AKSARA JAWA/CARAKAN/LEGENA/DHENTAWIYANJANA
FILOSOFI
Setelah sekian waktu, Ajisaka kembali ke kerajaan dan setelah sekian lama
memerintah kerajaan ia baru teringat akan keris pusakanya yang ia tinggalkan
semasa pengembaraan.
Dari situ lantas Ajisaka mengutus seorang utusan untuk pergi ke hutan mengambil
keris tersebut. Ia berpesan pada utusannya bahwa jangan sampai kembali ke kerajaan
sebelum ia membawa keris pusakanya.
Di tengah hutan utusan kerajaan ini mendapati keris pusaka Ajisaka yang tengah dijaga
oleh seorang abdi. Kedua orang yang pada hakekatnya merupakan utusan Ajisaka ini
kemudian saling berebut keris karena mereka sama-sama memegang teguh amanah
perintah majikannya.
FILOSOFI
Dua orang ini kemudian terlibat pertarungan yang menjadikan keduanya tewas.
Ajisaka baru teringat kalau ia meninggalkan keris tersebut bersama dengan salah
satu abdi setianya. Ajisaka menyusul ke dalam hutan, namun ia mendapati kedua
utusannya telah tewas. Untuk menghormati utusannya yang setia inilah kemudian
Ajisaka merumuskan tulisan yang kemudian dikenal sebagai aksara Jawa.
Ha “Hana hurip wening suci” – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
Na “Nur candra, gaib candra, warsitaning Candara” – pengharapan manusia hanya
selalu ke sinar Illahi
Ca “Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi” – arah dan tujuan pada Yang Maha
Tunggal
Ra “Rasaingsun handulusih” – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka “Karsaningsun memayuhayuning bawana” – hasrat diarahkan untuk kesajeteraan
alam
Da “Dumadining dzat kang tanpa winangenan” – menerima hidup apa adanya
Ta “Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa” – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian
dalam memandang hidup
Sa “Sifat ingsun handulu sifatullah” – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa “Wujud hana tan kena kinira” – ilmu manusia hanya terbatas namun
implikasinya bisa tanpa batas
La “Lir handaya paseban jati” – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
MAKNA HURUF JAWA
Pa “Papan kang tanpa kiblat” – Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha “Dhuwur wekasane endek wiwitane” – Untuk bisa diatas tentu
dimulai dari dasar
Ja “Jumbuhing kawula lan Gusti” – Selalu berusaha menyatu memahami
kehendak-Nya
Ya “Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi”– yakin atas
titah/kodrat Illahi
Nya “Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki”– memahami kodrat
kehidupan
Ma “Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam
menyembah Ilahi
Ga “Guru sejati sing muruki” – belajar pada guru nurani
Ba “Bayu sejati kang andalani” – menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha “Tukul saka niat” – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
Nga “Ngracut busananing manungso”– melepaskan egoisme pribadi
manusia
PASANGAN
SANDHANGAN
AKSARA LAN
PASANGAN REKAN
AKSARA SWARA
AKSARA ANGKA