Lapsus Crohn Ny. N
Lapsus Crohn Ny. N
“Chron Disease”
Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. N
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 52
• Alamat : Jl. Urip Sumoharjo
• No. Rekam Medis : 15 – 33 -31
• Tanggal Pemeriksaan : 2 – 03 - 2021
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
• Keluhan Utama : Nyeri Perut
- Pasien dengan keluhan nyeri pada perut yang dialami sejak
satu minggu yang lalu. Nyeri tersebut hilang timbul, hingga
menjalar ke perut kanan bawah.Terakhir keluhan ini
muncul pada tanggal 3 bulan Januari 2021. Rasa terbakar
di sekitar ulu hati ada. Mual dan muntah ada setiap kali
makan.
ANAMNESIS
• Demam saat ini tidak ada. Sakit kepala tidak ada. Pusing tidak ada.
Sariawan ada sejak 6 bulan yang lalu
• Tidak ada sesak nafas saat ini, batuk tidak ada riwayat batuk lama
tidak ada, nyeri dada tidak ada.
• Lemas ada selama sakit. Nafsu makan menurun. Terjadi penurunan
berat badan sebanyak 4 kg.
• BAB: frekuensi meningkat sebanyak 4-5 kali setiap hari dalam satu
minggu. konsistensinya cair berlendir warna kuning. Nyeri pada BAB
ada, riwayat BAB hitam encer tidak ada.
• BAK: bak pasien kesan sering dan sedikit dengan warna kuning dan
tidak di sertai darah. Nyeri ada. Riwayat kencing berpasir tidak ada.
ANAMNESIS
Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat diabetes tidak ada
- Riwayat hipertensi tidak ada
- Riwayat Penyakit ISK tidak ada
- Riwayat Penyakit Appendisitis tidak ada
- Riwayat arthritis tidak ada
Riwayat psikososial:
- Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara
- Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
- Tidak ada mengkonsumsi jamu-jamuan dan obat herbal
- Riwayat penggunaan obat terlarang tidak ada
PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan Umum
Keadaan umum : Sakit ringan
Status gizi : Gizi kurang
Tinggi badan : 150 cm
Berat Badan : 56 kg
IMT : 24.8 kg/BB2
Status Vital
Kesadaran : Compos Mentis GCS 15
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,2oC
PEMERIKSAAN FISIS
• Kepala : Normocephal, rambut hitam, sulit dicabut
• Mata : pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, eksoftalmus(-), tidak ada uveitis, tidak ada
iritis
• Telinga : tidak ada otore, tidak ada tophus
• Hidung : tidak ada sekret, tidak ada deformitas pada hidung
• Mulut : Terdapat stomatitis pada mukosa mulut. mulut tidak kering,
bibir tidak sianosis,, candidiasis oral tidak ada, tidak ada massa pada
rongga mulut.
• Leher : tidak ada pembesran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
PEMERIKSAAN FISIS
Paru
Inspeksi : Simetris dextra dan sinistra
Palpasi : Tidak teraba massa, vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru, batas paru hepar di ICS VI
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba,
Perkusi : Batas Kanan Atas: ICS II Linea Parasternalis dextra
Batas kanan bawah: ICS IV : Linea Parasternalis dextra
Batas Kiri atas: ICS II Linea Parasternalis Sinistra
Batas Kiri bawah: ICS II Linea Mid-clavicula sinistra
Auskultasi: Bunyi jantung I/II regular, tidak ada murmur
PEMERIKSAAN FISIS
Abdomen
Inspeksi : kesan datar
Auskultasi : Peristaltik meningkat sebanyak 20 kali per menit
Palpasi : Nyeri tekan pada perut kuadran kanan bawah. Tidak ada
asites, tidak ada organomegaly
Perkusi : Timpani
Ekstremitas :
• Teraba hangat, sianosis tidak ada, edema dorsum pedis tidak ada. topus
tidak ada. Lateralisasi dan reflex patologis tidak ada.
PEMERIKSAAN LAINNYA
Pemeriksaan Laboratorium Rujukan
(24/02/2021)
• WBC : 7.200 mcL (4.000 - 9000 mcL)
• HB : 9.3 g/dL (12-18 g/dL)
• Platelet : 312.000 (150-350 mcL)
• Neutrofil : 2.4 (1.1 – 7.0)
• Basofil : 0.3 (0.0 – 0.2)
• Eosinofil : 0.3 (0.0 – 0.9)
PEMERIKSAAN LAINNYA
Pemeriksaan Elektrolit darah Pemeriksaan Radiologi chest xray AP -
Lateral
• Natrium : 129 (136 – 145 mmol/L)
• Corakan bronkovaskular kedua paru
• Kalium : 4.13 (3.5 – 5.1 mmol/L) dalam batas normal
• Klorida : 94.7 (94 – 110 mmol/L) • Tidak tampak perselubungan
Hasil : homogen atau inhomogen pada
kedua paru
- Hiponatremia
• Bentuk dan ukuran jantung normal
• Kedua sinus dan diagfragma kesan
Pemeriksaan ureum kreatinin
baik
• Urea : 26 (15 – 40 mg/dL)
• Tulang – tulang intak
• Kreatini : 0.6 (0.5 – 1.3 mg/dL
Kesan foto thorak normal
Pemeriksaan SGPT/SGOT
• SGPT : 27 (10 – 41 u/L)
• SGOT : 24 (10 – 37 u/L
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
Tanggal Pengambilan 1 Maret 2021
Hasil :
Scop masuk sampai caecum
Skor BBPS 3-2-2-7
Dilakukan biopsy dalam 3 botol : B1 katup ileocaecal, B2 mukosa normal kolon ascenden, B3 pseudopolip
kolon sigmoid ascenden (20 – 40 cm) untuk pemeriksaan PA/sitologi/h. pylori
Diagnosis endoskopi
• Hemoroid eksterna dan interna grade 1
• IBD crohn disease derajat sedang – berat (skor CDAI 101)
• DD/ colitis TB, colitis giardiasis
Daftar masalah
Assessment Planning diagnostic Planning Therapy
IBD crohn disease Biopsi/sitologi/h. Diet Rendah serat
Berdasarkan: pylori NaCl 0.9%
1. Anamnesis Aminofluid 500l/24jam/oral
• Nyeri pada perut Kolonoskopi 3 Probiotik golongan lactobacillus
kuadran kanan bawah bulan kemudian Spp / sarcomytes.
• Stomatitis ada Imunsupressor: adalimumab
• Nyeri terbakar ulu hati injeksi/vedolizumab infus
• Diare ada
• Penurunan berat badan
2. Pemeriksaan fisis
• Nyeri tekan pada perut
kuadran kanan bawah
• Peristaltik meningkat
3. Endoskopi
• Kolon sigmoid
descenden : terdapat
fistula, ulkus dalam
Daftar masalah
Assessment Planning diagnostic Planning Therapy
• Multiple polip
(pseudopolip), skip
lesion
• Katup ileocaecal :
massa hiperemis
mudah berdarah dan
konsistensi lunak
Assesstbment Planning diagnostic Planning Therapy
Hemoroid Eksterna & Kolonoskopi 3 Infus RL 28 jam
Interna grade 1 bulan kemudian. Diosmin hesperidin
1. Endoskopi 1000mg/24jam/oral (2-4 mingg)
Pelebaran pleksus
hemoroid eksterna dan
interna.
Daftar masalah
Assesstbment Planning diagnostic Planning Therapy
Dd/ Colitis TB Kultur/histopatolog Fase awal (2 bulan)
Berdasarkan: is “ziehl neelsen” • Rifampisin 450 mg tab
1. Anamnesis 1x/hari
• Nyeri pada perut • Isoniazid 100 mg tab 2x/hari
kuadran kanan bawah • Pirazinamid 500 mg tab
• Penuruanan berat 2x/hari
badan • Etambuthol 500 mg 2x/hari
2. Pemeriksaan fisis Fase lanjutan (4 bulan)
• Nyeri tekan pada perut • Rifampisin 450 mg tab
kuadran kanan bawah 1x/hari 3x seminggu
• Isoniazid 100 mg tab 5x/hari
3. Endoskopi 3x seminggu
• Penyempitan lumen
• Ulserasi tepi irrreguler
dan edematous
Daftar masalah
Assesstbment Planning diagnostic Planning Therapy
Dd/ Colitis giardiasis Pemeriksaan Feses Albendazole 400mg/hari
Berdasarkan:
1. Anamnesis
• Nyeri pada perut
Penuruanan berat
badan
2. Pemeriksaan fisis
• Nyeri tekan pada perut
3. Endoskopi
• Penyempitan lumen
• Ulserasi tepi irrreguler
dan edematous
Pembahasan
CROHN DISEASE
1. DEFINISI
Pada CD semua lapisan dinding intestine kemungkinan
dapat terlibat, dan intestine normal yang sehat dapat
dijumpai diantara potongan jaringan. Sedangkan pada
UC menyebabkan inflamasi.
Feses
Melihat adanya RBC, WBC, Epitel dan bakteri patogen
Radiologi
Pada barium enema kontras terdapat lesi striktur,
fistula, mukosa yang irregular.
5. Tatalaksana
Non Medikamentosa
• Diet Serat
Medikamentosa
anti-inflammation drugs,
kortikosteroid,
immune system suppressor (infliximab,
adalimumab)
antibiotika,
anti diare dan substitusi cairan.
Golongan Obat Diare
1. Antikolinergik (Tenemus dan muntah)
• Atropine
• Hiosin butilbromida
• Prophateline butilbromida
• Efek samping: Urine retension, konstipasi, takikardia.
2. Protectants (memperkuat mukosa usus)
• Kaolin/pectin
• Bismuth subsalicylate
• Efek samping: Konstipasi
Golongan Obat Diare
3. Opiate (Memperbaiki motilitas usus)
• Loperamide
Efek samping: Urin retensi, konstipasi
Kontraindikasi: Hamil
4. Probiotik (Memberikan bakteri untuk membantu
proses pencernaan)
• Lactobacillus
5. Antibiotik
• Metoklopramide
6. PROGNOSIS
Etiologi
Infeksi G.duodenalis
Siklus Hidup Giardia
Siklus hidup G. duodenalis terdiri dari dua tahap —
tahap replikatif yang ditandai oleh trofozoit dan tahap
infeksi yang terdiri dari kista. Setelah tertelan, kista
menjalani eksistasi menjadi trofozoit di duodenum
usus kecil karena lingkungan asam yang terakhir.
Trofosit aktif kemudian membelah secara mitosis dan
akhirnya dipicu untuk membentuk kista yang tahan
terhadap lingkungan, yang masuk ke usus besar dan
diekskresikan bersama dengan feses. Kista infeksius ini
dapat bertahan selama berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan di tanah dan air.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Symptoms:
Nyeri perut, mual, diare akut atau kronis,
malabsorpsi dengan penurunan berat badan, dan
gagal tumbuh pada anak-anak ketika usus penuh.
Signs:
Nyeri tekan abdomen
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi: Peradangan menyebar di usus besar di
bawah koloskopi. Gambar endoskopi menunjukkan
bahwa peradangan mukosa kolon menyebar, terus
menerus, dan dengan hiperemia yang luas, erosi, dan
ulserasi superfisial.
Feses:
Pemeriksaan feses menunjukkan kista Giardia lamblia
(lingkaran merah).
Komplikasi
• Perdarahan
• Perforasi
• Peritonitis
Pengobatan:
Albendazole
Mebendazole:
• Spektrum luas antihelmintik
• Mekanisme: hambat glukosa uptake cacing, sterilisasi telur
cacing.
• Dosis: 2x100mg selama 3hr/500mg
Thank you
M