Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 1

Abdul Azis Rafi’at (1197020001)


Desi Nur Latifah (1197020023)
Hana Kurnia (1197020040)
Wafa Auliya Nisa B (1197020084)

Dosen Pengampu: Gina Giftia Azmiana Delilah, M.Ag


SEJARAH PERADABAN ISLAM

SISTEM KEHIDUPAN
LETAK SISTEM POLITIK DAN KEPERCAYAAN DAN SOSIAL
GEOGRAFIS KEMASYARAKATAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT
ARAB PRA-ISLAM BANGSA ARAB JAZIRAH ARAB

Bahasan Bahasan Bahasan Bahasan


- Mengubur anak
perempuan hidup-
- Arabia Petraea - Kondisi Politik - Budaya paganisme hidup
- Arabian Desertae - Kondisi Masyarakat - Keyakinan ahli nujum - Perbudakan
- Arab Felix - Berjudi, berzina,
menyembah berhala
LETAK GEOGRAFIS

Nourauzzaman Shiddieqie dalam bukunya Pengantar Sejarah Muslim menyebutkan bahwa para ahli
bumi zaman dahulu seperti Deodore, Strab, dan Ptolemeus membagi Jazirah Arab berdasar karakter
tanahnya atas tiga bagian yaitu:

1. Arab Petraea 2. Arabian Desertae

Kedua, wilayah yang sebagian besar terdiri gurun pasir yang dinamakan
Pertama, diberi nama Arabia Petraea, yaitu Arabian Desertae. Sedangkan Steppe adalah daratan yang melingkari
daerah-daerah yang berbukit-bukit batu pegunungan, dan ditutupi oleh pasir yang di bawahnya mengandung air. Di
memanjang dari Semenanjung Sinai, Pakistan daerah Steppe atau Darah, terdapat mata air yang bisa dijadikan tanah
yang sejajar dengan Laut Merah. Pegunungan pertanian, dan ladang-ladang tempat orang Arab menggembalakan
batu membujur Laut Merah di bagian utara ternaknya. Tanah pertanian dan ladang tempat menggembala ternak
Midran mencapai ketinggian 3000 meter, sedang tersebut disebut Wadi atau Oasis. Di daerah Wadi inilah nantinya dibangun
bagian selatan berada di puncak Gunung Jabal desa-desa untuk dijadikan sebagai tempat tinggal sementara bagi orang-
Nabi Syu’aib mencapai 4000 meter. Adapun orang Arab yang nomaden itu. Wadi-wadi ini menjadi tempat persinggahan
pegunungan batu di As-Sarah, Hijaz mencapai para pedagang dan jemaah haji. Beberapa wadi yang terkenal, yaitu: wadi
3.300 meter lebih. Sirhan, Wadi Rummah, Wadi Dawasir, dan Wadi Aflaj yang terdapat
sebuah waduk.
LETAK GEOGRAFIS

3. Arab Felix

Ketiga, Arab Felix, yang dalam bahasa Arab disebut Al-


Bilad As- Sai’dah, atau sering disebut juga (bumi hijau).
Dinamakan bumi hijau karena banyaknya pepohonan dan
rerumputan tumbuh dengan subur. Arabia Felix terletak di
bagian selatan Semenanjung Arab, yang terbentang dari
Yaman sampai ke Oman. Kawasan ini disebut sering
mendapat curahan hujan tinggi hingga membuat daerah
tersebut subur. Sana’a sebagai ibukota Yaman terletak
pada ketinggian 2000 meter dari permukaan laut yang
disebut juga sebagai salah satu kota terkaya dan terindah
di sepanjang Semenanjung Arabia..
SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN ARAB PRA-ISLAM

1. SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN

a. Hidup Bersuku-suku

Bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri. Satu sama lain
kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka
hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah.

Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin kabilahnya masing-masing.
Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya
manfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.
SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN ARAB PRA-ISLAM

b. Kekuasaan Kabilah

Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja yang memiliki kewenangan
otoriter. Anggota kabilah harus menaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Sehingga adakalanya jika
seorang pemimpin murka, sekian ribu mata pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa yang membuat
pemimpin kabilah itu murka.

Selain itu, para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya mengumbar syahwat, bersenang-senang,
memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan
dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan
penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.
SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN ARAB PRA-ISLAM

c. Persaingan Kursi Kepemimpinan

Pada jaman dahulu, persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman
kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu
tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak
jarang mereka mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada dihadapan orang
banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga
kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang-orang yang sedang bersaing mencari simpati.
SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN ARAB PRA-ISLAM

2. Kondisi Masyarakat

Secara garis besar, kondisi masyarakat arab pra-islam bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai
segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-
belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan
gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat
dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.

Selain itu, dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kondisinya berbeda antara yang
satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan
diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah.
Jika seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniannya,
maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.
SISTEM KEPERCAYAAN DAN KEBUDAYAAN
BANGSA ARAB

Pada zamannya, mayoritas bangsa arab menganut dakwah Nabi Ismail, ketika beliau
mengajak mereka untuk menganut agama yang dibawa ayahnya, Ibrahim. Namun bangsa
arab yang mengira bahwa meyembah berhala itu adalah suatu kebenaran, mereka
melakukannya secara terang-terangan sehingga pada saat itu banyak sekali pengikut-pengikut
yang menyembah berhala dan mereka telah musyrik kepada Allah.

Budaya Paganisme Keyakinan Ahli Nujum

Budaya paganisme terasa lebih kental dalam bangsa Orang arab pada masa jahiliyah juga sering mengundi
Arab pra-Islam dengan banyaknya patung-patung yang nasib dengan al-Azlam. Yaitu anak panah yang tidak ada
disembah dan diletakkan disekitar Ka’bah sebagai bulunya. Al- azlam tersebut ada tiga macam : yang
manifestasi tuhan-tuhan sembahan mereka. (Yuangga pertama tulisan “ya” yang kedua tulisan “tidak” dan yang
Kurnia Yahya, 2019) Bangsa arab pada zaman itu ketiga tulisan “diabaikan”. Adapun keyakinan lain yang
memiliki budaya menghafal dalam hal teks, artinya dianut bangsa arab pada masa itu, ialah meyakini dan
mereka tidk bisa membaca dan juga menulis sehingga membenarkan informasi ahli nujum. Ahli nujum akan
sering dijuluki ‘ummiy. Mereka juga mempunyai melihat melalui petunjuk bintang yang kemudian
beberapa tradisi dan prosesi dalam penyembahan memperkirakan peredarannya, agar dia mengetahui
berhala tersebut, yang mayoritasnya diada-adakan oleh berbagai gejala alam dan peristiwa-peristiwa yang akan
Amr bin Luhay. Amr bin Luhay adalah orang yang terjadi di masa depan. (Syaikh Shafiyyurahman, 2008)
membawa berhala ke Kakbah dari Syam. (R. H. Tamimi,
dkk. 2018)
KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT
JAZIRAH ARAB

Mengubur anak perempuan


hidup-hidup
Kehidupan bangsa arab yang terburuk
adalah mengubur anak-anak perempuan
mereka secara hidup-hidup. Mereka
merasa terhina dan malu memiliki anak
perempuan dan marah bila istrinya
melahirkan anak perempuan. Mereka
menyakini bahwa anak perempuan akan
membawa kemiskinan
kesengsaraan. Pada zaman tersebut pun
dan
SPI
kaum perempuan memiliki kedudukan
yang rendah dibanding laki-laki.
Perempuan pada zaman tersebut ditindas
dan tidak memiliki kehormatan serta
kekuatan untuk membela diri. Sedangkan
laki-laki memiliki kebebasan untuk
menikah dan menceraikan semaunya.
KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT
JAZIRAH ARAB

Perbudakan

Masyarakat Arab memberlakukan


piramida sosial secara ketat.
Perbudakan menjadi hal yang biasa
berkembang pada kehidupan sosial
saat itu. Seorang budak tidak akan
memperoleh hak-haknya sebagai
manusia. Para majikan memiliki
kebebasan memperlakukan
budaknya. Mereka punya kebebasan
SPI
menyiksa budaknya, bahkan
memperlakukan budaknya seperti
binatang dan barang dagang yang
bisa dijual atau dibunuh. Posisi
budak tidak memiliki kebebasan
hidup yang layak dan manusiawi.
KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT
JAZIRAH ARAB

Kebiasaan masyarakat Arab lainnya


yang menyesatkan dan jauh dari
nilai moral adalah berbuat
kerusakan seperti berjudi, minum
khamer, berzina, berperang.

Budaya minum arak, berjudi, berzina


dan menyembah berhala telah
mengakar pada masyarakat Arab
SPI
kala itu. Pada jaman jahiliyah
tersebut mereka sangat mencintai
kebebasan sehingga agama mereka
anggap sebagai penghalang
kebebasan mereka.
CUPLIKAN VIDEO
MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM
DAFTAR PUSTAKA
Majid, N. (2002). Beragama dan Berbangsa di MasaTransisi.
Muzzaki, Ahmad. (2007). “Dialektika Gaya Bahasa al-Qur‘an dan Budaya Arab Pra-Islam”. Islamica. Vo2.No.1, hlm.
55-70
Ningsih, Suryati. (2020). Kondisi Geografis Jazirah Arab Sebelum Islam Datang. Ibtimes.id. [Online]. Tersedia:  /
https://ibtimes.id/kondisi-geografis-jazirah-arab-sebelum-islam-datang/
Paramadina Ratu Suntiah, M. (2011). Sejarah Peradaban Islam. CV . Insan Mandiri.
Satir, Muhammad. Kehidupan Sosial Masyarakat Arab Masa Awal Kehadiran Pendidikan Islam. Al-Fikr: Jurnal Pendidikan
Islam. Vol. 5 No.1, Juni 2019, hlm.39-48
Shafiyyurahman S. (2008). Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung, Muhammad SAW. Darussalam Global Leader In Islamic
Books : Riyadh.
Supriyadi, Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam. CV Pustaka Setia
Tamimi, R. H., Sugandi, B., & Wekke, I. S. (2018). Muhammad SAW. Dan Peletakan Dasar Peradaban Islam. Jurnal Aqlam–
Journal Of Islam And Plurality, No. 3, hlm. 17-29.
Yahya, YK. (2019). Pengaruh Penyebaran Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara: Studi Geobudaya dan Geopolitik. Al-
Tsaqafa: Jurnal Peradaban Islam. Vol. 16 No.1, Juni 2019, hlm. 044-062
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai