Anda di halaman 1dari 62

Geomorfologi

BENTUK LAHAN ASAL FLUVIAL


by : Nurany, ST.MT
Pengertian
 Satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya
dengan proses fluviatil.
 Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik
fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan
bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air
permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara
terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi ( sheet
water).
 Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas
sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan.
Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi
maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air
permukaan.
Sungai
 Sungai adalah permukaan air yang mengalir mengikuti
bentuk salurannya.

Klasifikasi lembah sungai
 Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas genetic (asal mula
pembentukan)
 Sungai Konsekuen adalah sungai yang berkembang dan
mengalir searah lereng topografi aslinya. Sungai konsekuen
sering diasosiasikan dengan kemiringan asli dan struktur
lapisan batuan yang ada dibawahnya. Selama tidak dipakai
sebagi pedoman, bahwa asal dari pembentukan sungai
konsekuen adalah didasarkan atas lereng topografinya bukan
pada kemiringan lapisan batuannya.
 Sungai Subsekuen adalah sungai yang berkembang
disepanjang suatu garis atau zona yang resisten. sungai
ini umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurus
perlapisan batuan yang resisten terhadap erosi, seperti
lapisan batupasir. Mengenal dan memahami genetika
sungai subsekuen seringkali dapat membantu dalam
penafsiran geomorfologi. Sungai Resekuen. Lobeck
(1939) mendefinisikan sungai resekuen sebagai sungai
yang mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan
batuan sama seperti tipe sungai konsekuen. Perbedaanya
adalah sungai resekuen berkembang belakangan.
 Sungai obsekuen adalah sungai yang
mengalir berlawanan arah dengan kemirigan
dip batuan atau berlawanan dengan aliran
sungai konsekuen. Sungai ini biasanya
merupakan cabang sungai subsekuen.
 Sungai Resekuen adalah sungai yang
alirannya searah dengan sungai konsekuen
tetapi terbentuknya kemudian setelah
pengangkatan. Sungai resekuen biasanya
merupakan cabang sungai subsekuen
Sungai Insekuen adalah sungai yang arah alirannya tidak teratur. sungai ini
mencari batuan yang lebih lunak untuk diterobos seperti daerah yang
berstadia tua dan mengalami erosi kuat.

Sungai Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang


terbentuk diatas permukaan bidang struktur dan dalam perkembangannya
erosi vertikal sungai memotong ke bagian bawah hingga mencapai
permukaan bidang struktur agar supaya sungai dapat mengalir ke bagian
yang lebih rendah. Dengan kata lain sungai superposed adalah sungai yang
berkembang belakangan dibandingkan pembentukan struktur batuannya.

Sungai Antecedent adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengan
keberadaan struktur batuanya dan dalam perkembangannya air sungai
mengikis hingga ke bagian struktur yang ada dibawahnya. Pengikisan ini
dapat terjadi karena erosi arah vertikal lebih intensif dibandingkan arah
lateral.
Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas bentuk lembah

 Dendritik : pola pengaliran dengan bentuk seperti


pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-
cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan.
Umumnya berkembang pada batuan yang
resistensinya seragam, batuan sedimen datar,
atau hampir datar, daerah batuan beku masif,
daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks.
Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun
biasanya pola aliran ini akan terdapat pada daerah
punggungan suatu antiklin.
 Radial, adalah pola pengaliran yang
mempunyai pola memusat atau menyebar
dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh
kemiringan lerengnya.
 Rectanguler : pola pengaliran dimana anak-
anak sungainya membentuk sudut tegak
lurus dengan sungai utamanya, umumnya
pada daerah patahan yang bersistem
(teratur).
 Trellis, adalah bentuk seperti daun dengan
anak-anak sungai sejajar. Sungai utamanya
biasanya memanjang searah dengan jurus
perlapisan batuan. Umumnya terbentuk pada
batuan sedimen berselang-seling antara yang
mempunyai resistensi rendah dan tinggi.
Anak-anak sungai akan dominan terbentuk
dari erosi pada batuan sedimen yang
mempunyai resistensi rendah.
Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas struktur
pengontrol

 Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap


mempertahankan arah aliran airnya
walaupun ada struktur geologi (batuan) yang
melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan
arusnya, sehingga mampu menembus
batuan yang merintanginya.
 Sungai Superposed, adalah sungai yang
melintang, struktur dan prosesnya dibimbing
oleh lapisan batuan yang menutupinya.
Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas sifat aliran

Sungai dapat dibedakan menjadi 3 macam tipe, yaitu :


 Sungai Permanen/Perennial :yaitu sungai yang
mengalirkan air sepanjang tahun dengan debit yang
relatif tetap. Dengan demikian antara musim
penghujan dan musim kemarau tidak terdapat
perbedaan aliran yang mencolok. Tipe sungai ini
biasanya terdapat didaerah yang beriklim basah,
daerah kutub, dan subkutub. Di Indonesia tipe
sungai ini berkembang apabila kondisi lahannya
dapat mendukung.
 Sungai Musiman/Periodik/Intermitten : yaitu sungai yang
aliran airnya tergantung pada musim. Pada musim penghujan
ada alirannya dan musim kemarau sungai kering. Berdasarkan
sumber airnya sungai intermitten dibedakan : a) Spring fed
intermitten river yaitu sungai intermitten yang sumber airnya
berasal dari air tanah dan b) Surface fed intermitten river
yaitu sungai intermitten yang sumber airnya berasal dari
curah hujan atau penciran es.
 Sungai Tidak Permanen/Ephemeral : yaitu sungai tadah hujan
yang mengalirkan airnya sesaat setelah terjadi hujan. Karena
sumber airnya berasal dari curah hujan maka pada waktu
tidak hujan sungai tersebut tidak mengalirkan air.
Aktivitas utama sungai

a. Erosi
 Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai. Erosi
yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu
 Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
 Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang
dilewatinya.
 Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya
ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada
Meander.
 Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang
dilewatinya.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :

 Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah
bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
 Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian
hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
 Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air
sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion
base level.
 Erosion base level ini dapat dibagi menjadi :
- ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut
 temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa,
dan sejenisnya.

Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran
sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan
mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan
sehingga mendekati ultimate base level.
Erosi Lateral
b. Transportasi
 Transportasi adalah terangkutnya material hasil
erosi, dengan cara terbawa dalam larutan,
melompat, menggelinding. Transportasi
mengangkut material oleh suatu tubuh air yang
dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis
yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya
gravitasi
Dalam membahas transportasi sungai dikenal
istilah :
 stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh
aliran sungai
 stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut
oleh aliran sungai.Sungai mengangkut material hasil erosinya secara
umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended
load .
 Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut
terangkut sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara,
antara lain :
 Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.
 Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
 Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar
sungai.
 Mekanisme suspended load : material-
material terangkut dengan cara melayang
dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
 Suspension : material diangkut secara
melayang dan bercampur dengan air
sehingga menyebabkan sungai menjadi
keruh.
 Solution : material terangkut, larut dalam air
dan membentuk larutan kimia.
Proses Transportasi di Sungai
c. Deposisi
 Proses sedimentasi yang terjadi ketika sungai tidak
mampu lagi mengangkut material yang dibawanya.
Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka
material yang berukuran kasar akan diendapkan
terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material
yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan
berbanding lurus dengan besarnya energi
pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran
butir material yang diendapkan semakin halus.
Bentuklahan Bentukan Asal Fluvial

Dataran aluvial
 Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat
proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga
eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan,
topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses
pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat
yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai.
 Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar
gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup
oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu
ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air
tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.
1. Dataran banjir
 Dataran banjir berupa dataran yang luas yang
berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk
oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai
tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan
lumpur.
3. Tanggul alam sungai (natural levee)
 Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai
di wilayah dataran rendah yang berperan
menahan air hasil limpasan banjir sehingga
terbentuk genangan yang dapat kembali lagi
ke sungai. Seiring dengan proses yang
berlangsung kontinyu akan terbentuk
akumulasi sedimen yang tebal sehingga
akhirnya membentuk tanggul alam.
4. Rawa belakang (backswamps)
 Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian
dari dataran banjir dimana simpanan tanah liat
menetap setelah banjir. Backswamps biasanya
terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul.
Kemudian kembali rawa-rawa yang terletak agak
jauh dari saluran sungai di dataran banjir tersebut.
Ketika air tumpah ke dataran banjir, material
terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik
dilakukan jarak yang lebih besar
 Relief : Cekung – datar
 Batuan/struktur :Berlapis, tidak kompak
 Proses :Sedimentasi
 Karakteristik :Relief cekung - datar, selalu
tergenang, proses sedimentassi.
5. Kipas aluvial
 Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar
mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran
rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan
yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang
cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu
onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya
terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya
pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah.
Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari
perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan
pembawa air yang baik.
6. Teras sungai
 teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
proses-proses yang telah terjadi di masa lalu. teras
sungaimerupakan satu morfologi yang sering dijumpai
pada sungai. Proses deposisi,proses migrasi saluran,
proses erosi sungai meander dan aliran overbank
sangat berperan dalam pembentukan dan
perkembangan dataran banjir. Faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan dan
perkembangan teras sungai adalah
perubahan base level of erosion dan perubahan iklim
 7. Gosong sungai (point bar)
 Relief : Datar – berombak
 Batuan/struktur : Berlapis, tidak kompak
 Proses :Sedimentasi
 Karakteristik : Terbentuk pada tubuh
sungai bagian hilir, bagian hulu gosong
tumpul dan bagian hilir menyudut.
8. Sungai teranyam (braided stream)
 Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki
slope hampir datar – datar, alurnya luas dan
dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang
berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi
pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk
endapan gosong tengah. Karena adanya endapan
gosong tengah yang banyak, maka alirannya
memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut
juga anastomosis( Fairbridge, 1968).
9. Sungai meander dan enteranched meander
 Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk
kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah
alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini
terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia
dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas,
aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab
adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi
karena ada batuan yang menghalangi sehingga
alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan
ke batuan yang lebih lemah.
10. Delta dan macamnya
 Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada
bagian hilir setelah masuk pada daerah base level. Pada
saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut
maka kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya,
terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan
diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap
terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan
terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan
sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai
yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
 Pembetukan delta memenuhi beberapa
syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh
sungai harus banyak ketika akan masuk laut
atau danau. Kedua, arus panjang di
sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga ,
pantai harus dangkal. Contoh bentang alam
ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali
Brantas

Anda mungkin juga menyukai