Anda di halaman 1dari 43

ALERGI PADA KULIT

Oleh:
Deddy Pratama (1902611141)
I Komang Bintang Satria Mahaputra (1902611138)
Komang Erdwin Wicaksana (1902611144)
Made Karina Duta Dwijayanti (1902611137)
I Made Agus Sudantha (1702612114)
I ●
Urtikaria Dan Angioedema (4A)

II ●
Erupsi Obat Makulopapula (4A)

III ●
Fix Drug Eruption (4A)

IV ●
Stevens Johnson Syndrome (3B)

V ●
Toxic Epidermal Necrolitic (3B)
Urtikaria
&
Angioedema (4A)
DEFINISI

Urtikaria
Suatu lesi kulit sebagai reaksi hilang timbul yang
ditandai dengan edema intrakutan setempat (wheal) yang
meninggi di permukaan kulit, dikelilingi area pucat atau
kemerahan, dan bersifat gatal.

Angioedema
Urtikaria yang mengenai hingga lapisan kulit dermis
dalam atau pada jaringan subkutan dan bengkak
merupakan manifestasi utama.

Fitzpatrick 7th edition Vol. 1 & 2 GAMBAR KLINIS


Urtikaria & Angioedema

Sumber: Fitzpatrick 7th ed Sumber: Fitzpatrick 7th ed

ETIOLOGI
 Idiopatik
 Obat-obatan
 Makanan
 Infeksi yang berhubungan dengan mekanisme alergi
 Faktor metabolik
Joshi, S. R., & Khan, D. A. (2019). Urticaria and Angioedema. In Asthma, Allergic and Immunologic Diseases During Pregnancy (pp. 123-140). Springer, Cham.
Epidemiologi

- Paling sering dialami


kelompok usia dewasa
(20 – 40 tahun) 12-22% populasi umum di
seluruh dunia pernah
- Wanita >> Pria. mengalami urtikaria.
>

Gejala Urtikaria

2/3 Akut 1/3 Kronis

Wedi, B., & Kapp, A. (2016). Urticaria and angioedema. In Allergy and Asthma (pp. 143-165). Springer, Cham.
Joshi, S. R., & Khan, D. A. (2019). Urticaria and Angioedema. In Asthma, Allergic and Immunologic Diseases During Pregnancy (pp. 123-140). Springer, Cham.
Gejala
Anamnesis
 Rasa gatal yang terjadi tiba-tiba, hilang timbul
dengan durasi < 24-48 jam. Bersifat akut (≤6
minggu), kronik (>6 minggu) atau bisa berulang
selama periode yang tidak pasti.
 Muncul kemerahan dan pada >50% kasus dapat
disertai bengkak (angioedema) pada bibir,
kelopak mata, atau alat kelamin, kadang pada
lidah atau laring.

Wedi, B., & Kapp, A. (2016). Urticaria and angioedema. In Allergy and Asthma (pp. 143-165). Springer, Cham.
Pemeriksaan Fisik

Efloresensi
Your Picture Here

Papul, plak, pembengkakan


jaringan pada kelopak mata,
mukosa bibir, wajah, tubuh,
genitalia, ekstremitas
Lesi kemerahan
mengelilingi
edema (eritema)
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Darah Lengkap


 Pemeriksaan Urin & Feses
 Kadar Ige total dan eosinophil
 Biopsi Kulit
 Skin Prick Test
Differential Diagnosis

Sumber: Fitzpatrick 7th ed

Kondisi lain yang kerap menjadi diagnosa banding:


Purpura anafilaktoid, ptiriasis rosea, dermatitis kontak, dermatitis alergi,
erythema multiformis, & erupsi obat
Penatalaksanaan

Tatalaksana

Farmakoterapi Non- farmakoterapi


Farmakoterapi
 Oral/Sistemik
Anti histamin (H1 antagonist)
Loratadin oral 1 x 10 mg
dosis anak usia1-2 tahun: 2 x 250 µg/kg BB
2-6 tahun: 1 x 5 mg

Kortikosteroid
Deksamethasone injeksi IV 1 x 5 mg (pagi) 1 hari 
Methyprednisolone oral 3 x 8 mg selama 3 hari

 Topikal
Bedak salisilat 1% pada area yang gatal
Non Farmakoterapi
• Utamakan pencegahan dengan menghindari pencetus.
Apabila ada obat atau bahan makanan yang dicurigai
agar dihindari. Apabila sering berulang atau kronis
sebaiknya dilakukan pemeriksaan tambahan untuk
mencari faktor risiko.

• Edukasi untuk mengurangi gejala apabila terjadi


berulang dengan terapi yang diberikan agar reaksi
tidak sampai menimbulkan kondisi gawat darurat.
Erupsi Obat

Makulopapula (4A)
ERUPSI OBAT
Menurut World Health Organization (WHO), erupsi obat adalah
perubahan pada kulit dengan atau tanpa melibatkan organ lain, yang
timbul setelah pemakaian obat pada dosis yang digunakan untuk
pencegahan, diagnosis, atau terapi.

Jenis Morfologi:
• Urtikaria dan angioedema
• Eritema
• Erupsi obat eksantematosa
• Fixed Drug Eruption
• Pustular Eruption
• Bullous Eruption
• Stevens Johnson Syndrome
Erupsi Obat Makulopapula/Eksantematosa
 Bentuk paling sering dari erupsi obat.
 Gambarannya berupa macula eritema dan papul yang sering muncul
dari bagian dada dan menyebar secara simetris menuju ekstremitas.
Pada kasus yang parah lesi yang terbentuk bisa saling menyatu dan
menyebabkan erythroderma. Dapat juga melibatkan telapak tangan dan
kaki dan membran mukosa.
 Gejala lain yang dapat muncul adalah demam dan rasa gatal. Onset
biasanya 7-10 hari namun ada juga kasus yang onsetnya sampai 14 hari.

 Etiologi
 Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap obat.
 Β-lactams, sulfonamide, antiepilepsi.

Fitzpatrick,s Dermatology in general medicine. Lowell A. Goldsmith et al. vol 2.


ERUPSI OBAT MAKULOPAPULA

 Epidemiologi
 Sekitar 2% dari pemberian obat baru akan menyebabkan erupsi
obat pada pasien. Dari kasus erupsi ini 95% kasus adalah erupsi
obat makulopapular atau morbiliform rash.

 Patofisiologi
 Erupsi obat makulopapular adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV yang
dimediasi oleh sel T sitotoksik. Target dari sel T ini adalah obat,
metabolit obat, atau protein yang berikatan dengan obat. Reaksi yang
timbul adalah efek inflamasi akibat pelepasan sitokin dan efektor imun
yang lain.

Dermatology. Jean L. Bolognia, Joseph Jorizzo and Ronald Rapini. 2 volume set. 2nd Edition 2007. 2432 pages. Mosby.
DIAGNOSIS
ERUPSI OBAT MAKULOPAPULA
 Anamnesis
 Riwayat penggunaan obat
 Riwayat timbulnya kelainan kulit dengn jarak waktu pemberion obat
 Adanya keluhan sistemik
 Riwayat alergi obat sebelumnya
 Pemeriksaan Fisik
 Efloresensi: Ditemukannya lesi maklulopapular yang menyebar di daerah dada
dan bisa menyebar hingga ke ekstremitas.
 Bentuk lesi bisa anular, targetoid, atau polimorfik.
 Lesi akan memutih dengan penekanan namun bisa seperti purpura di daerah
kaki.
 Lesi yang tersebar bisa menyatu dan membentuk patch atau plak.
 Daerah axila dan inguinal biasanya tidak terkena.
 Membran mukosa, rambut, dan kuku tidak terkena pada kasus erupsi obat yang
tidak komkleks.

Clinical Dermatology. Carol Soutor, maria Hordinsky. 1st edition 2013. Lange. USA.
TATALAKSANA
ERUPSI OBAT MAKULOPAPULA

HENTIKAN PENGGUNAAN OBAT!

 Metilprednisolon 8 mg @ 8 jam selama 3 hari, diturunkan menjadi 8 mg @ 12


jam selama 3 hari dilanjutkan dengan 8 mg @ 24 jam selama 1 hari, dosis anak :
1 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis
 Antihistamin: loratadin 10 mg @ 24 jam atau setirizin 10 mg @ 24 jam, dosis
anak : 1-2 tahun (1-2 tahun) 250 µg/kgBB @ 12 jam, (2-6 tahun) 5 mg @ 24
jam, (6-12 tahun) sama dengan dewasa
 Topikal : bila lesi kering dapat diberikan bedak salisilat 2% ditambah mentol ½ -
1% ; bila lesi basah kompres asam salisilat 1%
ERUPSI OBAT MAKULOPAPULA
Fixed Drug Eruption

(4A)
FIXED DRUG ERUPTION

DEFINISI


Salah satu bentuk reaksi alergi terhadap obat yang muncul pada satu atau
banyak bagian tubuh pada saat yang bersamaan saat terpapar obat tersebut.

ETIOLOGI


Reaksi hipersensitivitas obat-obatan, seperti:

Acetaminophen, Ceftriaxone, Ibuprofen, Sulfonamide, Naproxen, Tetracyclines

Goldsmith LA, et al. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York, NY : McGraw-Hill;2012.454-455.
DIAGNOSIS
FIXED DRUG ERUPTION

ANAMNESIS

Riwayat penggunaan obat-obatan

Pasien merasakan “burn sensation” pada area kulit yang alergi

Keluhan: demam, malaise, mual

Terdapat kemerahan serta benjolan berisi cairan yang kemudian meninggalkan bercak kehitaman yang muncul berulang pada satu tempat (di area genital atau di sekitar mulut dan
kaki.)

PEMERIKSAAN FISIK

EFLORESENSI :

Lesi soliter

Makula yang berwarna merah terang atau kehitaman yang dapat berkembang menjadi plak edema

Terdapat vesikel atau bulosa

DIAGNOSIS BANDING

Erythema Multiforme

Toxic Epidermal Necrolysis (TEN)

Goldsmith LA, et al. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York, NY : McGraw-Hill;2012.454-455.
TATALAKSANA
FIXED DRUG ERUPTION

SISTEMIK
SISTEMIK


Metilprednisolon 8 mg @ 8 jam (selama 7 hari)

Dosis anak : 1 mg/kgBB/hari (terbagi 3 dosis)

Antihistamin:

Loratadin 10 mg @ 24 jam atau Cetirizin 10 mg @ 24 jam

Dosis anak :

(1-2 tahun) 250 µg/kgBB @ 12 jam

(2-6 tahun) 5 mg @ 24 jam

(6-12 tahun) sama dengan dewasa

TOPIKAL
TOPIKAL


Kompres NaCl 0,9% ( untuk lesi basah)

Hydrocortisone cream 2,5% dicampurkan dengan Chloramphenicol 2% (bila ada erosi)

Pemberian Triamcinolone Acetonide pada bibir

Goldsmith LA, et al. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York, NY : McGraw-Hill;2012.454-455.
Stevens Johnson Syndrome

(SJS)

&

Toxic Epidermal Necrolitic

(TEN)

(3B)
Steven Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), reaksi
mukokutan akut yang mengancam nyawa, ditandai dengan nekrosis epidermis
yang luas hingga terlepas.

SJS dan TEN mirip dalam gejala klinis dan histopatologis, faktor risiko,
penyebab dan patogenesisnya, digolongkan proses identik, perbedaan hanya
terdapat pada keparahan
STEVENS JOHNSON SYNDROME (SJS)

 hipersensitivitas tipe IV yang melibatkan kulit, mata, dan


membrane mukosa.
 Bentuk minor dari toxic epidermal necrolysis, dengan pengelupasan kulit
pada permukaan tubuh dengan luas <10% luas permukaan tubuh.

 Insiden dari SJS di Amerika sekitar 2,6 – 6,8 kasus per 1 juta penduduk dan
persebaran di seluruh dunia pada kisaran yang sama.

 Penyebab paling sering ada 4 yaitu


 Infeksi = sering sebagai penyebab pada populasi anak
 Drug-Induced = Antibiotik, Antikonvulsan, NSID
 Malignancy
 Idiopathic = menjadi etiologi bagi 25-50% kasus
PATOGENESIS
STEVENS JOHNSON SYNDROME (SJS)

Belum diketahui secara pasti.

Presentasi antigen dan produksi dari Tumor Necrosis Factor (TNF)-


alpha oleh dendrocit jaringan menyebabkan proliferasi limfosit-T dan
meningkatkan toksisitas dari efektor sel-sel imun. Teraktivasinya
limfosit CD8+ menyebabkan terjadinya apoptosis epidermal.
DIAGNOSIS
STEVENS JOHNSON SYNDROME (SJS)
 Anamnesis
 Dapat didahuli demam, lemas, dan sakit kepala
 Kemerahan dan melepuh pada kulit
 Mata merah, luka pada bibir, hidung, genitalia, dan anus
 Riwayat minum obat (rentang 1-8 minggu) atau infeksi
Pemeriksaan Fisik
 Gejala kulit: eritema, papul, vesikel, purpura atau bula yang kemudian pecah sehingga
terjadi erosi <10% luas permukaan tubuh.
 Keterlibatan mukosa minimal 2: vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, ditutupi krusta hitam.
 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan lab darah lengkap: infeksi (leukositosis), alergi
(eosinofili).
 Jika disebabkan curiga infeksi dapat dilakukan kultur.
DIAGNOSIS BANDING
STEVENS JOHNSON SYNDROME (SJS)

 Atopic Keratokonjungtiviitis
 Chemical Burns
 Emergent Management of Thermal Burns
 Exfolliative Dermatitis
 Ocular Burns and Chemical Injuries
 Sjorgen Syndrome
 Tocix Shock Syndrome
TATALAKSANA
STEVENS JOHNSON SYNDROME (SJS)

 Tindakan
 Stop konsumsi obat yang dicurigai
 Infus NaCl 0,9% dan dextrose 5% (1:1) 20 tetes/menit

 Sistemik
 Dexametasone injeksi intravena 10mg@12 jam (1hari), 10mg pagi dan 5mg
siang(1hari), 5mg pagi dan 5 mg siang (1hari), 5mg pagi (3hari), kemudian
ganti metilprednisolon oral
 Antibiotik: levofloksasin 1x500 mg per drip intravena, bila ada infeksi

 Topikal
 Triaminoslon asetonid pada lesi mukosa
 Kompres NaCl 0,9% pada lesi basah
 Hidrokortison 2,5% krim + Kloramfenikol 2% pada lesi kering
 Observasi vital sign
STEVENS JOHNSON SYNDROME (SJS)
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

Insiden TEN 0,4-1,2 Angka kematian TEN 25-


kasus/juta/penduduk/tahun 35%

Dapat terjadi di segala Perempuan lebih sering


usia, peningkatan risiko terkena dibandingkan laki-
pada usia di atas 40 tahun laki (1,5:1)
ETIOLOGI
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

Estrella-Alonso A, Aramburu JA, González-Ruiz MY, Cachafeiro L, Sánchez MS, Lorente JA. Toxic epidermal necrolysis: a paradigm of critical illness. Necrolisis epidérmica tóxica: un paradigma de
enfermedad crítica. Rev Bras Ter Intensiva. 2017;29(4):499‐508. doi:10.5935/0103-507X.20170075
PATOGENESIS
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

Mekanisme pasti terjadinya SJS dan TEN belum sepenuhnya diketahui

Pada lesi, terjadi reaksi sitotoksik terhadap keratinosit sehingga menyebabkan


apoptosis yang luas

Reaksi sitotoksik yang terjadi melibatkan sel NK dan sel limfosit T CD8+ yang
spesifik terhadap obat penyebab

Berbagai sitokin yang terlibat dalam patogenesis penyakit ini adalah IL-6, TNF-α,
IFN-γ, IL-18, Fas-L, granulisin, perforin, granzim-B

Halim Effendi E. Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal toksik. Dalam: Menaldi SLS editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta: FK UI; 2017. hlm 199-200.
GAMBARAN KLINIS
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

Predormal Necrolysis Mucosal involvement

Gejala SJS-TEN timbul setelah 8 minggu setelah awal pajanan obat

Gejala non spesifik: demam, sakit kepala, batuk, pilek, dan malaise selama 1-3
hari

Lesi
Lesi kulit
kulit simetris
simetris pada
pada wajah,
wajah, badan
badan dan
dan bagian
bagian proksimal
proksimal ekstrimitas.
ekstrimitas. Berupa
Berupa makula
makula eritematosa
eritematosa
atau
atau purpurik, dapat juga ditemukan lesi target. Dengan bertambahnya waktu, lesi kulit meluas
purpurik, dapat juga ditemukan lesi target. Dengan bertambahnya waktu, lesi kulit meluas dan
dan
berkembang menjadi nekrotik, sehingga terjadi bula kendur dengan tanda Nikolsky
berkembang menjadi nekrotik, sehingga terjadi bula kendur dengan tanda Nikolsky positif positif

Lesi pada mukosa berupa eritema dan erosi dijumpai minimal pada 2 lokasi
yakni mulut dan konjungtiva, bisa juga pada mukosa genital

Estrella-Alonso A, Aramburu JA, González-Ruiz MY, Cachafeiro L, Sánchez MS, Lorente JA. Toxic epidermal necrolysis: a paradigm of critical illness. Necrolisis epidérmica tóxica: un paradigma de
enfermedad crítica. Rev Bras Ter Intensiva. 2017;29(4):499‐508. doi:10.5935/0103-507X.20170075
GAMBARAN KLINIS
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

Estrella-Alonso A, Aramburu JA, González-Ruiz MY, Cachafeiro L, Sánchez MS, Lorente JA. Toxic epidermal necrolysis: a paradigm of critical illness. Necrolisis epidérmica tóxica: un paradigma de
enfermedad crítica. Rev Bras Ter Intensiva. 2017;29(4):499‐508. doi:10.5935/0103-507X.20170075
DIAGNOSIS
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)
Anamnesis,


Kronologis perjalanan penyakit, hubungan waktu yang jelas dengan konsusmsi obat penyebab

Pemeriksaan fisik


Gambaran klinis lesi kulit dan mukosa

Pemeriksaan penunjang

Histopatologis kulit untuk menyingkirkan diagnosis banding

Laboratorium untuk evaluasi keparahan penyakit dan untuk tatalaksana pasien (pemeriksaan DL, AGD, kadar elektrolit, albumin, protein darah, fungsi ginjal, fungsi hepar, gula darah sewaktu. Selama
perawatan perlu di perhatikan tanda-tanda terjadinya sepsis)

Halim Effendi E. Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal toksik. Dalam: Menaldi SLS editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta: FK UI; 2017. hlm 199-200.
Estrella-Alonso A, Aramburu JA, González-Ruiz MY, Cachafeiro L, Sánchez MS, Lorente JA. Toxic epidermal necrolysis: a paradigm of critical illness. Necrolisis epidérmica tóxica:
un paradigma de enfermedad crítica. Rev Bras Ter Intensiva. 2017;29(4):499‐508. doi:10.5935/0103-507X.20170075
DIAGNOSIS
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

SJS epidermolisis TEN epidermolisis


<10% LPB >30% LPB.

10-30% LPB
digolongkan
sebagai overlap
SSJ-TEN.

Estrella-Alonso A, Aramburu JA, González-Ruiz MY, Cachafeiro L, Sánchez MS, Lorente JA. Toxic epidermal necrolysis: a paradigm of critical illness. Necrolisis epidérmica
tóxica: un paradigma de enfermedad crítica. Rev Bras Ter Intensiva. 2017;29(4):499‐508. doi:10.5935/0103-507X.20170075
DIAGNOSIS BANDING
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

Berbagai penyakit kulit bulosa yang menyerupai SJS-TEN:

Staphylococcal scalded skin syndrome

Generalized bullous fixed drug eruption

Acute generelized exanthematous pustulosis

Graft versus host disease

Lupus eritematosus bulosa

Halim Effendi E. Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal toksik. Dalam: Menaldi SLS editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta: FK UI; 2017. hlm 199-200.
PENATALAKSANAAN
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

Deteksi dini dan penghentian segera obat penyebab


Mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit

Suhu lingkungan yang optimal 28-30oC

Nutrisi

Perawatan kulit secara aseptik

Perawatan mata dan mukosa mulut

Perawatan suportif di RS

Halim Effendi E. Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal toksik. Dalam: Menaldi SLS editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta: FK UI; 2017. hlm 199-200.
PROGNOSIS
TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC (TEN)

SCORTEN score (memberikan nilai 1 untuk


Nilai SCORTEN Angka kematian
masing-masing kriteria) (%)
0-1 3,2
2 12,1
3 35,8

Usia >40 tahun 4 58,3

Denyut jantung >120 kali/menit

Terdapat kanker atau keganasan hematologik 5 90

Epidermolisis >10% LPB

Kadar urea serum (BUN) >10 mM/L atau >28 mg/dL

Kadar bikarbonat serum <20 mEq/L

Kadar gula darah sewaktu >14 mM/L atau >252 mg/dL

Estrella-Alonso A, Aramburu JA, González-Ruiz MY, Cachafeiro L, Sánchez MS, Lorente JA. Toxic epidermal necrolysis: a paradigm of critical illness. Necrolisis epidérmica tóxica: un paradigma de
enfermedad crítica. Rev Bras Ter Intensiva. 2017;29(4):499‐508. doi:10.5935/0103-507X.20170075
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai