Anda di halaman 1dari 72

GALENIKA

Diana Safitri, S.Si, Apt.


Kompetensi Dasar:

Menjelaskan Pengertian Dan Ruang Lingkup Sediaan Galenika

TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Memahami pengertian dan ruang lingkup sediaan
galenik
2. Mengkategorikan sediaan galenik dan memberikan
contohnya
3. Menjelaskan cara membuat sediaan galenik
MATERI POKOK:
Pengertian dan ruang lingkup sediaan galenik
Pengelompokkan sediaan galenik
Cara pembuatan sediaan galenik
Kriteria cairan penyari yang baik
Jenis cairan penyari
Cara-cara penyarian
SEJARAH DAN PENEMU
GALENIKA
Galenus (Latin: Claudius Galenus dari Pergamum (
129-200), lebih dikenal dalam bahasa Inggris
 sebagai Galen), adalah seorangdokter (atau tabib)
dari Yunani kuno. Ia memiliki pengaruh besar dalam
kedokteran Eropa.
Galen dilahirkan di Pergamum (Turki), putra dari 
Nicon, seorang arsitek kaya. Ia memiliki ketertarikan
pada bidang pertanian,arsitektur, astronomi, astrologi, 
filsafat, hingga akhirnya ia memilih untuk
berkonsentrasi pada kedokteran.
  Pada usia 20 tahun ia telah menjadi seorang tabib
pada kuilAsclepius selama 4 tahun. Setelah kematian
ayahnya pada 148 atau149, ia merantau untuk belajar
di Smyrna, Korintus, dan Alexandriaselama 12 tahun.
Ketika ia kembali ke Pergamum pada 157, ia bekerja
sebagai seorang dokter di sekolah gladiator sleama 3
sampai 4 tahun. Selama masa itu, ia banyak belajar
mengenai perawatan dan penyembuhan trauma dan 
luka. Kemudian ia mengistilahkan luka sebagai
"jendela untuk masuk ke tubuh".
Galen melakukan operasi yang berbahaya yang tidak
pernah dilakukan lagi hampir selama 2 milenium
terakhir termasukpembedahan otak dan mata. Untuk
mengoperasi katarak, ia menyelipkan sebuah alat
seperti benang ke mata hingga di belakang lensa mata.
Ia kemudian menariknya untuk mengangkat katarak.
Kesalahan sedikit dapat menyebabkan buta permanen.
Selain itu ia juga meletakkan dasar standar untuk
kedokteran modern.
PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP SEDIAAN GALENIKA
Istilah GALENIKA, diambil dari Tabib Yunani yaitu
Claudius Galenos yang membuat sediaan obat2an yg
berasal dari Tumbuhan dan Hewan

Timbul ilmu obat2an yg disebut


Ilmu Galenika
PENGERTIAN
Ilmu galenika adalah ilmu yang
mempelajari tentang pembuatan
sediaan (preparat) obat dengan cara
sederhana dan dibuat dari alam
(tumbuhan atau hewan).
Sediaan Galenik

der. kehalusan Tumbuhan Hewan

Luas permukaan kontak Disari dg pelarut yg sesuai


Antara serbuk simp. Dan
Cairan penyari menjadi besar
Larutan yang mengandung zat tersari

dipekatkan
Extr bellabonnae 85/100
Extr pule pandak 8/24
Dll.
Sediaan galenik adalah sediaan yg dibuat dr bhn baku tumb. atau
hewan dgn cara disari
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan sediaan galenik
Derajat • Semakin sukar disari, simplisia harus
kehalusan dibuat semakin halus dan sebaliknya
• Beberapa obat yang terkandung
Konsentrasi dalam sediaan tersebut harus jelas
konsentrasinya agar tidak
dan kepekatan menimbulkan kesulitan dalam
pembuatan
• Suhu dan lamanya waktu penyarian
Suhu dan harus disesuaikan dengan sifat obat,
lamanya waktu mudah menguap atau tidak, mudah
tersari atau tidak
Bahan penyari • Cara ini harus disesuaikan dengan
dan cara sifat kelarutan obat dan daya serap
penyarian bahan penyari ke dalam simplisia
Pengelompokkan sediaan
galenik
Bentuk-bentuk sediaan Galenik
1.Hasil Penyarian/ekstraksi :
extracta, tinctura, decocta,
infusa

2.Hasil penyulingan atau


pemerasan : aqua aromatika,
olea volatilia, olea pinguia

3.sirop
Cara pembuatan
sediaan galenik
Sediaan GALENIK dibuat dg cara Penyarian atau
ekstraksi
Penyarian/ekstraksi adalah: cara menyari satu atau
lebih zat-zat dari bahan asal (zat berkhasiat: alkaloida,
glikosida, flavonoid, damar, m.atsiri dll)
Cairan penyari disebut MENSTRUM
Ampas disebut MARC/FESES
Cairan yang dipisahkan disebut MASERAT LIQUID,
COLATURA, SOLUTION, PERKOLAT
TUJUAN UTAMA PENYARIAN

Mendapatkan zat-zat berkhasiat sebanyak mungkin


Penggunaan sebagai bahan baku obat tradisional lebih
mudah daripada simplisia asal
Penyimpanan dan tujuan pengobatan lebih terjamin
Cara menghilangkan zat-zat tidak berguna
agar tidak ikut tersari bersama zat berkhasiat

Menggunakan bahan pelarut yg tepat shg hanya


melarutkan zat berkhasiat saja dan zat yg tidak berguna
sedikit larut atau tidak larut dalam cairan penyari
Menyari/merendam simplisia pada suhu ttt yang dapat
melarutkan lebih banyak zat berkhasiat (mis: maserasi 15° –
25 °C, digerasi: 35°-50°C, infudasi: 90 °- 98°C)
Menggunakan jarak waktu ttt dimana diharapkan lebih
banyak zat berkhasiat yang larut sedangkan bahan yang
tidak berguna sedikit larut atau tidak larut
Memurnikan/memisahkan zat berkhasiat dg metode
pemisahan ttt baik secara fisika maupun kimia
Kriteria cairan
penyari yang baik
PENYARIAN/EKSTRAKSI/PENARIKA
N
Yaitu proses melarutkan komponen dalam
simplisia dengan pelarut yang sesuai.

Faktor yang harus diperhatikan dalam


pemilihan cairan penyari adalah:
• kelarutan zat dalam menstrum (cairan penyari)
• tidak menyebabkan zat berkhasiat rusak
• harga yg murah
• jenis preparat yang akan dibuat
KRITERIA CAIRAN PENYARI YG BAIK

Murah dan mudah diperoleh


Stabil secara fisika dan kimia
Bereaksi netral
Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
Selektif, yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang
dikehendaki
Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Diperbolehkan oleh peraturan
Jenis cairan penyari
Macam-macam cairan penarik/penyari

Air Etanol

Glycerinu
m
Eter
Keterangan

 Air : murah, mudah didapat, stabil, tidak mudah menguap,


tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah,
 Kerugian:
1. ekstrak yang diperoleh mudah ditumbuhi kapang dan
kuman
2. untuk pengeringan ekstrak membutuhkan waktu yang
lama
3. menyari zat-zat lain disamping zat aktif yang pada
umumnya merupakan pengganggu seperti gom, pati, protein,
lemak, enzim, lendir dan lain-lain
Keterangan

Etanol : lebih selektif, tidak beracun, netral,


kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol
dengan konsentrasi 20%, dan waktu yang
diperlukan untuk memekatkan ekstrak relatif lebih
cepat
Untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi biasanya
digunakan campuran etanol dan air dengan
perbandingan tertentu yang diperoleh dari hasil
percobaan
Lanjutan Cairan penarik

 Metanol
 N-heksan
merupakan hasil penyulingan minyak tanak kasar.
Baik untuk melarutkan lemak-lemak dan minyak atsiri
sehingga banyak digunakan untuk memisahkan lemak-
lemak yang tidak diperlukan, misalnya pada Strychni
Semen dan Secale cornotum.
 Aseton
Tidak digunakan untuk sediaan galenik obat-dalam.
Baik untuk melarutkan lemak, minyak atsiri, dan damar.
Digunakan pada pembuatan Capsicum Oleoresin
Lanjutan Cairan penarik

 Eter
Kebanyakan zat tidak larut dalam pelarut ini, tapi beberapa
zat memiliki kelarutan yang baik, misal alkaloid basa,
lemak-lemak, damar, dan minyak atsiri.
 Kloroform
Merupakan pelarut yang baik untuk alkaloid basa, damar,
minyak lemak, minyak atsiri.
Tidak digunakan pada sediaan galenik untuk obat-dalam.
 Gliserin
Digunakan sebagai cairan tambahan pada campuran air-
alkohol untuk penarikan simplisia yang mengandung zat
samak, seperti tanin. Gom dan albumin jg dapat larut dalam
gliserin. Tidak mudah menguap sehingga tidak digunakan
dalam pembuatan ekstrak kering.
Cara-cara penyarian
Cara Ekstraksi

Dibedakan menjadi: maserasi, perkolasi, infundasi,


distilasi uap, sokletasi

Ekstraksi tersebut seringkali dapat dimodifikasi, seperti


misalnya maserasi dapat disempurnakan dengan digesti
MASERASI
 Ekstraksi dingin, tanpa pemanasan (suhu 15-250 C)
 Merupakan pendahuluan untuk pembutan secara
perkolasi.
 Deskripsi :
o Simplisia direndam dalam pelarut/cairan penyari
selama waktu tertentu tergantung pada ketentuan
pada masing-masing sediaan galenik, jika tidak
dinyatakan, biasanya selama ½ - 2 jam,
farmakope Belanda
selama 5 hari.
o Setelah direndam, cairan penyari berisi
dikeluarkan dari alat meserasi.
o Ekstrak kemudian dipekatkan sehingga diperoleh
PERKOLASI
Ekstraksi dingin, tanpa pemanasan,
suhu 15-250 C.
Deskripsi :
Simplisia direndam terlebih dahulu
dengan
cairan penyari seperti pada maserasi,
zat-zat akan terlarut dan larutan
tersebut akan menetes secara beraturan
ke dalam wadah penampung. Pelarut-
baru diteteskan melalui bagian atas alat
sebagai pengganti pelarut yang telah
menetes ke penampung.
MACAM_MACAM PERKOLASI
1. PERKOLASI BIASA
Simplisia direndam dalam penyari dan dimasukkan ke
dalam perkolator
Lakukan perkolasi hingga didapatkan perkolat tertentu
Untuk membuat tinctur simplisia disari hingga
diperoleh bagian ttt,
Untuk mendapatkan ekstrak cair simplisia disari
hingga sempurna
2. REPERKOLASI
Seperti perkolasi biasa tetapi menggunakan beberapa
perkolator
Reperkolasi dilakukan untuk menghindari kehilangan
minyak atsiri, krn pada perkolasi biasa perkolat akan
dipekatkan dg pemanasan sedang dalam Reperkolasi
tidak dilakukan pemekatan
3. PERKOLASI DENGAN TEKANAN
Perkolasi dengan tekanan digunakan jika simplisia mempunyai
derajat halus yang sangat kecil shg cara perkolasi biasa tidak
bisa dilakukan, krn itu perlu ditambah alat penghisap agar
perkolat dapat turun lebawah. Alat tersebut disebut diacolator

4. PERKOLASI BERTINGKAT
Pada perkolasi biasa perkolat yg dihasilkan tidak dalam kadar
yg maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian
serbuk simplisia terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas
sampai ke bawah yang disertai pelarutan zat aktifnya . Proses
penyarian tsb akan menghsilkan perkolat yg pekat pd tetesan
pertama dan pada tetesan terkhir diperoleh perkolat yg encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tsb dilakukan
perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yg hampir tersari
sempurna, sebelum dibuang, disari dengan cairan penyari
yang baru. Penyarian akhir serbuk simplisia dengan
menggunakan cairan penyari yg barudilakukan agar
serbuk simplisia tsb tersari sempurna . Sebaliknya serbuk
simplisia yang baru disari dengan perkolat yg hampir
jenuh. Dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir
yg jenuh. Perkolat kmd dipisahkan dan dipekatkan. Cara
ini cocok untuk Perush. ob trad, IEBA
Hal-hal yg perlu diperhatikan pada Perkolasi:
1. Siapkan simplisia dengan derajat kehalusan ttt
2. Lembabkan simplisia dengan cairan penyari sebelum
masuk perkolator
3. Memilih jenis perkolator yg digunakan dan
menyiapkan perkolator
4. Cara memasukkan simplisia kedalam perkolator dan
lamanya waktu perendaman dalam perkolator
5. Mengatur penetesan cairan keluar sesuai jangka waktu
yg ditetapkan
TUGAS I (Individu)
Apa yg dimaksud dengan Sediaan Galenika
Berikan contoh sediaan galenika (5)
Apa tujuan utama penyarian
Sebutkan jenis-jenis cairan penyari
Apa beda cara penyarian secara maserasi dan
perkolasi
REFLUKS
Ekstraksi panas
Deskripsi :
Simplisia direndam dengan cairan
penarik, kemudian dipanaskan.
Uap cairan penyari akan menuju
kondensor dan mencair kembali.
Kelemahan : dapat terjadi
penjenuhan pelarut, pelarut harus
diganti, sehingga pelarut yang
dibituhkan banyak.
Kelebihan : waktu ekstraksi
singkat.
SOXHLET
Ekstraksi panas
Deskripsi :
Simplisia terpisah dari cairan
penyari. Cairan penyari yang
dipanaskan akan menguap menuju
kondensor. Cairan penyari yang
kembali berwujud cair akan jatuh
menuju ruang simplisia,
membasahi dan menarik zat yang
ada pada simplisia. Ekstrak akan
dialirkan menuju wadah tempat
cairan penyari.
Kelebihan : waktu ekstraksi
SOXHLET
EKSTRAKSI DENGAN CORONG PISAH
• Ekstraksi cair-cair
• Tidak menggunakan pemanasan
• Pemisahan berdasarkan BJ
pelarut yang digunakan,
menggunakan dua pelarut yang
tidak saling bercampur.
- pelarut yang memiliki BJ lebih
besar, akan berada di lapisan
bawah.
- Pelarut yang memiliki BJ lebih
kecil akan berada di lapisan
atas
Lapisan mana yang diambil
tergantung kelarutan zat yang
akan diambil.
RANGKUMAN
Sediaan galenik adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku
tumbuh-tumbuhan atau hewan dengan cara disari
Contoh sediaan galenik: ekstrak, tinctura, decocta, infusa,
minyak atsiri, aqua aromatika, alea volatila, olea pingua, dan
sirup
Tujuan pembuatan sediaan galenik:
1. Memisahkan zat berkhasiat yang terkandung dlm simplisia
dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat
2. Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3. Menstabiokan zat berkhasiat yang terkandung dalam sediaan
tersebut untuk penyimpanan dalam waktu yg lama
RANGKUMAN
Jenis cairan penyari adalah: air, etanol, campuran air
etanol, gliserin, aseton , kloroform, n-heksan
Cara ektraksi yang tidak membutuhkan panas adalah
maserasi dan perkolasi
Cara ekstraksi yang membutuhkan panas adalah
infudasi, decocta,digerasi, sokletasi, reflux
SELAMAT
BELAJAR
JENIS EKSTRAK
1. Ekstrak air  menggunakan pelarut air, ekstrak dapat langsung digunakan
atau di pekatkan/ dikeringkan.

2. Ekstrak kental  melalui proses pemekatan dengan rotafavor. Ekstrak


kental sangat mudah untuk menyerap lembab sehingga mudah untuk
ditumbuhi oleh kapang. Pada proses industri ekstrak kental sudah tidak
lagi digunakan, hanya merupakan tahap perantara sebelum diproses
kembali menjadi ekstrak kering
3. Ekstrak kering  dari proses pemekatan dilanjutkan dengan pengeringan..
Prose pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu:
Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil
Menggunakan proses kering beku, proses ini mahal
Menggunakan proses proses semprot kering atau fluid bed drying
•Ekstrak minyak
Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan
perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan,
dengan cara seperti maserasi.

•Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan
oleoresin (mis. Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan
pelarut tertetu umumnya etanol.
•Tinktur
Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun
perkolasi simplisia. Pelarut yang umum digunakan dalam proses
produksi tinktur adalah etanol. Satu bagian simplisia diekstrak
dengan menggunakan 2-10 bagian menstrum/ekstraktan
TINGTUR
Merupakan larutan yang mengandung etanol atau
hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau
senyawa kimia. (FI IV)

Secara tradisional, tingtur dari tumbuhan berkhasiat obat


menunjukkan aktivitas 10 grm dalam tiap 100 mL
tingtur.
CARA PEMBUATAN TINGTUR
1. Cara perkolasi
a. Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan
2,5-5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana
tertutup selama sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan massa
sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali
ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya
sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih
terdapat selapis cairan penyari, tutup, biarkan selama 24 jam.
b. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 mL/menit,
tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya, hingga
diperoleh 80 bagian perkolat.
c. Peras massa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat,
tambahkan cairan penyari hingga diperoleh 100 bagian.
Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di
tempat sejuk terlindung dari cahaya.
d. Tuang atau saring.
CARA PEMBUATAN TINGTUR
2. Cara maserasi
a. Masukkan 20 bagian simplisia ke dalam bejana, tuangi
dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama
5 hari, terlindung dari cahaya sambil sering diaduk,
peras. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya
hingga diperoleh 100 bagian.
b. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat
sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, enap, tuang
atau saring.
CARA PEMBUATAN EKSTRAK
1. Maserasi
Lakukan maserasi seperti pada pembuatan tingtur,
uapkan maserat pada tekanan rendah paada suhu tidak
lebih dari 500 C hingga konsistensi yang diinginkan.
2. Perkolasi
Lakukan perkolasi seperti pada pembuatan tingtur.
Uapkan perkolat dengan tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 500 C hingga dicapai konsistensi
yang dikehendaki.
3. INFUS
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan
mengektraksi simplisia nabati dengan air pada suhu
900 C selama 15 menit (FI IV)
CARA PEMBUATAN
Campur simplisia dengan air secukupnya, panaskan di
atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 900 C sambil sesekali diaduk.
Saring selagi panas melalui kain flanel.
Tambahkan air panas secukupnya melalui ampas
hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
membuat sediaan infus

Jumlah Derajat halus


simplisia simplisia

Banyaknya Cara
air ekstra menyerkai
Penambahan
bahan-bahan
Bentuk-bentuk sediaan Galenik

2.Hasil penyulingan atau


pemerasan : aqua aromatika,
olea volatilia, olea pinguia
1. AIR AROMATIKA (AQUA AROMATICA)
Kecuali dinyatakan lain, air aromatik adalah larutan
jernih dan jenuh dalam air dari minyak atsiri atau
senyawa aromatik atau bahan mudah menguap lain.
(FI IV)

Air aromatik harus :


 Mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal
 Bebas bau empirematik atau bau lain
 Tidak berwarna
 Tidak berlendir
Air aromatik yang tertera dalam FI II ada 3
yaitu
Aqua foeniculi adalah larutan jenuh minyak adas
dalam air.
Aqua mentha piperitae adalah larutan jenuh
minyak permen dalam air.
Aqua rosae adalah larutan jenuh minyak mawar
dalam air
CARA PEMBUATAN AIR AROMATIK
1. Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam
masing-masing monografi dalam 60 mL etanol 95%.
2. Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100
mL sambil dikocok kuat-kuat.
3. Tambahkan 500 mg talk, kocok, diamkan, saring.
4. Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.

NB : etanol berfungsi untuk menambah kelarutan minyak


atsiri dalam air.
Talk berguna untuk membantu pendistribusia minyak
dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran
sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
2. MINYAK LEMAK (OLEA PINGUIA)
Minyak lemak adalah campuran senyawa asam lemak
berbobot molekul tinggi/berantai carbon panjang
(C16-C22) dengan gliserin.

Cara mendapatkan minyak lemak :


 Diperas pada suhu biasa, misal oleum arachidis, oleum
olivale, oleum ricini.
 Diperas pada suhu panas, misal : oleum cacao, oleum
cocos.
Minyak lemak
Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku
tinggi (berbobot molekul tinggi dan berantai carbon
panjang (C16-C22) dengan gliserin.
Syarat –syarat minyak lemak : harus jernih, harus
larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, eter,
dll, harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral,
minyak harsa, dan minyak-minyak asing lainnya,
senyawa belerang, dan logam berat
Cara identifikasi minyak lemak, pada kertas
meninggalkan noda lemak.
Penggunaan minyak lemak
Sebagai zat
tambahan

Sebagai pelarut
misalnya lotio, dll

Sebagai antiracun,
untuk racun yang tidak
larut dalam lemak

Sebagai obat
Contoh-contoh minyak lemak
Oleum cocos Oleum cacao
(minyak kelapa) (minyak coklat)

Oleum arachidis Oleum lecoris


(minyak aselli (minyak
kacang) ikan)

Oleum lini Oleum olivae


(minyak lini) (minyak zaitun)
3. MINYAK ATSIRI (OLEA VOLATILIA) penjelasan
tersendiri

Minyak atsiri adalah campuran bahan-bahan berbau keras


yang menguap, yang diperoleh baik dengan cara
penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara
sintetis.

Ciri-ciri minyak atsiri :


Mudah menguap
Rasa yang tajam
Wangi yang khas
Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik
Minyak atsiri segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.
CARA MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI
1. Cara pemerasan
2. Cara penyulingan (destilasi)
a. Cara langsung (menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah dimasukan ke dalam bejana di atas pelat
berlubang dan bejana berisi air. Uap air naik melalui lubang dan
akan melewati pwndingin, kemudian minyak yang keluar dengan
uap air ditampung.
b. Cara tidak langsung (destilasi uap)
Bahan yang akan diolah dimasukkan ke dalam sebuah bejana dan
ditambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal
dari bejana lain.
Dari cara a dan b di atas, pada bejana penampungan akan terdapat 2
lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
Letak m inyak atsiri dan air tergantung pada BJ. Jika BJ minyak atsiri
> BJ air, maka minyak atsiri terdapat di bawah, dan sebaliknya.
CONTOH MINYAK ATSIRI
Oleum foeniculi
Oleum anisi
Oleum caryophilli
Oelum citri
Oleum aurantii
Oleum eucalypti
Oleum mentha piperitae
Oleum cinnamommi
Oleum citronella
Oleum rossae
dll
Sirop
Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa, kadar sakarosa tidak kurang dari 64 % dan
tidak lebih dari 66%
Contoh-contoh sediaan sirop : ferrosi iodidi sirupus
sirupus thymi, sirupus simplex
Pada pembuatan sirop dari simplisia yang
mengandung glikosida antrakuinon ditambahkan
Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
Sirop
 Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirop simplisia untuk
persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet
lain yang cocok.

 Kadar gula dalam sirop pada suhu kamar maksimum 66%


sakarosa, jika lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi jika
lebih rendah dari 62% sirop akan membusuk.
BJ sirop kira-kira 1,3
Untuk mencegah sirop tidak menjadi busuk, dapat
ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin.
Dalam perdagangan ada yang dikenal dengan dry sirup
yaitu sirup berbentuk kering yang jika akan dipakai
ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata,
biasanya berisi zat-zat yang tidak stabil dalam suasana
berair
Dalam ilmu farmasi sirop banyak
digunakan karena dapat berfungsi
sebagai

1. Obat, misalnya chlorfeniramini maleatis


sirupus
2. Corigen saporis, misalnya sirupus simplex
3. Corigen odoris, misalnya sirupus aurantii
4. Corigen coloris, misalnya sirupus rhoedos,
sirupus rubi idaei
5. Pengawet, misalnya pada sediaan dengan
bahan pembawa sirop karena konsentrasi gula
yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri
terimakasih
Tuliskan rencanamu dengan sebuah
pensil...dan berikan penghapusnya
kepada Allah
Karena Allah yang akan menghapus
bagian yang salah dan akan
menggantinya dengan yang terbaik...

Anda mungkin juga menyukai