Anda di halaman 1dari 7

Pemotongan dan

Pemungutan PPh 21

Nama Kelompok :
1. Muhammad Ainul Yakin (2019017045)
2. Finda Meiningtiyas (2019017053)
3. Laudiya Agnes Sikteubun (2019017070)
4. Paulina Aprilita Banul (2019017071)
Hitungan 9 diterapkan pada penerima uang pensiun, uang
manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua
sekaligus. PPh bersifat final.


Jenis Penghasilan Jumlah Penghasilan PPh Pasal 21
Uang pesangon diterima • Uang pesangon kurang dari 0% x penghasilan bruto
sekaligus Rp50.000.000
• Uang pesangon di atas 5% x penghasilan bruto
Rp50.000.000 s.d
Rp100.000.000
• Uang pesangon di atas 15% x penghasilan bruto
Rp100.000.000 s.d
Rp500.000.000
• Uang pesangon di atas 25% x penghasilan bruto
Rp500.000.000

Uang manfaat pensiun, • Uang manfaat pensiun, 0% x penghasilan bruto


tunjangan hari tua atau jaminan tunjangan hari tua atau
hari tua sekaligus jaminan hari tua s.d.
Rp50.000.000
• Uang manfaat pensiun, 5% x penghasilan bruto
tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua di atas
Rp50.000.000
Contoh 9.1 Uang pesangon diterima sekaligus

Pada Juli 2016, PT Palagan membayar uang pesangon kepada pegawai yang telah


purna tugas sebagai berikut.

1. Tuan Bagus (menikah tanpa tanggungan) sebesar Rp45.000.000

2. Tuan Azis (menikah dengan 2 tanggungan) sebesar Rp176.000.000

PPh Pasal 21 atas uang pesangon Tuan Bagus :

0% x Rp45.000.000 = Rp 0 (NIHIL)

PPh Pasal 21 atas uang pesangon Tuan Azis :

0% x Rp50.000.000 Rp 0

5% x Rp50.000.000 Rp 2.500.000

15% x Rp50.000.000 Rp11.400.000

Rp13.900.000
Contoh 9.2 Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua
diterima sekaligus

Pada Agustus 2016, Nyonya Anindita menerima uang manfaat pensiun sebesar
Rp176.000.000 
PPh Pasal 21 adalah :

0% x Rp 50.000.000 Rp 0

5% x Rp126.000.000 Rp6.300.000

Rp6.300.000

Ketentuan pengenaan tarif dan sifat pemungutan berlaku secara progresif selama dua
tahun kalender berturut-turut. Apabila pada tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya
dilakukan pembayaran uang pensiun, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua dan
jaminan hari tua, maka PPh Pasal 21 dihitung berdasarkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf
a UU PPh dikalikan penghasilan bruto dan tidak bersifat final.
Hitungan 10 diterapkan pada orang pribadi yang
berstatus sebagai Subjek Pajak Luar Negeri.

Beberapa ketentuan :

PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan bruto

a. PPh Pasal 26 tersebut bersifat final

b. Tarif tersebut dengan tetap memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda (P3B), dalam hal orang pribadi yang menerima penghasilan
adalah subjek pajak dalam negeri dari negara yang telah mempunyai P3B dengan
Indonesia
c. Dalam hal pegawai dengan status Wajib Pajak luar negeri memperoleh gaji sebagian atau
seluruhnya dalam mata uang asing, harus terlebih dahulu dikonversi dalam mata uang
rupiah, sebelum PPh dihitung.

d. PPh Pasal 26 yang terutang dihitung berdasarkan jumlah penghasilan bruto, dan tidak
boleh diperhitungkan pengurangan-pengurangan seperti biaya jabatan dan PTKP.
Contoh 10.1

Mr.Geoferry menerima honorarium sebesar Rp100.000.000 dari Hotel Melia


Yogyakarta. Honorarium tersebut diperoleh sehubungan jasa konsultasi yang telah
diberikannya. 
PPh Pasal 26 yang terpotong oleh Hotel Melia adalah :

20% x Rp100.000.000 = Rp20.000.000

Contoh 10.2

Russel Frederiksen adalah pegawai yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari. Dia
berstatus menikah dan mempunyai 2 orang anak. Dia memperoleh gaji pada bulan
Maret 2016 sebesar US$2.500 sebulan. Kurs Menteri Keuangan pada saat pemotongan
adalah Rp14.000 untuk US$1.

PPh Pasal 26 adalah:

20% x (US$2.500 x Rp14.000) = Rp7.000.000



TERIMAKASIH
SALAM

Anda mungkin juga menyukai