Anda di halaman 1dari 36

Diagnosis dan

Penatalaksanaan
Gangguan Psikotik
Psikosis
Psikosis ditandai oleh:
• Terganggunya realitas atau kemampuan menilai kenyataan 
Distorsi persepsi dan pikiran:
 Halusinasi
 Waham/delusi
Emosi yang tidak patut atau rentangnya sempit
Pembicaraan yang inkoheren atau irelevan
Kecurigaan berlebihan dan tak berdasar
Psikosis
Dapat terlihat abnormalitas perilaku yang berat,
seperti perilaku disorganisasi, agitasi, eksitasi, dan
inaktivitas/overaktivitas.

Dapat juga terlihat gangguan emosi, seperti apati


atau diskoneksitas antara emosi yang utarakan
dengan afek yang diobservasi (seperti ekspresi
wajah dan bahasa tubuh)
Kondisi yang Menimbulkan Psikosis
Gangguan psikiatri:
 Skizofrenia dan gangguan terkait,
Gangguan medik
 Trauma fisik, epilepsi lobus temporalis, demensia, penyakit
neurologik dan endokrin, kelainan metabolik
Gangguan penyalahgunaan zat
 Terutama amfetamin dan halusinogen
Gejala Negatif
Emosi yang mendatar
Tidak adanya motivasi dan energi
Kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas
Interaksi sosial berkurang

Sering kali gejala negatif menjadi lebih menonjol pada


fase yang lebih lanjut (kronis)
Gejala Positif

Distorsi persepsi Halusinasi

Distorsi pikiran Waham

Kesulitan dalam
Pembicaraan mempertahankan percakapan
dan/atau tetap fokus pada
terdisorganisasi suatu topik

Perilaku yang tidak biasa dan


Perilaku aneh serta kesulitan dalam
terdisorganisasi merencanakan dan
menyelesaikan aktivitas
Gejala kognitif
7

Gangguan berbahasa
Gangguan dalam bidang akademik
Sulit mempelajari hal-hal yang baru

30/06/2016
Rencana Penatalaksanaan

 Terdiri dari 2 komponen utama:


1. Intervensi farmakologik
2. Intervensi psikososial
Intervensi Farmakologik
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik

1. Memulai medikasi antipsikotik


2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik
3. Menghentikan medikasi antipsikotik
23.4 Antipsikosis
Obat Antipsikotik di Layanan Primer
Medikasi Haloperidol Klorpromazin Risperidon

Dosis Awal 1,5 – 3 mg 50 – 75 mg 1 – 3 mg


Dosis Efektif Tipikal 3 – 20 mg/hari 75 – 300 mg/hari* 2 – 8 mg
(mg)
Cara Pemberian Oral; Intramuskular (HCl Oral Oral, Intramuskular
untuk psikosis akut;
dekanoat untuk rumatan)

Efek samping bermakna

Sedasi + +++ +
Kencing tersendat + ++ +
Hipotensi ortostatik + +++ +
Efek samping +++ + + (bergantung dosis)
ekstrapiramidal**
Sindrom Neuroleptik Jarang Jarang Jarang
Maligna***
Tardive dyskinesia**** + + +
Perubahan EKG + + +
Kontraindikasi Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas, Hipersensitivitas
menurun, penyakit kesadaran menurun, terhadap risperidon
Parkinson penyakit Parkinson
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
Obat Antipsikotik Injeksi
Medikasi Haloperidol HCl Haloperidol Dekanoat Flufenazin Dekanoat

Cara Pemberian Injeksi intramuskular, Injeksi intramuskular Injeksi intramuskular


injeksi intravena
Sifat Aksi pendek (short acting) Aksi panjang (Long Aksi panjang (Long
acting)/Depot acting)/Depot
Indikasi Untuk mendapatkan efek Untuk terapi rumatan Untuk terapi rumatan
yang cepat dalam (maintenance) pada (maintenance) pada kasus
mengendalikan gejala kasus yang sulit untuk yang sulit untuk obat oral
psikotik obat oral
Tidak boleh Terapi rumatan Kondisi kedaruratan Kondisi kedaruratan
digunakan untuk
Tempat Injeksi Deltoid, gluteal, vena Gluteal Gluteal

Dosis percobaan -- 25 mg 12,5 mg

Rentang Dosis 2,5 – 10 mg 12,5 – 75 mg 6,25 – 50 mg

Interval 1 jam (kedaruratan) 4 minggu 2 – 5 minggu


Pemberian
Sediaan 5 mg/ml 50 mg/ml 25 mg/ml
. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik

Jika efek samping ekstrapiramidal (seperti


parkinsonism atau distonia) terjadi:
Turunkan dosis antipsikotik, dan
Pertimbangkan untuk mengganti ke antipsikotik
lain
Pertimbangkan pemberian antikolinergik untuk
penggunaan jangka pendek jika strategi tersebut
gagal atau efek samping ekstrapiramidal akut,
hebat, atau mengakibatkan disabilitas.
. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik

Medikasi Antikolinergik:
Triheksifenidil
dosis 4 – 12 mg per hari. Efek samping meliputi
sedasi, kebingungan/konfusi, dan gangguan memori,
terutama pada usia lanjut. Efek samping yang jarang
meliputi glaucoma sudut tertutup, miasthenia gravis,
obstruksi gastrointestinal.
. Menghentikan medikasi
antipsikotik
Untuk psikosis akut, lanjutkan terapi
antipsikotik hingga 12 bulan setelah remisi total.
Untuk psikosis kronik, pertimbangkan
penghentian tatalaksana jika orang tersebut
stabil untuk beberapa tahun,
Jika memungkinkan, KONSUL KE
SPESIALIS terkait keputusan penghentian
medikasi antipsikotik.
Penatalaksanaan Efek Samping
Obat Antipsikotik

Distonia
Parkonsonisme
Akatisia
Diskinesia Tardiva
Distonia: Gejala
Spasme otot pada bagian tubuh
 Mata terputar ke atas (krisis okulogirik)
 Kepala dan leher terputar ke satu arah (tortikolis)
 Pasien mungkin tidak dapat menelan atau berbicara dengan
jelas
 Ekstrem: punggung melengkung atau rahang terdislokasi
Distonia akut sangat menakutkan dan
menyakitkan
Distonia: Pengobatan
Obat antikolinergik:
 Oral, im, atau iv  tergantung keparahan gejala
 Ingat, pasien mungkin tidak dapat menelan
Respon:
 Iv  dalam 5 menit
 Im  sekitar 20 menit
Mungkin perlu diganti dengan antipsikotik yang
rendah risiko EPSnya
Tablet triheksifenidil 2 mg
Injeksi Difenhidramin 25 mg/ml
Parkinsonisme: Gejala
Tremor dan/atau digiditas
Bradikinesia (ekspresi wajah berkurang, datar,
suara monoton, gerakan lamban, tidak dapat
memulai gerakan)
Bradifrenia (berpikir lambat)
Keluar banyak air liur
Parkinsonisme dapat dikelirukan dengan depresi
atau gejala negatif skizofrenia
Parkinsonisme: Awitan
Beberapa hari sampai minggu setelah awal
pemberian atau setelah peningkatan dosis
antipsikotik
Parkinsonisme: Pengobatan
Beberapa pilihan (tergantung situasi):
 Mengurangi dosis antipsikotik
 Ganti ke obat antipsikotik atipikal (monoterapi)

 Pemberian antikolinergik

Obat antikolinergik
 Triheksifenidil tab 2 mg
 Mayoritas pasien tidak memerlukan antikolinergik
jangka panjang  evaluasi setiap 3 bulan
 Jangan diberikan malam hari  gejala biasanya tidak
terjadi waktu tidur
Akatisia: Gejala
Perasaan subektif yang tidak menyenangkan
mengenai kegelisahan dari dalam dirinya dan
dorongan kuat untuk bergerak
Menghentakkan kaki waktu duduk
Menggerakkan/menggoyangkan kaki,
menyilangkan dan meluruskan
Bergantian memindahkan berat badan ke kaki
kiri dan kanan
Mondar mandir
Sering dikelirukan dengan agitasi psikotik
Akatisia: Pengobatan
Mengurangi dosis antipsikotik
Penggantian ke antipsikotik atipikal
Obat yang dapat digunakan
 Propranolol 30 – 80 mg/hari (dosis terbagi)
 Klonazepam dosis rendah

 Difenhidramin

Antikolinergik tidak memberi manfaat


Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
1. Psikoedukasi
2. Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
3. Follow-up
1. Psikoedukasi:
Pesan untuk Orang dengan Psikosis

 Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;


 Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya,
pendidikan, dan pekerjaan  sejauh memungkinkan;
 Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan
pengobatan;
 Penting: minum obat secara teratur;
 Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan yang
diambil berkaitan dengan pengobatannya;
 Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat,
melakukan aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan
perawatan diri.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (1)
 Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara
atau menyakini secara jelas sesuatu yang salah.
 Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila
dirinya sakit dan kadang menjadi bersikap kasar..
 Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan
kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya
penilaian ulang.
 Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan
psikosis dalam aktivitas keluarga dan sosial lainnya.
 Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan
kritik yang terus menerus atau keras atau bersikap kasar
terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan
psikosis.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (2)
 Orang dengan psikosis sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang
sama dengan semua orang
 Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
 untuk pulih, atau
 untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja
yang penuh stres.
 Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama
keluarga atau anggota masyarakat di lingkungan yang
mendukung di luar lingkup rumah sakit.
 Perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama sebaiknya
dihindari.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas (1)

Koordinasikan intervensi dengan:


 staf kesehatan
 sejawat yang bekerja di layanan sosial
 organisasi yang bergerak di bidang disabilitas.
Fasilitasi hubungan dengan sumber-sumber di
bidang kesehatan dan sosial demi terpenuhinya
kebutuhan keluarga secara fisik, mental dan
kebutuhan di bidang kesehatan jiwa.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas (2)

 Dorong secara aktif orang dengan psikosis untuk


mencoba kembali aktivitas sosial, edukasional, dan
okupasional yang sesuai dan disarankan oleh anggota
keluarga.
 Fasilitasi keterlibatan kembali dalam aktivitas ekonomi dan sosial,
termasuk dukungan pekerjaan yang sesuai dengan konteks sosial
dan budaya.
 Orang dengan psikosis seringkali didiskriminasi, oleh karenanya
penting untuk mengatasi pandangan negatif baik internal maupun
eksternal dan bekerja untuk mencapai kemungkinan kualitas
hidup terbaik.
 Bekerjasama dengan agen-agen lokal untuk menggali
kemungkinan-kemungkinan kerja dan pendidikan, berdasarkan
kebutuhan dan tingkat keterampilan orang tersebut.
3. Follow-up (1)

Orang dengan psikosis diminta untuk datang


kontrol secara teratur.
Follow-up awal sebaiknya sesering mungkin,
bahkan setiap hari, sampai gejala akutnya mulai
berespons dengan pengobatan.
 Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol satu
kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis,
faktor-faktor yang mungkin laksana seperti ketersediaan
staf, jarak dari klinik, dll.
3. Follow-up (2)

Pelihara harapan dan optimisme yang relistis


selama terapi.
Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala, efek
samping obat dan kesetiaan terhadap pengobatan.
Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di
setiap kunjungan follow-up.
Indikasi untuk merujuk kasus

1. Kegawatdaruratan: perilaku kekerasan dan agitasi


yang tidak teratasi, efek samping yang berat
2. Resistensi pengobatan: tidak berespon adekuat
terhadap percobaan dua jenis antipsikotik dalam
dosis dan lama pemberian yang tepat
Konsultasi spesialis, jika tersedia,
dianjurkan untuk kasus:
1. Penderita wanita yang hamil atau menyusui
2. Penghentian pengobatan
3. Episode pertama
4. Jika terjadi keraguan dalam diagnosis dan
penatalaksanaan
Surat Rujukan

Dalam surat rujukan hendaknya disertakan


informasi yang cukup lengkap untuk menjamin
kesinambungan layanan:
1. Riwayat singkat penyakit/kondisi sekarang
2. Hasil pemeriksaan dan diagnosis
3. Masalah yang dihadapi
4. Penatalaksanaan yang telah dilakukan
5. Tujuan rujukan
Albert Maramis
Email :
almarams@indo.net.id

amaramis@indosat.net.id

HP : 08158959009
BB : 2A6FB7B2

Anda mungkin juga menyukai