Anda di halaman 1dari 39

MIKOLOGI

dr. Viko Duvadilan Wibowo, M.Biomed.

STIFI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG


Mikologi adalah telaah
mengenai protista
eukariotik non-
fotosintetik (disebut
fungi)
Fungi (jamur atau
cendawan) memerlukan
senyawa organik untuk
nutrisinya
SAPROFI
T • Hidup pada benda organik mati
• Menghancurkan sisa tumbuhan dan hewan
mati menguraikan menjadi zat kimia
sederhana  menyuburkan tanah
• Merugikan jika membusukkan kayu, tekstil,
dan makanan

• Menyebabkan penyakit pada manusia


dan hewan
• Primary patogen atau oportunistik
patogen
PATOGEN
Fungi Saprofit berguna untuk industri:
• Pembuatan bir, anggur
• Pengolahan keju
• Produksi antibiotik penisilin dan sefalosporin
• Ergot alkaloid (ergotamin, ergometrin)
• Obat-obatan: statin, siklosporin, antifungal,
vitamin, steroid
SEL KHAMIR VS
KAPANG
• Sel khamir memiliki
Sel Khamir beragam ukuran lebarnya 1-
5 μm dan panjangnya 5-30
μm
• Berukuran lebih besar dari
bakteri tetapi ukuran sel
khamir terkecil tidak lebih
besar dari bakteri terbesar
• Hidup di jaringan dan pasti
bersifat patogen
• Berbentuk telur atau seperti
bola
• Tanpa alat gerak`
• Kapang terdiri atas dua bagian Kapang
• Miselium dan spora
• Miselium adalah kumpulan
beberapa filamen bernama hifa
• Hifa memiliki lebar 5-10 μm
dibandingkan bakteri 1 μm

• Miselium vegatatif (menembus ke dalam medium untuk


mendapatkan zat makanan)
• Miselium reproduktif membentuk sporan dan meluas ke
udara dari medium
TIPE HIFA

• Kapang terdiri atas dua bagian


• Miselium dan spora
• Miselium adalah kumpulan beberapa
filamen bernama hifa
• Hifa memiliki lebar 5-10 μm dibandingkan
bakteri 1 μm
PERKEMBANGBIAKKAN KAPANG

• Peleburan nukleus kedua induk

Seksual
• Lebih jarang dan hasil lebih sedikit

• Pembelahan

Aseksual
• Penguncupan
• Pembentukan spora
SPORA
ASEKSUAL SPORA
• Konidiospora atau konidium SEKSUAL
• Askospora
• Sporangiospora
• Zigospora
• Oospora
• Oidium atau artrospora
• Klamidospora
• Blastospora
PEMBAGIAN MORFOLOGI FUNGI
BERDASARKAN GERMINAL
SPORA
• Uniseluler • Talus; tubelike projection
• Bentuk bulat dan oval atau filamen multiseluler
• Ukuran 2-60 μm bentuk panjang silinder
• Reproduksi aseksual diameter 2-10 μm bernama
dengan budding hifa
(blastoconidia formation), • Hifa tumbuh menjalin
beberapa dengan binnary menjadi miselium
fission (khas pada parasitic • Hifa vegetatif masuk ke
form dari Penicillium dalam substrat
marneffei) • Hifa reproduktif tumbuh
• Reproduksi seksual dengan keluar substrat
askospora dan basidiospora
• Beberapa membentuk
pseudohifa
FUNGSI
DIMORFIK

Miselium Yeast
• Hidup di alam bebas atau • Hidup dalam
dikultur pada suhu 250C jaringan, eksudat,
• Kandida dan Malassezia furfur atau bila dikultur
mmbentuk hifa dalam jaringan pada suhu 370C
KLASIFIKASI
FUNGI
Ciri-ciri Phycomcota Ascomycota Basidiomycota Deutromycota
(Imperfecti)
Miselium Aseptat / Septat Septat Septat
Senositik
Aseksual Sporangiospora Konidia Konidia Konidia
terkadang
konidia
Seksual Zigospora, Askospora Basidiospora Tidak diketahui
oospora
Habitat Air, tanah, hewan Tanah, tumbuhan, Tanah, tumbuhan Tanah, tumbuhan,
hewan hewan
Penyebab Patogen Piedraia hortai Cryptococcus Aspergillus sp.
oportunis Neoformans
FISIOLOGI

• Fungi dapat lebih bertahan hidup dalam keadaan alam sekitar yang
tidak menguntungkan dibanding jasad renik lain
• Dapat bertahan dalam konsentrasi gula dan keadaan yang lebih asam
dibandingkan dengan bakteri
• Khamir dapat hidup dalam keadaan aerobik dan anaerobik, sedangkan
kapang hidup dalam keadaan aerobik
• Fungi Saprofit hidup pada suhu 22-300C sedangkan patogen hidup
pada suhu 30-370C
• Hidup dengan karbon berasal dari glukosa dan beberapa menggunakan
nitrogen (maka beberapa fungi dikembangbiakkan dengan pepton)
PATOLOGI

• Infeksi terjadi akibat komponen permukaan dinding sel fungi melekat pada hospes
• Polisakarida dinding sel mengaktivasi komplemen dan menimbulkan reakasi inflamasi
• Dinding sel melepaskan antigen imunodominan yang mengaktivasi respon imun
seluler dan antibodi diagnostik
• Melanin pada dinding sel fungi dematiaceous memberikan pigmen cokelat dan
berhubungan dengan faktor virulensi
• Mengakibatkan timbulnya:
– Mitotoksikosis (misetismus, mikotoksin)  ergotism dan aflatoksin
– Hipersensitivitas  merangsang produksi imunoglobulin atau sensitized limfosit mengakibatkan
hypersensitivity pneumonitis, rhinitis, bronchial asthma
– Infeksi invasif  invasi ke jaringan menyebabkan kerusakan jaringan
MIKOSIS SUPERFISIAL

Mikosis superfisialis disebabkan


oleh jamur yang hanya menginvasi
jaringan superfisialis yang
terkeratinisasi (kulit, rambut dan
kuku) yakni epidermis dan tidak ke
jaringan yang lebih dalam
PEMBAGIAN MIKOSIS SUPERFISIAL
Dermatofitosis Non-dermatofitosis
Penjelasan Penyakit pada jaringan yang Penyakit yang disebabkan oleh
mengandung zat tanduk, jamur yang bukan golongan
misal stratum korneum pada dermatofita
epidermis, rambut, kuku yang
disebabkan oleh jamur
golongan dermatofita
Contoh Penyakit Tinea Kapitis, Tinea Kruris, Tinea Versicolor, Tinea Nigra
Tinea Korporis, Tinea Pedis, Palmaris, Piedra, Trichomycosis,
Tinea Unguium, Tinea Barbae Otomikosis
Menyerang kuku, rambut, stratum
korneum epidermis DERMATOFITOSIS
Etiologi:
Dermatofitosis termasuk kelas Fungi
imperfecti, yang terbagi dalam 3
genus,yaitu
• Microsporum, Trichophyton
dan Epidermophyton.
• Terbanyak ditemukan di Indonesia
adalah Trichophyton rubrum
• Dermatofita yang lain
adalah: Epidermophyton floccosum,
Tricophyton mentagrophytes,
Microsporum canis, Microsporum
gypseum, Tricophyton concentricum,
Tricophyton schoenleini dan
Tricophyton tonsurans
GAMBARAN KLINIS
• Golongan jamur dermatofita dapat menyebabkan kelainan yang khas
• Satu jenis dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda,
bergantung pada lokalisasi anatomi
• Bentuk-bentuk klinis tersebut adalah tinea kapitis, tinea favosa, tinea
korporis, tinea imbrikata, tinea kruris, tinea manus et pedis dan tinea
unguium (onikomikosis)
• Selain itu terdapat juga tinea barbe, dermatofitosis pada dagu
dan jenggot; tinea aksilaris pada ketiak, tinea fasialis pada wajah dan
tinea inkognito yang berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak
khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat
DIAGNOSIS
• Pada sediaan kulit dan kuku dengan 1 tetes larutan KOH 20 % yang
terlihat adalah hifa sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat dan
bercabang, atau spora berderet (artospora) pada kelainan kulit lama
dan/atau sudah diobati.
• Pada sediaan rambut dengan 1 tetes larutan KOH 10 % yang terlihat
adalah spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora).
• Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut
(endotriks).
• Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada sediaan rambut
TINEA KAPITIS

• Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada


daerah kepala berambut yang disebabkan
oleh jamur golongan dermatofita
• Disebabkan oleh spesies dermatofita dari
genus Trichophyton dan Microsporum,
misalnya T.violaceum, T.gourvili,
T.mentagrophytes, T.tonsurans, M.audonii,
M.Canis dan M.ferrugineum
TINEA KAPITIS

Gambaran Klinis
• Grey patch ringworm
• Kerion
• Black dot ringworm
TINEA KAPITIS

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
• Gambaran klinis
• Pemeriksaan dengan lampu Wood, dan pemeriksaan mikroskopis
rambut langsung dengan KOH
• Pada pemeriksaan mikroskopis, akan terlihat spora di luar rambut
(ectotrics) atau di dalam rambut (endotrics)
TINEA FAVOSA

• Tinea favosa adalah infeksi jamur


kronis, terutama oleh T.schoenleini,
T.violaceum dan M.gypseum.
• Bentuk lain tinea kapitis, yang
ditandai oleh skutula berwarna
kekuningan dan bau seperti tikus
(mousy odor) pada kulit kepala.
• Biasanya, lesinya menjadi sikatrik
alopesia permanen.
TINEA FAVOSA

Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
mikroskopis langsung, dengan menemukan
miselium, “air bubbles” yang bentuknya tidak
teratur. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood
tampak fluoresensi hijau pudar (“dull green”).
 
TINEA KORPORIS

• Tinea korporis adalah infeksi jamur


dermatofita pada kulit tidak
berambut (glaborous skin) di daerah
muka, badan, lengan dan tungkai
• Penyebab tersering penyakit ini
adalah T. rubrum dan T.
mentagrophytes
TINEA KORPORIS
• Bentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-macam eflorosensi
kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklik. Bagian tepi
lebih aktif dengan tanda perdangan yang lebih jelas.
• Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara di tepi lesi
makin meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi
tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar
• Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak menunjukkan
tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada bagian tubuh dan
tidak jarang bersama-sama dengan tinea kruris.
• Bentuk kronik yang disebabkan oleh T.rubrum kadang-kadang terlihat bersama
dengan tinea unguium
TINEA KORPORIS
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan


• Gambaran klinis dan lokalisasinya,
• serta pemeriksaan kerokan kulit dan larutan KOH 10-20 % dengan mikroskop untuk
melihat hifa atau spora jamur.
TINEA KRURIS
• Tinea kruris adalah penyakit infeksi
jamur dermatofita di daerah lipat
paha, genitalia, dan sekitar anus,
yang dapat meluas ke bokong dan
perut bagian bawah
• Penyebab umumnya adalah
E.floccosum, kadang-kadang dapat
juga disebabkan oleh T.rubrum
• Rasa gatal di daerah lipat paha
sekitar anogenital
TINEA KORPORIS
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas dan ditemukannya elemen
jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopik langsung memakai larutan
KOH 10-20 %.
TINEA
MANUS ET
PEDIS

• Tinea manus et pedis merupakan


penyakit yang disebabkan oleh
infeksi jamur dermatofita di daerah
kulit telapak tangan dan kaki,
punggung tangan dan kaki, jari-jari
tangan dan kaki, serta daerah
interdigital.
• Penyebab tersering penyakit ini
adalah T. rubrum dan T.
mentagrophytes
TINEA MANUS ET PEDIS
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan gambaran klinis dan
pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20 % yang
menunjukkan elemen jamur.
TINEA UNGUIUM (ONIKOMIKOSIS)
• Tinea unguium adalah
kelainan kuku yang
disebabkan oleh infeksi
jamur golongan dermatofita.
• Penyebab penyakit yang
sering adalah
T.mentagrophytes dan
T.rubrum.
TINEA UNGUIUM
Gambaran Klinis
Dikenal 3 bentuk gejala klinis, yaitu:
• Bentuk subungual distalis. Penyakit ini mulai dari tepi
distal atau distolateral kuku. Penyakit akan menjalar ke
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang
rapuh.
• Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita. Bentuk ini
berupa bercak keputihan di permukaan kuku yang dapat
dikerok untuk membuktikan adanya elemen jamur.
• Bentuk subungual proksimal. Pada bentuk ini, kuku bagian
distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku
kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan.
TINEA UNGUIUM
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
kerokan kuku dengan KOH 10-20 % atau dilakukan biakan untuk
menemukan elemen jamur.
PITIRIASIS VERSIKOLOR
• Pitiriasis versikolor merupakan
infeksi jamur kulit superfisial yang
umum, tidak berbahaya bagi
kesehatan alias jinak (benign)
biasanya ditandai oleh makula
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi
dan patches di dada dan punggung.
• Pada pasien dengan kecenderungan
(predisposition), keadaan penyakit
dapat berulang atau kambuh lagi.
• Penyakit infeksi jamur ini berlokasi
di stratum korneum
PITIRIASIS VERSIKOLOR
Patogenesis
• Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium
dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat,
yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada lemak di
permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis
dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat
pada organisme (Malassezia).
PITIRIASIS VERSIKOLOR
• Diagnosis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan potassium
hydroxide (KOH), yang menunjukkan gambaran hifa dengan cigar-
butt yang pendek.
• Penemuan KOH tentang spora dengan miselium pendek telah
dianggap serupa dengan gambaran spaghetti and meatballs atau
bacon and eggs sebagai tanda khas panu

Anda mungkin juga menyukai