0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
41 tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang peran penting pesantren dan ulama pesantren dalam sejarah perkembangan NU dan bangsa Indonesia. Pesantren memiliki peran yang signifikan sejak masa pra-kolonial hingga masa reformasi dalam bidang pendidikan, perjuangan kemerdekaan, dan intelektualisme Islam di Indonesia. Hubungan antara NU dan pesantren sangat erat karena NU didirikan oleh ulama pesantren.
Dokumen tersebut membahas tentang peran penting pesantren dan ulama pesantren dalam sejarah perkembangan NU dan bangsa Indonesia. Pesantren memiliki peran yang signifikan sejak masa pra-kolonial hingga masa reformasi dalam bidang pendidikan, perjuangan kemerdekaan, dan intelektualisme Islam di Indonesia. Hubungan antara NU dan pesantren sangat erat karena NU didirikan oleh ulama pesantren.
Dokumen tersebut membahas tentang peran penting pesantren dan ulama pesantren dalam sejarah perkembangan NU dan bangsa Indonesia. Pesantren memiliki peran yang signifikan sejak masa pra-kolonial hingga masa reformasi dalam bidang pendidikan, perjuangan kemerdekaan, dan intelektualisme Islam di Indonesia. Hubungan antara NU dan pesantren sangat erat karena NU didirikan oleh ulama pesantren.
Peran Ulama Pesantren dalam Pengembangan NU Lahirnya NU tidak dapat dipisahkan karena peran Ulama Pesantren di Indonesia. NU lahir atas prakarsa dan dukungan Ulama Pesantren yang membentuk komunikasi sendiri karena berbagai situasi dan kondisi pada saat itu. Pembentukan NU tidak lain untuk menjadi wadah bagi usaha dan menyatukan langkah para ulama pesantren dalam rangka tugas pengabdian yang tida lagi terbatas pada soal kepesantrenan dan kegiatan ritual agama, melainkan pada kepekaan terhadap masalah sosial ekonomi maupun kemasyarakatan pada umumnya. Organisasi ini cepat berkembang karena didukung oleh pimpinan pesantren dan organisasi tarekat yang sampai saat ini masih tetap mendominasi medan dan aktifitas pendidikan dan kegiatan ibadah umat islam Indonesia. Berkembangnya pengaruh gerakan Islam modern memang mengandung respon para pimpinan NU. Mereka mulai merumuskan pembaharuan diibeberapa pesantren untuk mengembangkan madrasah termasuk membuka kesmpatan untuk murid wanita, juga mulai mengajarkan pelajaran umum. Sedangkan dalam bidang organisasi, aktivitas NU cukup menonjol. Sejak berdirinya sampai 1940, NU menyelenggarakan kongres setiap tahun. Pada awal pendudukan jepang, seluruh organisasi Islam kecuai MIAI dibubarkan, MIAI dimanfaatkan jepang sebagai alat propagandannya. Untuk melemahkan jepang KH. Wahid Hadyim mengubah MIAI menjadi Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Yang kemudian menerbitkan majalah Suara Muslimin Indonesia secara hati-hatiuntuk menyadarkan tentang persamaan kolinialisme jepang dan belanda. Keberadaan KH. Wahid Hasyim sebagai pimpinan Masyumi menjadikan dirinya sebagai orang kuat yang mendudukan jabatan pimpinan Kantor Urusan Agama yang dibentuk oleh Jepang, Ia juga menjadi orang penting dalam rapat kemerdekaan Indonesia. Tujuan berdirinya NU adalah memelihara, mengembangkan, melestarikan dan mengamalkan ajaran Islam Aswaha tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, perdagangan dan sebagainya dalam rangka mengabdi kepada bangsa, negara dan umar manusia. Selain itu karena dorongan untuk merdeka. Keberadaan Pesantren dalam Organisasi NU Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan Ilmu keIslaman yang dipimpin oleh Kiai sebagai pengasuh pemilik dan dibantu oleh ustadz atau guru melalui metode dan teknik yang khas. NU dan Pesantren bagaikan dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan. Karena yang mendirikan NU adalah para Ulama Pesantren. Mereka memiliki kesamaan wawasan, pandangan, sikap, perilaku dan tata cara pemahaman serta pengamalan ajaraan Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah. Hubungan antara NU dan Pesantren dapat dilihat dari beberapa hal berikut: 1.Kesamaan tujuan melestarikan ajaran Islam Aswaja yang menjadi materi pokok ajaran agama di Pesantren 2.NU didirikan sebagai wadah bagi usaha mempersatukan langkah para ulama pondok pesantren dalam pengembangan tugas pengabdian masyarakat, baik bidang agama, pendidikan, ekonomi maupun persoalan lainya. 3.Pola kepemimpinan dalam NU sama dengan pola kepemimpinan memiliki kedudukan sangat menentukan, maka dalam NU dikenal Pengurus Syuriyah yang terdiri dari para ulama selaku pimpinan tertinggi. 4.Pengaruh yang dimiliki oleh para kiai pengasuh Pesntren dilingkungan masyarakat juga menjadi kekuatan pendukung bagi NU. “Santri” menjadi salah satu pilar penyangga kekuatan NU, bahkan menjadi salah satu ciri khas yang membedakannya dengan organisasi Islam lainnya. Peran Pesantren dalam Sejarah Perkembangan Bangsa Indonesia • Masa Pra Kolonial, pesantren di Nusantara hampir bersamaan dengan datangnya Islam. Karena peran pesantren dalam membangun negeri ini sebenarnya sama dengan peran Islam itu sendiri. Pada masa ini, kita mengenal pesantren Giri di Gresik bersama institusi sejenis di Samudra Pasai yang menjadi pusat penyebarann KeIslaman dan peradaban ke berbagai wilayah Nusantara. Pesantren Ampel Denta menjadi tempat para wali menempa diri yang diantaranya dari mereka disebut Walisongo. Peran Pesantren lainnya yaitu sebagai sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan membebaskan manusia dari keterbelakanagan dan mencerdaskan bangsa. Dengan kata lain pesantren merupakan lembaga pendidikan Indonesai pertama yang mampu membuka isolasi kultural dengan dunia luar secara luas • Masa Kolonial, penyebaran Islam sejak masuknya ke Indonesia merupakan kepentingan tinggi bagi kaum muslimin dan pendidikan Islam masih menjdi salah satu peran pokok dari Pesantren. Pada masa penjajahan belanda banyak tokoh pesantren yang menjadi tokoh perjuangan bangsa Indonesia yang ikut serta melawan penjajah. Pengaruh kiai dari pesantren tidak hanya terbatas pada masyarakat awam saja, tapi juga menjangkau istana-istana. Awal abad ke-20 Kiai Kholil merstui KH. Hasyim Asy’ari membentuk NU, untuk menjadi organisasi massa Islam di Indonesia. Dan masa ini adalah periode kebangkitan intelektual di wilayah yang kemudian disebut Nusantara. Berdiri Syarekat Islam yang dimotori oleh H. Samanhudi dan HOS. Cokroaminoto yang merupakan orang pesantren, dan banyak berdiri pula pesantren pada periode ini. Pesantren tersebut lahir dan berkembang sebagi respon atas hegemoni kolonial belanda yang tidak memberi kesmpatan masyarakat untuk mendapatkan hak-hak dasarnya, terutama dalam pendidikan. •Masa Kemerdekaan, ketika mempertahankan kemerdekaa, sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat sebuah periwatiwa dahsyat di Surabaya pada tanggal 10 November 1945, yang pada sekarang ini diperingati sebagai hari pahlawan. Perjuangan Bung Tomo dan arek-arek suroboyo didukung oleh KH. Hasyim Asy’ari yang menyerukan resolusi jihad pada tanggal 22 Okrober 1945 untuk emmpertahankan setiap jengkal Tanah Air Indonesia. Keterlibatan pesantren dan santri sangat sulit dipungkiri, namun sayang dalam penulisan sejarah perjuangan mereka seperti sengaja dimarjinalkan. •Masa orde Lama, pada masa Soekarno semakin tampak sebagai seornag diktator sejak ia diangkat menjadi presiden. Dan itu sedikit banyak ada juga peran pesantren dalam proses pencitraan Soekarno yang kemudian berhasil menjadi penguasa di Indonesia. Pada masa menggalakkan ideologi yang saling bertentangan, Islamisme, Nasionalisme dan Komunisme, maka kiai-kiai NU mengambil jalan tengah mendukung konsep yang digagas oleh Soekarno , juga mendukung terhadap keputusan Presiden Soekarno untuk melakukan Dekrit Presiden sebagai cara untuk mengakhiri perdebatan di dalam Sidang Konstituante yang berlarut sampai 3,5 tahun yang mengkhawatirkan bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Menurut Soekarno, Dekrit Presiden untuk kembali ke Pancasila, UUD 1945 dan NKRI merupakan keputusan yang harus diambil untuk menghindari keterpecahbelahan kesatuan dan persatuan bangsa. Adapun pesantren yang tidak berafilasi ke NU justruh kebanyakan berada diluar lingkaran pemerintah dan tidak mau berkompromi dengan keberadaan PKI. Dan pesantren seperti inilah yang teranca, menjadi target sasaran PKI dalam menjalankan agenda politiknya. • Masa Orde Baru, diera ini pembangunan fisik digalakkan oleh Soeharto. Akan tetapi kekuatan Islam ternyata oleh Seoharto sengaja dimarginalkan, dan semakin menjadi ketika pemerintah memaksakan fusi bago partai Islam menjadi satu partai yaitu Partai persatuan Pembangunan (P3). Tokoh partai Islam kebanyakan berasal dari pesantren akhirnya kembali sehingga pesantren berusaha menempatkan dirinya pada wilayah yang netral, namun ada juga pesantren yang tumbuh sebagai indentitas keIslaman yang berbeda suara dengan Pemerintah. Pada masa ini pesantren lebih bnayak mencerminkan peran sosialnya, terutama sebagai penguat masyarakat sipil ditengah hegemoni negara yang mencengkram kuat rakyatnya, yang sengaja menyudutkan umat Islam. Tak sedikit pula pesantren yang mengakami penurunan sebab tidak diakui ijazah kepesantrenannya. Namun, hal ini justruh membuat banyak pesantren berlomba-lomba menyesuaikan diri dengan membangun madrasah yang diakui oleh pemerintah. Dan pada periode inilah tumbuh pemikir-pemikir Islam Kaliber Internasional yang berasal dari kaum santri. • Masa Reformasi, diera ini oara elit pesantren banyak yang terseret arus untuk terjun dalam percaturan politik. Akibatnya, banyak pesantren yang secara akademin “terlupakan” oleh kiainya sendiri sebab disibukkan oleh kegiatan politik. Tetapi pada masa ini pula alam reformasi telah memunculkan sejumlah nama tokoh yang tidak lepas dari peran pendidikan pesantren baik langsung, maupun tidak langsung. Seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pendiri PKB dan mantan Presiden RI ke-4, Amien Rais pendiri PAN dan mantan ketua MPR, dll. hal ini membuktikan bahwa besarnya kepedulian santri terhadap problem bangsa. Intelektualisme dalam Tradisi Pesantren Dalam tradisi pesantren, menuntut ilmu adalah bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Dan pesantren memiliki ciri khas dalam pengembangan tradisi intelektual dilingkungannya, sehingga menuntut ilmu bukan hanya wacana melainkan sudah tradisi. Dalam pesantren juga dikenal dengan terdisi “santri kelana” yaitu menentut ilmu yang sangat kuat dimana tidak hanya menuntut ilmu disatu pesantren, melainkan kebanyak tempat sebagai petualang ilmu. Pengamalan tafaquh fiddin dipesantren sudah mengakar dikalangan santri dan kiai, karena itu tradisi intelektualisme dipesantren juga telah membuahkan hasil yang sangat mengagumkan. Yaitu dengan karya para ulama pesantren ayng berbentuk kitab. Dan tidak sedikit dikalangan pesantren muncul kiai-kiai yang memiliki karya dalam bentuk kitab yang hingga sekarang masih tetap dikaji diberbagai lembaga pendidikan Islam sebagai warisan budaya intelektual yang membanggakan. Kitab tersebut dikenal dengan sebutan “kitab kuning” atau kitab-kitab salaf. Para Ulama Pesantren dan Karya-karyanya • Hamzah Fansuri, seorang tokoh sufi terkemuka yang berasal dari Pansur Sumatra Utara. Karyanya yangterkenal adalah Asrarul ‘Arifin fi Bayan ila Suluk wa al-Tauhid yang berisikan tentang sifat dan inti ilmu kalam menurut ideologi Islam. Pemikiran tasawufnya dipengaruhi oleh paham wahdat al-wujud Ibn ‘Arabi dan al-Hallaj. Pahamnya ini di Aceh dikenal dengan wujudiyah atau martabat tujuh. • Syaikh Syamsudin al-Sumatrani, mengarang buku Mir’atul Mu’minin yang berisi tanya jawab tentang ilmu kalam, dan juga beberapa buku lainnya. Ia adalah pemuka tasawuf yang sealiran dengan Hamzah Fansuri. • Nuruddin al-Raniri, ulama aceg yang banyak menulis buku yang merupakan keturunan Arab Quraisy Hadramaut yang berasal dari India. Dikenal sebagai orang yang sangat giat membela ajaran Aswaja. Karyanya berjumlah 29 buah yang meliputi berbagai cabang ilmu pengetahuan, ilmu fiqh, akidah, sejarah, tasawuf dan sekte agama. Diantaranya, al-Shirath, al-Mustaqim yang berisikan tentang hukum. • Abdurrauf Singkel, ulama yang berasal dari kerajaan Aceh yang menalami ilmu penegtahuan Islam di Makkah dan Madinah. Ia menghidupkan kembali tasawuf yang sebelumnya dikembangkan oleh Hamzah Funsuri melalui tarekat Syattariyah. Paham wujiditag tersebar di Jawa juga melalui penyebaran tarekat Syattariyah. Karnyanya mencakup kitab-kitab suluk jawa. • Syaikh Yusuf al-Makassari, ulama dari Sulawesi yang juga memiliki karya tulis yang menyebar di Indonesia. Dan kebanyakan karyanya dibidang tasawuf dan sekarang masih dalam bentuk naskah yang belum diterbitkan. Ia banyak berjasa dalam perlawanan terhdap Belanda di Makasar dan Banten. • KH.Hasyim Asy’ari, terkenal sebaai seorang ulama pendiri pesantren di Tebuireng Jombang dan pendiri NU. Ia juga memiliki beberapa karya tulis diantaranya Ad-Dararul Muntasyirah fi Mas’alati Tis’a Asyrah, Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah, dll. Karya-karya Kntemporer Ulama Pesantren Berkembangnya tradisi intelektual pesantren seiring berjalannya waktu mengikuti jaman. Para ulama pesantren melalui karya-karyanya menulis tradisi keilmuan yang dikembangkan oleh para ulama terdahulu. Para ulama pesantren saat ini juga menulis karya kontemporer sesuai dengan minat dan bidangnya. Kajian agama tentu menjadi karya utama, tetapi ada juga yang meminati kajian lain seperti sastra budaya dan lainnya. Gus Dur, tokoh intelektual pesantren mantan presiden RI ke-4 yang menjadi kolumis dan menulis beberapa buku diantaranya: Tuhan Tidak Perlu Dibela, Muslim Ditengah Pergumulan, Islamku Islam Anda Islam Kita dan lain-lain. Disamping itu beberapa tokoh ulama intelektual yang memiliki kredibilitas keilmuan yang diakui secara luas, seperti KH.MA. Sahal Mahfudh yang menulis kitab dan buku seperti Ghayatu al-Wushul (ushul fiqh), Nuansa Pesantren, Nuansa Fiqh Sosial, dll. Demikian pula KH. Mustofa Bistri (Gus Mus) kiai seniman dan budayawan yang menulis beberapa karya keagamaan cerpen dan puisi seperti Lukisan Kaligrafi (Kumpulan cerpen), Membuka Pintu Langit (esai), Ohoi (kumpulan puisi), dll. Kiai Said Aqil Siroj juga menulis beberapa karya dalam bidang keagamaan seperti, Fiqh Demokrasi Kaum Santri, Dialog Tasawuf, Ahlussunnah wal Jama’ah, dll.