Anda di halaman 1dari 9

Nahdlatul Ulama dan Pesantren

Oleh: Drs. H. Fathul Amin, M.Pd.I


Peran Ulama Pesantren dalam Pengembangan NU
Lahirnya NU tidak dapat dipisahkan karena peran Ulama Pesantren di Indonesia. NU lahir atas
prakarsa dan dukungan Ulama Pesantren yang membentuk komunikasi sendiri karena berbagai situasi
dan kondisi pada saat itu. Pembentukan NU tidak lain untuk menjadi wadah bagi usaha dan menyatukan
langkah para ulama pesantren dalam rangka tugas pengabdian yang tida lagi terbatas pada soal
kepesantrenan dan kegiatan ritual agama, melainkan pada kepekaan terhadap masalah sosial ekonomi
maupun kemasyarakatan pada umumnya.
Organisasi ini cepat berkembang karena didukung oleh pimpinan pesantren dan organisasi tarekat
yang sampai saat ini masih tetap mendominasi medan dan aktifitas pendidikan dan kegiatan ibadah
umat islam Indonesia. Berkembangnya pengaruh gerakan Islam modern memang mengandung respon
para pimpinan NU. Mereka mulai merumuskan pembaharuan diibeberapa pesantren untuk
mengembangkan madrasah termasuk membuka kesmpatan untuk murid wanita, juga mulai
mengajarkan pelajaran umum. Sedangkan dalam bidang organisasi, aktivitas NU cukup menonjol. Sejak
berdirinya sampai 1940, NU menyelenggarakan kongres setiap tahun. Pada awal pendudukan jepang,
seluruh organisasi Islam kecuai MIAI dibubarkan, MIAI dimanfaatkan jepang sebagai alat
propagandannya. Untuk melemahkan jepang KH. Wahid Hadyim mengubah MIAI menjadi Masyumi
(Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Yang kemudian menerbitkan majalah Suara Muslimin Indonesia
secara hati-hatiuntuk menyadarkan tentang persamaan kolinialisme jepang dan belanda. Keberadaan
KH. Wahid Hasyim sebagai pimpinan Masyumi menjadikan dirinya sebagai orang kuat yang mendudukan
jabatan pimpinan Kantor Urusan Agama yang dibentuk oleh Jepang, Ia juga menjadi orang penting
dalam rapat kemerdekaan Indonesia.
Tujuan berdirinya NU adalah memelihara, mengembangkan, melestarikan dan mengamalkan ajaran
Islam Aswaha tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, perdagangan dan sebagainya dalam
rangka mengabdi kepada bangsa, negara dan umar manusia. Selain itu karena dorongan untuk merdeka.
Keberadaan Pesantren dalam Organisasi NU
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan Ilmu keIslaman yang
dipimpin oleh Kiai sebagai pengasuh pemilik dan dibantu oleh ustadz atau guru melalui
metode dan teknik yang khas.
NU dan Pesantren bagaikan dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan. Karena yang
mendirikan NU adalah para Ulama Pesantren. Mereka memiliki kesamaan wawasan,
pandangan, sikap, perilaku dan tata cara pemahaman serta pengamalan ajaraan Islam
menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah. Hubungan antara NU dan Pesantren dapat dilihat
dari beberapa hal berikut:
1.Kesamaan tujuan melestarikan ajaran Islam Aswaja yang menjadi materi pokok ajaran
agama di Pesantren
2.NU didirikan sebagai wadah bagi usaha mempersatukan langkah para ulama pondok
pesantren dalam pengembangan tugas pengabdian masyarakat, baik bidang agama,
pendidikan, ekonomi maupun persoalan lainya.
3.Pola kepemimpinan dalam NU sama dengan pola kepemimpinan memiliki kedudukan
sangat menentukan, maka dalam NU dikenal Pengurus Syuriyah yang terdiri dari para
ulama selaku pimpinan tertinggi.
4.Pengaruh yang dimiliki oleh para kiai pengasuh Pesntren dilingkungan masyarakat juga
menjadi kekuatan pendukung bagi NU. “Santri” menjadi salah satu pilar penyangga
kekuatan NU, bahkan menjadi salah satu ciri khas yang membedakannya dengan organisasi
Islam lainnya.
Peran Pesantren dalam Sejarah Perkembangan
Bangsa Indonesia
• Masa Pra Kolonial, pesantren di Nusantara hampir bersamaan dengan datangnya Islam. Karena
peran pesantren dalam membangun negeri ini sebenarnya sama dengan peran Islam itu sendiri.
Pada masa ini, kita mengenal pesantren Giri di Gresik bersama institusi sejenis di Samudra Pasai
yang menjadi pusat penyebarann KeIslaman dan peradaban ke berbagai wilayah Nusantara.
Pesantren Ampel Denta menjadi tempat para wali menempa diri yang diantaranya dari mereka
disebut Walisongo. Peran Pesantren lainnya yaitu sebagai sebuah lembaga pendidikan yang
bertujuan membebaskan manusia dari keterbelakanagan dan mencerdaskan bangsa. Dengan
kata lain pesantren merupakan lembaga pendidikan Indonesai pertama yang mampu membuka
isolasi kultural dengan dunia luar secara luas
• Masa Kolonial, penyebaran Islam sejak masuknya ke Indonesia merupakan kepentingan tinggi
bagi kaum muslimin dan pendidikan Islam masih menjdi salah satu peran pokok dari Pesantren.
Pada masa penjajahan belanda banyak tokoh pesantren yang menjadi tokoh perjuangan bangsa
Indonesia yang ikut serta melawan penjajah. Pengaruh kiai dari pesantren tidak hanya terbatas
pada masyarakat awam saja, tapi juga menjangkau istana-istana. Awal abad ke-20 Kiai Kholil
merstui KH. Hasyim Asy’ari membentuk NU, untuk menjadi organisasi massa Islam di Indonesia.
Dan masa ini adalah periode kebangkitan intelektual di wilayah yang kemudian disebut
Nusantara. Berdiri Syarekat Islam yang dimotori oleh H. Samanhudi dan HOS. Cokroaminoto
yang merupakan orang pesantren, dan banyak berdiri pula pesantren pada periode ini.
Pesantren tersebut lahir dan berkembang sebagi respon atas hegemoni kolonial belanda yang
tidak memberi kesmpatan masyarakat untuk mendapatkan hak-hak dasarnya, terutama dalam
pendidikan.
•Masa Kemerdekaan, ketika mempertahankan kemerdekaa, sejarah perjuangan
bangsa Indonesia mencatat sebuah periwatiwa dahsyat di Surabaya pada tanggal 10
November 1945, yang pada sekarang ini diperingati sebagai hari pahlawan. Perjuangan
Bung Tomo dan arek-arek suroboyo didukung oleh KH. Hasyim Asy’ari yang menyerukan
resolusi jihad pada tanggal 22 Okrober 1945 untuk emmpertahankan setiap jengkal
Tanah Air Indonesia. Keterlibatan pesantren dan santri sangat sulit dipungkiri, namun
sayang dalam penulisan sejarah perjuangan mereka seperti sengaja dimarjinalkan.
•Masa orde Lama, pada masa Soekarno semakin tampak sebagai seornag diktator
sejak ia diangkat menjadi presiden. Dan itu sedikit banyak ada juga peran pesantren
dalam proses pencitraan Soekarno yang kemudian berhasil menjadi penguasa di
Indonesia. Pada masa menggalakkan ideologi yang saling bertentangan, Islamisme,
Nasionalisme dan Komunisme, maka kiai-kiai NU mengambil jalan tengah mendukung
konsep yang digagas oleh Soekarno , juga mendukung terhadap keputusan Presiden
Soekarno untuk melakukan Dekrit Presiden sebagai cara untuk mengakhiri perdebatan
di dalam Sidang Konstituante yang berlarut sampai 3,5 tahun yang mengkhawatirkan
bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Menurut Soekarno, Dekrit Presiden untuk kembali
ke Pancasila, UUD 1945 dan NKRI merupakan keputusan yang harus diambil untuk
menghindari keterpecahbelahan kesatuan dan persatuan bangsa. Adapun pesantren
yang tidak berafilasi ke NU justruh kebanyakan berada diluar lingkaran pemerintah dan
tidak mau berkompromi dengan keberadaan PKI. Dan pesantren seperti inilah yang
teranca, menjadi target sasaran PKI dalam menjalankan agenda politiknya.
• Masa Orde Baru, diera ini pembangunan fisik digalakkan oleh Soeharto. Akan tetapi
kekuatan Islam ternyata oleh Seoharto sengaja dimarginalkan, dan semakin menjadi
ketika pemerintah memaksakan fusi bago partai Islam menjadi satu partai yaitu
Partai persatuan Pembangunan (P3). Tokoh partai Islam kebanyakan berasal dari
pesantren akhirnya kembali sehingga pesantren berusaha menempatkan dirinya
pada wilayah yang netral, namun ada juga pesantren yang tumbuh sebagai indentitas
keIslaman yang berbeda suara dengan Pemerintah. Pada masa ini pesantren lebih
bnayak mencerminkan peran sosialnya, terutama sebagai penguat masyarakat sipil
ditengah hegemoni negara yang mencengkram kuat rakyatnya, yang sengaja
menyudutkan umat Islam. Tak sedikit pula pesantren yang mengakami penurunan
sebab tidak diakui ijazah kepesantrenannya. Namun, hal ini justruh membuat banyak
pesantren berlomba-lomba menyesuaikan diri dengan membangun madrasah yang
diakui oleh pemerintah. Dan pada periode inilah tumbuh pemikir-pemikir Islam
Kaliber Internasional yang berasal dari kaum santri.
• Masa Reformasi, diera ini oara elit pesantren banyak yang terseret arus untuk terjun
dalam percaturan politik. Akibatnya, banyak pesantren yang secara akademin
“terlupakan” oleh kiainya sendiri sebab disibukkan oleh kegiatan politik. Tetapi pada
masa ini pula alam reformasi telah memunculkan sejumlah nama tokoh yang tidak
lepas dari peran pendidikan pesantren baik langsung, maupun tidak langsung. Seperti
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pendiri PKB dan mantan Presiden RI ke-4, Amien Rais
pendiri PAN dan mantan ketua MPR, dll. hal ini membuktikan bahwa besarnya
kepedulian santri terhadap problem bangsa.
Intelektualisme dalam Tradisi Pesantren
Dalam tradisi pesantren, menuntut ilmu adalah bagian penting yang tidak
bisa diabaikan. Dan pesantren memiliki ciri khas dalam pengembangan tradisi
intelektual dilingkungannya, sehingga menuntut ilmu bukan hanya wacana
melainkan sudah tradisi. Dalam pesantren juga dikenal dengan terdisi “santri
kelana” yaitu menentut ilmu yang sangat kuat dimana tidak hanya menuntut
ilmu disatu pesantren, melainkan kebanyak tempat sebagai petualang ilmu.
Pengamalan tafaquh fiddin dipesantren sudah mengakar dikalangan santri
dan kiai, karena itu tradisi intelektualisme dipesantren juga telah
membuahkan hasil yang sangat mengagumkan. Yaitu dengan karya para
ulama pesantren ayng berbentuk kitab. Dan tidak sedikit dikalangan
pesantren muncul kiai-kiai yang memiliki karya dalam bentuk kitab yang
hingga sekarang masih tetap dikaji diberbagai lembaga pendidikan Islam
sebagai warisan budaya intelektual yang membanggakan. Kitab tersebut
dikenal dengan sebutan “kitab kuning” atau kitab-kitab salaf.
Para Ulama Pesantren dan Karya-karyanya
• Hamzah Fansuri, seorang tokoh sufi terkemuka yang berasal dari Pansur Sumatra Utara. Karyanya
yangterkenal adalah Asrarul ‘Arifin fi Bayan ila Suluk wa al-Tauhid yang berisikan tentang sifat dan inti
ilmu kalam menurut ideologi Islam. Pemikiran tasawufnya dipengaruhi oleh paham wahdat al-wujud Ibn
‘Arabi dan al-Hallaj. Pahamnya ini di Aceh dikenal dengan wujudiyah atau martabat tujuh.
• Syaikh Syamsudin al-Sumatrani, mengarang buku Mir’atul Mu’minin yang berisi tanya jawab tentang
ilmu kalam, dan juga beberapa buku lainnya. Ia adalah pemuka tasawuf yang sealiran dengan Hamzah
Fansuri.
• Nuruddin al-Raniri, ulama aceg yang banyak menulis buku yang merupakan keturunan Arab Quraisy
Hadramaut yang berasal dari India. Dikenal sebagai orang yang sangat giat membela ajaran Aswaja.
Karyanya berjumlah 29 buah yang meliputi berbagai cabang ilmu pengetahuan, ilmu fiqh, akidah,
sejarah, tasawuf dan sekte agama. Diantaranya, al-Shirath, al-Mustaqim yang berisikan tentang hukum.
• Abdurrauf Singkel, ulama yang berasal dari kerajaan Aceh yang menalami ilmu penegtahuan Islam di
Makkah dan Madinah. Ia menghidupkan kembali tasawuf yang sebelumnya dikembangkan oleh Hamzah
Funsuri melalui tarekat Syattariyah. Paham wujiditag tersebar di Jawa juga melalui penyebaran tarekat
Syattariyah. Karnyanya mencakup kitab-kitab suluk jawa.
• Syaikh Yusuf al-Makassari, ulama dari Sulawesi yang juga memiliki karya tulis yang menyebar di
Indonesia. Dan kebanyakan karyanya dibidang tasawuf dan sekarang masih dalam bentuk naskah yang
belum diterbitkan. Ia banyak berjasa dalam perlawanan terhdap Belanda di Makasar dan Banten.
• KH.Hasyim Asy’ari, terkenal sebaai seorang ulama pendiri pesantren di Tebuireng Jombang dan pendiri
NU. Ia juga memiliki beberapa karya tulis diantaranya Ad-Dararul Muntasyirah fi Mas’alati Tis’a Asyrah,
Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah, dll.
Karya-karya Kntemporer Ulama Pesantren
Berkembangnya tradisi intelektual pesantren seiring berjalannya waktu mengikuti
jaman. Para ulama pesantren melalui karya-karyanya menulis tradisi keilmuan yang
dikembangkan oleh para ulama terdahulu. Para ulama pesantren saat ini juga menulis
karya kontemporer sesuai dengan minat dan bidangnya. Kajian agama tentu menjadi
karya utama, tetapi ada juga yang meminati kajian lain seperti sastra budaya dan
lainnya.
Gus Dur, tokoh intelektual pesantren mantan presiden RI ke-4 yang menjadi kolumis
dan menulis beberapa buku diantaranya: Tuhan Tidak Perlu Dibela, Muslim Ditengah
Pergumulan, Islamku Islam Anda Islam Kita dan lain-lain.
Disamping itu beberapa tokoh ulama intelektual yang memiliki kredibilitas keilmuan
yang diakui secara luas, seperti KH.MA. Sahal Mahfudh yang menulis kitab dan buku
seperti Ghayatu al-Wushul (ushul fiqh), Nuansa Pesantren, Nuansa Fiqh Sosial, dll.
Demikian pula KH. Mustofa Bistri (Gus Mus) kiai seniman dan budayawan yang
menulis beberapa karya keagamaan cerpen dan puisi seperti Lukisan Kaligrafi
(Kumpulan cerpen), Membuka Pintu Langit (esai), Ohoi (kumpulan puisi), dll.
Kiai Said Aqil Siroj juga menulis beberapa karya dalam bidang keagamaan seperti, Fiqh
Demokrasi Kaum Santri, Dialog Tasawuf, Ahlussunnah wal Jama’ah, dll.

Anda mungkin juga menyukai