Anda di halaman 1dari 8

JURNAL READING

NERS A
LAODE AGUSTINO
SAPUTRA
NADYA WIDIASARI
SIGIT PURNOMO
SUPIANI YAMLEAN
1.
Judul artikel :
Pengaruh Edukasi Perawatan Diri terhadap Kualitas Hidup Penderita
Tuberkulosis Paru

Kata kunci :
Perawatan Diri, Kualitas Hidup, Tuberkulosis Paru, Pendidikan

Penulis:
MaryamAbiz, Hasan Robabi, Alireza Salar dan Farshid Saeedinezhad
Telaah step 1 (Fokus Penelitian)

PROBLEMS :
Tubercolosis (TB) merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang
berkembang di banyak bagian dunia, terutama di negara berkembang. Di
samping infeksi human immunodefisiensi virus, TB adalah penyebab kematian
nomor dua akibat penyakit menular. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia,
sepuluh juta orang jatuh sakit dengan TB di seluruh dunia dan merenggut 1,5
juta nyawa pada tahun 2018. lebih dari 95% kasus TB dan kematian terjadi di
negara berkembang”. Pada tahun 2018, sebagian besar kasus TB (44%)
dilaporkan di Asia Tenggara.
Intervention :
edukasi perawatan diri terhadap kualitas hidup pasien TB

Outcome :
Rerata total skor kualitas hidup kedua kelompok sebelum
intervensi adalah 67,56 ± 5.99 dan 67.09 ± 5,03, masing-
masing, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
(P = 0,65). Namun setelah diberikan intervensi, rerata skor
kualitas hidup pasien pada kelompok intervensi (74,84 ±
4,90) secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok
kontrol (67,98 ± 0,68) (P = 0,001).
Telaah step 2
RECRUITMEINT :
1. Teknik sampling : kuasi eksperimental dengan desain pretestposttest design

2. Besar sampel : semua pasien dengan TB paru yang dirujuk ke Pusat Koordinasi TB
di Zahedan, Iran tenggara, pada tahun 2018
3. Kriteria inklusi : berusia 18-65 tahun, memiliki diagnosis TB paru untuk pertama
kalinya, perjalanan minimal 2 - 3 bulan setelah pengobatan, kewarganegaraan Iran,
tidak ada masalah pendengaran, tidak ada penyakit kejiwaan yang diketahui, tidak
ada riwayat menggunakan neuroleptik, dan tidak memiliki kondisi yang mendasari
seperti penyakit jantung, diabetes, penyakit ginjal, dan AIDS

4. Kriteria ekslusi : ketidakhadiran dari sesi latihan, migrasi, dan kematian pasien.
Maintenance :
Perawatan diri memungkinkan pasien untuk lebih mencegah
komplikasi akut dan kronis yang disebabkan oleh penyakit serta
meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pemulihan kesehatan
mereka lebih cepat. Selain itu, dengan mengadopsi perilaku
perawatan diri yang menekankan pada evaluasi dan pengendalian
gejala penyakit (misalnya, mengikuti terapi diet, menjaga gaya
hidup sehat, dan mengurangi dampak negatif penyakit terhadap
fungsi sehari-hari, emosi, dan hubungan sosial), hal ini berperan
penting dalam mengendalikan banyak penyakit kronis.
Measurement :
Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari dua
bagian yaitu karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku), dan Tuberculosis Quality of Life
versi 2 (TBQol-v2). TBQol-v2 dirancang oleh Chaoyanget al. mencakup 24
item yang diklasifikasikan dalam 6 dimensi: fisik (6 item), psikologis /
emosional (5 item), fungsional / kemandirian (4 item), sosial / keluarga (3
item), lingkungan (3 item), dan keyakinan dan spiritualitas ( 3 item). Soal
harus dijawab menggunakan skala Likert lima poin (tidak pernah = 1, jarang
= 2, sampai batas tertentu = 3, hampir tinggi = 4, sangat tinggi = 5), yang
skor satu menunjukkan status buruk, sedangkan skor dari lima
menunjukkan "status yang sangat baik tentang kualitas hidup". Dimensi
fisik, psikologis / emosional, fungsional / kemandirian, sosial / keluarga,
lingkungan, dan keyakinan serta spiritualitas dari skala ini masing-masing
diberi skor 6 - 30, 5 -
Telaah step 3 (Aplikabilitas)

Apakah dapat diterapkan ? Ya, karena Beberapa penelitian melaporkan bahwa


pengobatan yang efektif, kepatuhan terhadap terapi diet, konseling, dan perawatan
diri, meningkatkan kualitas hidup pasien TB, terutama dalam dimensi fisik dan mental.
Karena kualitas hidup semakin menggantikan kriteria tradisional, termasuk mortalitas
dan morbiditas, untuk menilai hasil pengobatan, sangat penting untuk mengatasi
kualitas hidup pasien, terutama dalam kasus penyakit kronis seperti tuberkulosis yang
memiliki efek jangka panjang pada fisik, mental, dan domain sosial kesehatan. Selain
itu, mempelajari kualitas hidup pasien TB berguna untuk merancang intervensi yang
lebih baik yang meningkatkan status kesehatan pasien. Karena pendidikan perawatan
diri dapat secara efektif meningkatkan kualitas hidup pasien TB, dianjurkan untuk
memberikan edukasi tersebut untuk pengobatan dan tindak lanjut pasien ini bersama
dengan pengobatan yang diamati secara langsung, shortcourse (DOTS).

Anda mungkin juga menyukai