vc  0,75.181344,2044  136008,1533N

V 200000
Vnperlu  
u
  266666,6667N
0,75
dengan demikian .Vc  Vu  3..Vc , sehingga perlu tulangan geser

V
Vsperlu  
u
 V c 266666,6667  181344,1533  85322,5134N

Av Vs 85322,5134
s  fy.d  400.587,5 0,3631mm / mm / dua kaki
2

Avt 2.At Av
s s  s 2.0,409  0,3631  1,1812mm / mm / dua kaki
2

dengan sengkang berdiameter 10 mm, maka luasan dua kaki

A 10  0,25. .102.2  157,0796mm2 / dua kaki


A 10
s 157,0796
 1,181  132,9863mm ≈ 125 mm
Avt
s 2
syarat pemasangan tulangan torsi:

p
s  smax  8h  300mm

1640
125  smax  8  205mm  300mm
memenuhi syarat

Avt  1 bw s
3 f yv

Avt  1 350.75
3 400

157,0796mm2  21,875mm2 memenuhi syarat

Maka digunakan sengkang tertutup 10-125

Kebutuhan tulangan torsi arah longitudinal

At
Al  ph  fyv cot 2θ
s  f yl  
129

 400  2 2
Al  0,409.1 640. 1,0  670,76mm
 400 

5 f 'A fyv
Al  c cp A 
  t p
12fyl h
,min
s f yl

At
 350 6.400
 0,1458
s  b / 6f
w yv

 0,409.1640.
28.227500 400
Al,min  5
12.400
400
Al  1253,8759  670,76  583,2159mm2
,min
Al  670,76  Ai min  583,2159 Memenuhi syarat

Maka digunakan tulangan torsi arah longitudinal 670,76 mm2

Dalam pemasangannya tulangan torsi longitudinal (Al) disebar; 1 Al di sisi atas


4

penampang, 14A di
l sisi bawah dan
1
A2didistribusikan
l secara merata pada muka

tampang arah vertikal untuk memenuhi ketentuan jarak maksimum tulangan


longitudinal sebesar 300 mm, sehingga:

 Tulangan bagian atas: 1 670,76mm2  167,79mm2


4
Dipakai 2D12  226,1947mm2
 Tulangan bagian badan: 1 670,76mm2 
335,38mm2
2

Dipakai 2D16  402,1239mm2


 Tulangan bagian bawah: A s 1 A
4
l

1
4D25  670,76mm2  2131,1854mm2
4
1
1963,495  670,76mm2  2131,1854mm2
4

Dipakai 4D28  2463,0086mm2


130

2D12
650

2D16
10-125

4D28
350

Anda mungkin juga menyukai