Anda di halaman 1dari 39

TUTORIAL

SKENARIO 1
KELOMPOK 7
BLOK 20
DOSEN PEMBIMBING TUTORIAL: YUSRINIE
WASIATURRAHMAH, S.FARM., M.PHARM., APT
ANGGOTA
A. M. Della Namira Aghnina 1711111320001
Aanisah Ramadamayati 1711111320002
Aliffia Azizah Kawiadji 1711111320004
Aniqah Nor Rahmatika1711111320006
Anisa Novia Farasti 1711111320007
Anita Fitriani 1711111320008
Cita Nursyaina Tasya 1711111320010
Dewi Wulandari 1711111320011
Dinda Nur Rusyida 1711111320012
Diza Afira Hutasuhut 1711111320013
Gusti Wina Ayu Hazarisa 1711111320014
SKENARIO
Gigi Rusak Karena Lahan Gambut
Banyak kalangan ilmuwan menghubungkan kondisi kesehatan gigi dengan
kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat. Lingkungan berupa lahan
gambut menjai kambing hitam tingginya prevalensi kerusakan gigi masyarakat.
Berdasarkan data geografi wilayah provinsi Kalimantan Selatan yang sebagian
besar terdiri dari lahan gambut membuat dinas kesehatan dan instansi
pemerintah lainnya melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasikondisi
tersebut supaya tidak berakibat buruk terhadap kesehatan gigi masyarakat. 
IDENTIFIKASI DAN
KLARIFIKASI ISTILAH ASING
Lahan Gambut?
Termasuk ekosistem dari lahan basah, memiliki bahan organic, terbentuk karena
daun kering yang jatuh bertahun tahun lamanya
Tanah gambut: tanah organic sangat tinggi, ciri khas : air warna coklat kehitaman
(daun , pohon, dll)
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS
MASALAH
1. Antisipasi apa yang harus dilakukan untuk lahan gambut
-pemerintah bisa menyelenggarakan air bersih ke daerah yang masih menggunakan air gambut
- Bisa melakukan menyuluhan dan pemberian fluor kepada masyarakat
2. Apa dampak lahan gambut bagi kesehatan gigi dan mulut
-menyebabkan gigi erosi dan karies
- mulut menjadi sarang mikroorganisme
- diare
- dapat meningkatkan kekasaran pada permukaan gigi dan dapat merubah warna pada gigi
3. Apa upaya pemerintah?
- positif , pemerintahkan edukasi : pembakaran hutan
- program untuk pengelolaan lahan gambut menjadi pH netral dan menjadikan air gambut
menjadi bersih dan menghilangkan mikroor
- penyeluran air PDAM
4. Karakteristik lahan gambut
- memiliki intensitas warna yang tinggi , pH yang rendah, Asam
- mengandung zat organic yang tinggi, dan kadar besi
- warna pada air kuning kecoklatan
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS
MASALAH
5. Cara proses terbentuknya lahan gambut
-Pelapukan alam
-Dari daun-daun dan kayu-kayu dan terjadi pelapukan dan menjadi tanah, kubah
gambut (cekungan) dekat dengan laut dan terjadi sebuah genangan
6. Manfaat dari lahan gambut
-Bisa jadi tanh resapan, sumber air, cadangan air, tempat penampungan air hujan,
bisa digunakan untuk jangka panjang
-Lahan pertanian karena tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari lahan lainnya
-Tidak adanya banjir, dan mencegah pemanasan global dan iklim dunia
-Menjadi pupuk alami untuk tanaman yang tumbuh dilahn gambut
-Untuk diwilayah tropis : orangutan
7. Mekanisme lahan gambut terhadap kerusakan pada gigi
karies : pH yang rendah , konsentrasi ion meningkat merusak ikatan hidroksiapatit
enamel dan terjadi demineralisasi, kapitas dan terjadi karies
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS
MASALAH
8. pH pada lahan gambut
pH rendah : 2-5
9. Dampak gambut selain kesehatan gigi
-Diare, sakit perut dan gatal- gatal
-Terdapat bakteri e-coli
-Dengan Fe yang merusak dinding usus dan dapat bersifat iritasi, dan dapat
melepaskan karbondioksida sehingga dpt menyebabkan gangguan pernapasan
10. Bagaimana karakteristik air bersih untuk digunakan sehari-hari
-3B: tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa
11. Apakah ada cara untuk pengelolaan lahan gambut
-Untuk lahan pertanian sebagai pangan
-Bisa dilakukan penyaringan : krikil, pasir , dan arang
-penyaringan,penyerapan, dan pengendapan
PROBLEM TREE

Lahan gambut

Pengelolaan
Definisi Manfaat Karakteristik Kandungan Proses
Dampak dan
Pembentukan
Pengolahan

Kesehatan
Kes. Gilut Umum
DEFINISI LAHAN GAMBUT
• Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah yang kaya akan bahan
organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk
sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh
karenanya, lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back
swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk
• Asia Tenggara memiliki lebih dari 25 juta Ha lahan gambut dan 15 juta Ha di
antaranya berada di Indonesia. Gambut mengandung lebih dari 90% air dalam
setiap satuan volume, yang berfungsi sebagai penyimpanan air dan pasokan
air untuk daerah sekitarnya
• (Susanto dkk., 2018)
• Lahan gambut merupakan suatu ekosistem spesifik yang selalu tergenang air
(waterlogged) yang tersusun oleh sisa-sisa vegetasi yang terakumulasi dalam
waktu yang cukup lama dan membentuk tanah gambut
• Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk endapan bahan
organik, yang merupakan hasil proses akumulasi sisa-sisa tumbuhan/vegetasi
yang telah melapuk pada kondisi anaerob. Pada kondisi anaerob, tingkat
dekomposisi bahan organik berjalan lambat, sehingga terjadi penumpukan
bahan organik yang cukup tebal, sehingga terbentuk tanah gambut atau
organosol
• Secara umum dalam klasifikasi tanah, tanah gambut dikenal sebagai organosol
atau histosol
• (Sofyan R dan Sukarman, 2014; Sukarman, 2014)
MANFAAT LAHAN GAMBUT
• Kontrol iklim global
• Fungsi hidrologi (pengendali banjir dan penyedia air)
• Menjaga keanekaragaman flora dan fauna
• Fungsi pendidikan dan penelitian
• Fungsi produksi dari ekosistem lahan gambut meliputi:
- Produk hutan: kayu dan non kayu (jelutung, madu, sagu, dan rotan)
- Produk perikanan: gabus, lele, betok, sepat, dll
- Lahan budidaya: pertanian tradisional dan perkebunan
• (Susanto dkk., 2018)
KARAKTERISTIK LAHAN
GAMBUT
• Lahan gambut memiliki karakteristik yaitu:
-Intensitas warna yang tinggi (kuning atau merah kecoklatan)
-Kandungan zat organik tinggi
-Rasanya asam dengan pH yang rendah antara 2-5
• Air gambut mengandung senyawa organik terlarut yang menyebabkan air
menjadi berwarna dan bersifat asam. Senyawa organik tersebut adalah asam
humus yang terdiri dari asam humat, asam sulvat, dan humin. Asam humus
adalah senyawa organik dengan berat molekul tinggi dan berwarna coklat
sampai kehitaman
• (Nadia dkk., 2018; Kiswanto dkk., 2019)
PROSES TERBENTUKNYA
LAHAN GAMBUT
• Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang
sudah lapuk maupun belum
• Proses pembentukan gambut dimulai dari (1) adanya danau dangkal yang
secara perlahan ditumbuhi oleh tanaman air dan vegetasi lahan basah. (2)
Tanaman yang mati dan melapuk secara bertahap membentuk lapisan yang
kemudian menjadi lapisan transisi antara lapisan gambut dengan substratum
(lapisan di bawahnya) berupa tanah mineral. (3) Tanaman berikutnya tumbuh
pada bagian yang lebih tengah dari danau dangkal ini dan secara membentuk
lapisan-lapisan gambut sehingga danau tersebut menjadi penuh. Bagian
gambut yang tumbuh mengisi danau dangkal tersebut disebut dengan gambut
topogen karena proses pembentukannya disebabkan oleh topografi daerah
cekungan
• (Susanto dkk., 2018)
• Gambut yang tumbuh di atas gambut topogen dikenal dengan gambut
ombrogen, yang pembentukannya ditentukan oleh air hujan. Gambut
ombrogen lebih rendah kesuburannya dibandingkan dengan gambut topogen
karena hampir tidak ada pengkayaan mineral
• (Susanto dkk., 2018)
(SUSANTO
DKK., 2018)
• Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan menjadi:
• Gambut saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan
asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas
kandungan seratnya < 15%
• Gambut hemik (setengah matang) adalah gambut setengah lapuk, sebagian
bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarma coklat, dan bila diremas bahan
seratnya 15 – 75%
• Gambut fibrik (mentah) adalah gambut yang belum melapuk, bahan asalnya
masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila diremas > 75% seratnya masih
tersisa
• (Susanto dkk., 2018)
KANDUNGAN PADA LAHAN
GAMBUT
Organik terdiri atas senyawa-senyawa humat sekitar 10 - 20%, sebagian besar
terdiri atas senyawa-senyawa non-humat yang meliputi senyawa lignin, selulosa,
hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, dan sejumlah kecil protein.
Anorganik seperti logam besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), dan mangan (Mn)
DAMPAK LAHAN GAMBUT
PADA KESEHATAN UMUM
Apabila air tersebut dikonsumsi dalam waktu yang relatif lama. Hal ini dapat
menyebabkan keluhan kesehatan bagi masyarakat, bukan hanya efek secara
langsung tetapi juga efek secara kumulatif akibat dari kandungan yang terdapat
pada air tersebut
Berdasarkan data Puskesmas Desa Sukarame Baru periode Mei 2012 di Dusun
Pulo Gombut, diketahui bahwa penyakit kulit menduduki peringkat pertama dalam
10 penyakit terbesar yang dialami masyarakat di dusun tersebut. Hal ini dapat
dikatakan akibat penggunaan air gambut yang keruh dan kotor dan tidak
memenuhi syarat kesehatan baik fisik, kimia maupun mikrobiologis
(Suhendra DS, 2012)
Keseluruhan kesehatan akibat lahan ada yang bersifat langsung dan tidak
langsung. Dampak yang tidak langsung seperti kerusakan hati dan ginjal.
Keluhan langsung seperti: diare karena mengandung Fe dapat merusak dinding
usus dan bersifat iritan bagi saluran cerna, gatal-gatal, dan panu.
(Dewi, 2020)
ISPA

(Manalu, 2019)
DAMPAK LAHAN GAMBUT PADA
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
• Kondisi asam pada air gambut berperan terhadap proses kerusakan gigi, menggunakan air
yang bersifat asam untuk menyikat gigi dapat menurunkan kekerasan permukaan enamel gigi
• Bakteri anaerob fakultatif seperti Streptococcus dan Lactobacillus berperan penting dalam
patogenesis karies gigi terutama pada perkembangan karies. Bakteri ini memiliki sifat
asidogenik dan asidurik, sehingga pada saat terpapar air lahan gambut yang bersifat asam
bakteri ini masih tetap dapat bertahan hidup dan menghasilkan asam sampai pH 4. Asam
yang terbentuk tersebut menempel pada email sehingga menyebabkan demineralisasi akibat
peningkatan bakteri dan terjadi karies gigi, sedangkan asam laktat yang merupakan hasil
akhir metabolik dari pertumbuhan bakteri dapat mengakibatkan erosi hidroksiapatit seperti
mineral dari enamel
• Streptococcus dan Lactobacillus sp merupakan bakteri flora normal pada rongga mulut.
Bakteri tersebut dapat berubah menjadi bakteri patogen apabila terdapat factor predisposisi
salah satunya yaitu kebersihan rongga mulut, seperti menggunakan air lahan gambut untuk
berkumur
• (Nadia dkk., 2018; Febriyanti dkk., 2018)
MEKANISME KERUSAKAN
GIGI OLEH LAHAN GAMBUT
Proses demineralisasi terjadi lebih cepat akibat pH air yang asam

Penggunaan air dengan rendah fluor

Tidak terjadi remineralisasi

Karies
(Abadi dan Abral, 2020)
PENGOLAHAN
LAHAN GAMBUT
Air Gambut

Netralisasi Pembubuhan Kapur

Aerasi Pompa Udara

Flokulasi- Pembubuhan Tawas


Koagulasi

Filtrasi
Disenfeksi Pembubuhan Kaporit

Air Bersih/Air
Minum
• Netralisasi
Netralisasi adalah mengatur air gambut yang bersifat asam dengan pH < 7
dinaikkan menjadi (pH 7-8), dengan cara pembubuhan alkali. Caranya dengan
pembubuhan larutan air kapur.

• Aerasi
Aerasi yaitu proses mengontakkan air gambut dengan udara khususnya O2,
dengan tujuan mengoksidasi zat besi (Fe) dan mangan (Mn) kemudian
membentuk senyawa yang dapat diendapkan. Aerasi juga berfungsi
menghilangkan gas-gas beracun yang tidak diinginkan (H2S, CO2, dll).
• Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi berfungsi menggumpalkan kotoran sehingga mudah diendapkan dan
menetralisasi kelebihan muatan negatif partikel kotoran.
• Pengendapan (Sedimentasi)
Pengendapan bertujuan mengendapkan gumpalan yang terjadi pada proses
koagulasi-flokulasi secara gravitasi dan mengurangi beban kerja filter. 
• Penyaringan (Filtrasi)
Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan penyaringan atau
filtrasi. Filtrasi dilakukan dengan media penyaring yang terdiri dari kerikil,
arang/karbon aktif, ijuk, dan pasir
• (Kiswanto dkk., 2019)
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT
• Reklamasi

Mendrainase lahan dengan


membuat parit-parit untuk
menurunkan muka air tanah

Membuka lahan dengan


menebangi pohon serta
Dilakukan pengairan
membersihkan tumbuhan
diatasnya

Marlina S. Tata Air dan Kerentanan Lingkungan Lahan Gambut. Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Agustus 2017. 25-34.
⚫Pengelolaan Air
Pengelolaan air di lahan gambut bertujuan untuk mengatur
pemanfaatan sumber daya air secara optimal sehingga didapatkan
hasil/produktivitas lahan yang maksimal, serta sekaligus
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan tersebut.

Ismail Inu G., Trip Alihamsyah., IPG Widjaja Adhi., Suwarno., Tati herawati., Ridwan Thahir., D.E. Sianturi. 1993. Sewindu Penelitian Pertanian Di Lahan
Rawa 19851993. Proyek Penelitian Pertanian Pasang Surut dan rawa-SWAMP II. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta
.
CARA PENGELOLAAN DAN
PENGOLAHAN LAHAN GAMBUT
Mengendalikan keberadaan air tanah dilahan gambut sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang akan dibudidayakan.

Mencuci asam-asam organik dan anorganik serta senyawa lainnya yang bersifa
tracun terhadap tanaman dan memasukan (suplai) air segar untuk memberikan
Tujuan oksigen.
Pengelolaan
Memanfaatkan keberadaanair didalam saluran sebagai media budidayakan.
Air
Sebagai sekat bakar yang dapat mencegah terjadinya kebakaran dilahan gambut.

Sebagai sarana transportasi hasil panen.

Kasdi S,. H. Suwardjo Dan IP.G. WidjajaAdhi. 1994. Reklamasi Lahan Pasang Surut Bertanah Sufat Masam di Kalimantan: Tinjauan Hasil Penelitian dan Pengembangan di Lahan Petani.
In Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan Untuk Pembangunan Wilayah Kalimantan. Palangkaraya 5-6 Oktober 1993. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat.
CARA PENGELOLAAN DAN
PENGOLAHAN LAHAN GAMBUT
Sistemparit /handil ditepi sungai

Teknik Sistem saluran model garpu dilahan pasang surut (dikembangkan


Pengelolaan oleh Universitas Gajah Mada).
Air

Sistem aliran satu arah

Ismail Inu G., Trip Alihamsyah., IPG Widjaja Adhi., Suwarno., Tati herawati., Ridwan Thahir., D.E. Sianturi. 1993. Sewindu Penelitian Pertanian Di Lahan Rawa 19851993. Proyek
Penelitian Pertanian Pasang Surut dan rawa-SWAMP II. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta
1. NETRALISASI
• Untuk mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7 - 8) dengan pemberian
kapur/gamping.
• Fungsi : untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu
efektifitas proses selanjutnya
2. AERASI
• Aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat besi dan
mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara
membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan.
• Fungsi : untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas
H2S, Methan, Carbon Dioksida dan gas-gas racun lainnya.
3. KOAGULASI
• Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam
air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur halus
bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap.
• Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau
rumus kimianya Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa kristal berwarna putih).
4. PENGENDAPAN
•  Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran yang
terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit).
• Setelah kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih.
5.PENYARINGAN
• Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua.
Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap,
sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air.
• Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan.
ANTISIPASI UNTUK DAMPAK
BURUK DARI LAHAN GAMBUT
• Promosi kesehatan melalui berbagai media seperti Puskesmas dan Posyandu
dan pengajian ibu-ibu. UKGM (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat). Peningkatan
kesehatan gigi masyarakat, dapat berupa pemeriksaan gigi pada ibu-ibu dan
anak-anak yang dilaksanakan di posyandu-posyandu yang dilakukan bersama
dengan kegiatan-kegiatan rutin pemeriksaan kesehatan ibu dan anak.
• Konsumsi air menggunakan fluor
• Pengaplikasian CPP-ACP
(Adhani R, 2018; Widodo dan Hatta, 2018; Liwang dkk., 2014)
Pencegahan karies selanjutnya dapat dilakukan dengan pemberian vaksin gigi
dengan menggunakan tooth mousse. Tooth mousse merupakan agen topical yang
mengandung caseinphosphopeptide-amorphous calcium phosphate atau CPP-
ACP yang diketahui mampu mencegah demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi email gigi.
(Dewi dkk., 2020)
DAFTAR PUSTAKA
Adhani R, dkk. Karies Gigi di Masyarakat Lahan Basah. Banjarmasin; Lambung Mangkurat University Press: 2018.
Dewi RK, Firdaus IWAK, Hakim AQ. Pemberdayaan KAPORAGI dalam Mengurangi Angka Kejaidan Karies Gigi Balita di Lahan
Basah. Prosiding PKM-CSR. 2020; 3 (2): 283.
Dewi NMCK. Dampak Ekologis ODA Jepang di Indonesia dalam Mendukung Pembangunan Dunia Berkelanjutan Tahun 2012-2017.
Jurnal Hubungan Internasional. 2020; 1 (1): 132.
Febriyanti E, Putri DKT, Aspriyanto D. Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Anaerob pada Saliva Anak yang Berkumur dengan Air
Lahan Gambut dan Air PDAM. DENTINO: Jurnal Kedokteran Gigi. 2018; 2 (1): 114-116.
Kiswanto, dkk. Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih Secara Kontinyu di Desa Peunaga Cut Ujong. Jurnal Litbang Kota
Pekalongan. 2019; (17): 6-15.
Manalu A. 2019, November. Kesehatan Lingkungan dan Pola Hidup Masyarakat. In Seminar Nasional Lahan Suboptimal (No. 1, pp. 292-304).
Nadia, Widodo, Hatta I. Perbandingan Indeks Karies Berdasarkan Parameter Kimiawi Air Sungai dan Air PDAM pada Lahan Basah
Banjarmasin. DENTINO: Jurnal Kedokteran Gigi. 2018; 2 (1): 14-16.
Suhendra DS, Marsaulina I, Santi DN. Analisis Kualitas Air Gambut dan Keluhan Kesehatan pada Masyarakat di Dusun Pulo
Gombut Desa Suka Rame Baru Kecamatan Kuala Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2012. Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2012.
Sukarman. Panduan Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumber daya Lahan Pertanian; 2014. p. 2.
Susanto D, Manikasari GP, Putri M. Buku Panduan Karakteristik Lahan Gambut. Jakarta: UNESCO; 2018. p. 2-10.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai