Anda di halaman 1dari 16

SISTEM

BERMADZHAB
OLEH:
 M.NAF’AN GHOFUR KHABAIB
 M.ALFAN
I. SISTEM BERMADZHAB DALAM NU

• A. Pengertian Madzhab
• Madzhab menurut bahasa berarti jalan, aliran, pendapat atau paham,
sedangkan menuruti stilah madzhab adalah metode dan hukum-hukum tentang
berbagai macam masalah yang telah dilakukan, diyakini dan dirumuskan oleh imam
mujtahid.
• KH Zainudin Dimyati mendefinisikan madzhab sebagai berikut:
‫ا لمدهب هو اال حكام في المسا ئل التي دهب واعتقد واختارها االمام المجتهد‬
• “Madzhab adalah hukum dalam berbagai masalah yang diambil, diyakini dan dipilih oleh
para imam mujtahid.”(Al-Idza’ah al-Muhimmah,hal.18).
• Jadi, bermadzhab adalah mengikuti jalan berpikir salah seorang mujtahid
dalam mengeluarkan hukum dari sumber Al-Qur’an dan hadits.
HUKUM BERMADZHAB DALAM ISLAM

Madzhab tidak terbentuk dari hukum yang telah jelas(qath’i) dan


disepakati para ulama. Misalnya bahwa shalat itu wajib,zina itu
haram dan semacamnya.
Madzhab itu ada dan terbentuk karena terdapat beberapa
persoalan yang masih menjadi perselisihan dikalangan para
ulama. Kemudian hasil pendapat ulama itu disebarluaskan serta
diamalkan oleh para pengikutnya.
B. Dasar Hukum Bermadzhab
• 1. Al-Qur’an
• Dalam Al-Qur’an ada petunjuk yang menjadi dasar perintah kewajiban mengikuti
madzhab, yakni perintah Allah, agar kita mentaati Allah dan Rasul-Nya serta Ulil Amri. Kata
“Ulil Amri” adalah orang yang memimpin atau memerintah, dan termasuk di dalamnya
para ulama (ahli Ilmu)
• 2. Al-Hadits.
• Disebut dalam banyak hadits agar kita mengikuti golongan paham yang paling besar
dari umat Islam
• 3. Ijma’
• Ijma’ adalah kesepakatan pendapat para ahli mujtahid pada suatu zaman sepeninggal
Rasulullah mengenai suatu ketentuan hukum syariah.
C. Sistem Bermadzhab
• Dalam pandangan Ahlussunah wal jama’ah ada empat madzhab yang
dianggap mu’tabar yang dikenal dengan “Al Madzaahibul Arba’ah”. Empat
madzhab, ini adalah madzhab yang dianut mayoritas umat Islam dunia, yang
secara tegas membela dan mengamalkan sunnah Nabi Muhammad SAW
• Ada tiga kelompok dengan pandangan masing-masing terhadap madzhab, yaitu :
• 1. Kelompok yang berkeyakinan bahwa bermadzhab merupakan satu-satunya cara yang
menjamin untuk memahami dan men jalankan ajaran atau hukum dari Al-Qur’an dan
hadits.
• 2. Kelompok yang secara serius menghapus madzhab-madzhab dan sistem bermadzhab
serta mengajak langsung memahami Al-Qur’an dan hadits.
• 3. Para ulama nahdlatul ulama telah berhalaqoh di ponpes Denanyar Jombang untuk
merumuskan pokok-pokok pendirinya mengenai madzhab dan bagaimana bermadzhab itu.
Adapun hasil keputusannya adalah sebagai berikut :

• a.Sistem bermadzhab adalah cara yang terbaik untuk memahami dan mengamalkan ajaran atau hukum
Islam dari Qur’an dan hadits.
• b.Madzhab adalah :
• 1.Manhaj
• (metode) yang digunakan oleh seorang Mujtahid dalam menggali (Istimbath) ajaran / hukum Islam dari
Al-Qur’an dan hadits.
• 2.Aqwal
• (ajaran/hukum) adalah hasil istimbathdari seorang mujtahid.
• c. Bermadzhab adalah mengikuti suatu madzhab, dengan cara :
• 1. Bagi orang awam bermadzhab secara “qauli”
• 2. Bagi orang yang punya perangkat keilmuan tetapi belum mencapai tingkat mujtahid mutlak
mustaqil, bermadzhab secara manhaji
• d. Bermadzhab manhajidilakukan dengan istimbath jama’ dalam hal-hal yang tidak ditemukan “aqwal
nya” (ajaran/hukum) dalam empat madzhab oleh para ahlinya. e. Bermadzhab secara
“manhaji” maupun “qauli” hanya dilakukan dalam lingkup madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I
dan Hambali.
II. TAQLID
• A. Arti Taqlid
• Taqlid adalah mengikuti pendapat seorang mujtahid yang diyakini pendapat dan
pemikirannya,
• karena pendapat cemerlang tersebut bersumber dan sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits.
• B. Hukum Taqlid
Berlaku taqlid dibenarkan oleh agama Islam sebagaimana firman Allah SWT yang artinya
“maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui
dalil-dalilnya”.
• C. Taqlid Dalam perspektif NU
• Taqlid bagi NU dengan pengertian yang telah didefinisikan di atas dan ditulis dalam berbagai
kitab-kitab Syafi’iyah adalah mengambil atau mengamalkan pendapat orang lain tanpa
mengetahui dalil-dalilnya Taqlid dalam perspektif NU adalah merupakan pengamalan ajaran
agama Islam dengan cara mengikuti beberapa pendapat ulama (syafi’iyah) yang proses
pembelajarannya melalui silsilah sanadyang langsung berturut-turut sampai kepada penulisnya
bahkan sampai kepada imam Syafi’i
III. ITTIBA’ TARJIH DAN TALFIQ
• A. ITTIBA’
• Ittiba’adalah orang yang mengikuti pendapat mujtahid dengan mengetahui dalil-dalilnya. Orang
demikian disebut muttabi’, yaitu orang yang tidak mampu berijtihad, tetapi mengetahui dalil-dalil para
mujtahid. Mereka disebut pula “muhaqqiqun” yaitu orang yang mampu meneliti, memeriksa dan
menyelidiki mana pendapat yang lebih kuat dan lemah.
• B. TARJIH
• Tarjih adalah menguatkan salah satu dari dua dalil atas lainnya, sehingga diketahui yang lebih kuat,
kemudian diamalkannya, dan disishkan yang lainnya atau tarjih berarti memenangkan salah satu diantara
dua dalil yang bertentangan, karena ternyata yang satu lebih kuat daripada yang lainnya. Dalam tarjih, ada
dua istilah yang perlu diketahui :
• a. Yang lebih kuat disebut “rajih”
• b. Yang lemah disebut “marjih”
• C. TALFIQ
• Talfiqadalah beramal dalam suatu masalah menurut hukum yang merupakan gabungan dari
dua madzhab atau lebih. Contohnya tentang wudlu, yaitu urusan niat dan mengusap kepala :
• a.Menurut madzhab Hanafi, niat tidak wajib dan kepala harus diusap minimal seperempatnya.
• b.Menurut madzhab Syafi’I, niat wajib dan kepala harus diusap sebagian kecil.
• c.Menurut madzhab Maliki, niat wajib, dan kepala harus diusap seluruhnya.
• d.Menurut madzhab Hambali, niat wajib dan kepala harus diusap seluruhnya
IV. PRINSIP-PRINSIP AJARAN MADZHAB
DALAM NU
• A. Ajaran Ahlus Sunnah Wal jama’ah di Bidang Aqidah
• Golongan ahlussunah wal jama’ah dalam bidang akidah mengikuti rumusan imam Al-Asya’ari yang meliputi
enam perkara yang lebih dikenal degan rukun iman.Beberapa contoh rumusan akidah Ahlus sunnah wal jama’ah
adalah sebagai berikut :
• 1. Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna,
• 2. Ahli kubur dapat memperoleh manfaat atas amal sholeh yang dihadiahkan orang mukmin yang masih hidup
kepadanya seperti bacaan Al-Qur’an, dzikir, dan lain-lain.
• 3. Orang mukmin yang berdosa dan mati, nasibnya diakhirat terserah Allah, apakah akan diampuni atau mendapat
siksa dahulu neraka yang bersifat tidak kekal.
• 4. Rezeki, jodoh, ajal, semuanya telah ditetapkan pada zaman azali. Perbuatan manusia telah ditakdirkan
oleh Allah, tetapi manusia wajib berikhtiar untuk memilih amalnya yang baik.
• 5. Surga dan neraka serta penduduknya akan kekal selama-lamanya
B. Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Bidang
Syari’ah
• Dalam bidang syari’ah (fiqih) kaum Ahlus sunnah Wal jama’ah
berpedoman pada empat
• madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali). Hal-hal yang perlu
diketahui adalah :
• 1. Membaca sholawat berarti menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.
• 2. Menyentuh dan membawa Al-Qur’an harus suci dari hadats kecil dan
besar.
• 3. Membaca tahlil, sholawat, surat yasin disunnahkan.
• 4. Membaca do’a qunut pada sholat shubuh disunnahkan.
• 5. Membaca Al-Qur’an di kuburan dibolehkan dan disunnahkan.
• 6. Sholat fardlu yang tertinggal atau lupa tidak dikerjakan wajib diqadla.
• 7. Ziarah kubur hukumnya sunnah bila bertujuan untuk mengambil
pelajaran dan mengingat
• akhirat dan untuk mendo’akan orang Islam, dan lain-lain
C. Ajaran Ahlussunnah Wal jama’ah di Bidang
Akhlaq
• Menurut imam Junaidim ada tiga tingkat dasar dalam menempuh
tarekat :
• 1.Takhali, yaitu mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela baik lahir
maupun batin.
• 2.Tahali, yaitu mengisi diri dan membiasakan diri dengan sifat-sifat
terpuji.
• 3.Tajalli, yaitu mengamalkan sesuatu yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
D. Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Bidang Sosial
Kemasyarakatan dan Politik

• 1. Masalah Khilafiyah
• Allah berfirman yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman Taatlah kamu
sekalian kepada Allah dan kepada Rasul-nya dan ulil Amri dari kamu sekalian”
(Qs. An-Nisa’ : 59) Yang dimaksud ulil amriadalah khalifah penguasa yang
kepemimpinannya wajib diikuti oleh rakyatnya, kewajiban mentaati disini
dengan syarat pemerintahan harus dijalankan atas dasar prinsip kebenaran
dan berlaku adil.
• 2. Masalah Persaudaraan dan Perbedaan Pendapat
• Pendirian Ahlussunnah Wal jama’ah bahwa semua muslim adalah bersaudara
dan jika, terjadi perbedaan pendapat (perselisihan) diusahakan “islah”
(berdamai),
• 3. Masalah Dosa

Anda mungkin juga menyukai