Anda di halaman 1dari 17

Pertemuan ke-4 :

Konsep Ketuhanan
John Adler

Monday, March 8, 2021 AGAMA ISLAM 1


MENGENAL ALLAH
(Ma‘rifatullah)
Manusia sudah mengenal Allah di Alam
Ruh
‫ُور ِه ۡم ُذ ِّريَّتَه ُۡم َوأَ ۡشهَ َدهُ ۡم َعلَ ٰ ٓى‬ ِ ‫ُّك ِم ۢن بَ ِن ٓي َءا َد َم ِم ن ظُه‬ َ ‫َوإِ ۡذ أَ َخ َذ َرب‬
ْ ُ‫وا بَلَ ٰى َش ِه ۡدنَ ۚٓا أَ ن تَقُول‬
‫وا يَ ۡو َم ۡٱلقِ ٰيَ َم ِة إِنَّ ا ُكنَّ ا َع ۡن‬ ْ ُ‫ت بِ َربِّ ُكمۡۖ قَال‬
ُ ‫أَنفُ ِس ِهمۡ أَلَ ۡس‬
١٧٢ ‫ين‬ َ ‫ٰهَ َذا ٰ َغفِ ِل‬
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)“ (al-
A’raaf 172)
Jalan Mengenal Allah

• MELALUI AYAT KAUNIYAH: mengenal Allah melalui


perenungan terhadap diri dan alam sekitar.
• MELALUI AYAT QAULIYAH: mengenal Allah melalui
tadabbur terhadap kitab suci (al-Qur’an)
• MELALUI IBADAH DAN AMAL SHALIH: mengenal Allah
dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya.
ُّ ۗ ‫اق َوفِ ٓي أَنفُ ِس ِهمۡ َحتَّ ٰى يَتَبَي ََّن لَهُمۡ أَنَّهُ ۡٱل َح‬
ِ ‫ق أَ َو لَمۡ يَ ۡك‬
‫ف‬ ِ َ‫َسنُ ِري ِهمۡ َءا ٰيَتِنَا فِي ٱأۡل ٓف‬
‫ك أَنَّ ۥهُ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ۡي ٖء َش ِهي ٌد أَٓاَل‬ َ ِّ‫بِ َرب‬

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-


tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan
pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup
bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu? (Fushshilaat [41]: 53)
‫ضهُ ْم َعلَ ٰى‬ َ َ‫ب ُكلُّ إِ ٰلَ ٍه بِ َما َخل‬
ُ ‫ق َولَ َعاَل بَ ْع‬ َ َ‫ۚ إِ ًذا لَّ َذه‬ ‫ان َم َعهُ ِم ْن إِ ٰلَ ٍه‬
َ ‫َما اتَّ َخ َذ هَّللا ُ ِمن َولَ ٍد َو َما َك‬
]٢٣:٩١[ ‫ون‬ َ ُ‫صف‬ ِ َ‫ان هَّللا ِ َع َّما ي‬
َ ‫ ُس ْب َح‬ ۚ ‫ْض‬
ٍ ‫بَع‬

Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang
lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan
membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan
itu (al-Mu’minuun [23] : 91)
... Ketika Ibrahim berkata: "Tuhanku ialah yang menghidupkan
dan mematikan," Orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan
dan mematikan.“[Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari
barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah : 258)
Kewujudan Allah

• Allah itu wujud. Wujudnya tanpa awal (qadim), tanpa


akhir (baqa), dan tanpa terputus.
• Wujud-Nya dengan sendiri-Nya tanpa pertolongan pihak
lain (berdiri sendiri, qiyamuhu bi nafsihi).
• Allah bukan tubuh yang berbentuk, tidak terdiri dari
unsur-unsur. Ia tidak dibatasi oleh ukuran, tidak
dihimpun oleh wilayah, tidak dikekang oleh arah, dan
tidak dikelilingi oleh langit dan bumi
• Ia tidak berada di dalam atau di tempat, karena tempat
tidak dapat mengatasi-Nya. Allah tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu
• Allah berbeda dengan makhluknya(mukhalafatuhu lil
hawadits), tidak ada sesuatu yang setara setara dengan-
Nya.
• Ia tidak menyerupai sesuatu, dan tidak ada sesuatu yang
menyerupai-Nya, karena itu Dia Mahaesa (Wahdaniyah).
• Tidak ada seorangpun mampu membayangkan-Nya. Segala
bentuk yang tergambar dalam khayal dan pikiran
mengenai-Nya adalah ilusi belaka.
Allah Mahahidup dan Mahakaya

• Allah mahahidup, tidak pernah mati dan tidak akan


pernah mati.
• Dia tidak pernah mengantuk atau tidur, dan tidak pernah
merasa lemah atau lelah.
• Dia tidak membutuhkan apapun, Sebaliknya semua
makhluk-Nya bergantung pada-Nya. Segala sesuatu ada
dalam genggaman-Nya.
Kehendak dan Kemahakuasaan Allah

• Allah maha berkehendak (iradah). Dia mahakuasa atas


segala kehendak-Nya (qudrah)
• Semua kehendak Allah pasti terjadi sesuai dengan
kehendak-Nya, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti
tidak akan terjadi.
• Segala yang ada di jagad raya berada di bawah naungan
‘arasy-Nya, sedangkan ‘arasy-Nya tunduk kepada-Nya.
• Meski manusia, jin, dan syetan bersatu untuk
mengerakkan, menghentikan, menambah, mengurangi
sebiji atom, semua tidak akan terwujud kecuali dengan
kehendak dan kekuatan Allah.
Ilmu Allah

• Allah maha mengetahui dan senantiasa dalam keadaan


mengetahui segala sesuatu. Ilmunya sempurna meliputi
segala sesuatu.
• Ia maha mengetahui yang zahir maupun ghaib, yang kecil
maupun yang besar, yang dulu maupun yang akan
datang, yang universal maupun partikular. Tidak ada
yang tersamar dari pengetahuan Allah.
• Ilmu-Nya tidak diawali dengan ketidaktahuan, karena itu
ilmu-Nya tidak terbentuk dari proses pemikiran.
Pendengaran dan Penglihatan Allah

• Allah maha mendengar baik yang lemah maupun keras


tanpa telinga (alat pendengaran). Tidak ada sesuatu pun
luput dari pendengarannya.
• Allah maha melihat, Dia melihat tanpa mata (indra
penglihatan), Penglihatan-Nya meliputi yang jauh
maupun yang dekat. Tidak ada tabir dan kegelapan yang
dapat menghalangi pandangan Allah.
Kalam Allah

• Allah berbicara dan tidak bisu, perkataan-Nya maha


sempurna.
• Dia berkata kepada manusia: memberitahu, menyuruh,
dan melarang manusia.
• Kepada manusia Allah berfirman melalui kitab suci (al-
Qur’an dan kitab-kitab lainnya). Kepada Nabi Allah
berfirman salah satunya melalui mimpi.
• Allah berbicara tanpa alat bantu atau organ (mulut)
Perbuatan Allah

• Semua yang ada di jagad raya ini adalah ciptaan Allah,


Dia adalah pemilik tunggal dari semua ini.
• Dia bebas berbuat apapun, tanpa ada yang bisa
membatasi atau memaksa-Nya.
• Dia menciptakan segala sesuatu sendiri tanpa sekutu,
semua itu mudah bagi-Nya. Dia tidak merasa berat
(kelelahan) atau sibuk melakukan semua itu.
• Perbuatan/penciptaan-Nya tidak memerlukan alat,
persiapan, atau bantuan pihak lain. Bila Dia mengatakan
“Jadi” maka jadilah. (Kun faya kun).
• Semua yang Dia perbuat atau lakukan berada dalam
keadilan-Nya, termasuk hal yang dipandang buruk dalam
pandangan manusia. Kesulitan dan kesengsaraan hidup
seperti penyakit, bencana alam, kelaparan tidaklah
menunjukkan Dia zalim, karena hal itu dilakukan
terhadap milik-Nya sendiri.
• Meski demikian, kasih sayang-Nya jauh lebih besar
daripada murka-Nya. Di balik kesulitan dan kesengsaraan
hidup selalu ada kebaikan dan hikmah di balik-Nya.
TERIMA KASIH
Semoga sukses

Monday, March 8, 2021 17

Anda mungkin juga menyukai