Anda di halaman 1dari 71

Rhinosinusitis

Pembimbing
dr. Daniel Wijaya, Sp. THT-KL
Agatha Astri 201806010046
Kevin Trigono 201806010067
Felisia Limanto 201806010120
Yuliana Grace 201806010127
Melisa Kawilarang 201806010144
Anatomi Sinus Paranasal 01
Epidemiologi 02
Klasifikasi dan Etiologi 03
Patogenesis dan Patofisiologi 04
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan penunjang 05
Penegakan diagnosis dan Differential diagnosis 06
Tatalaksana dan Edukasi 07
Kriteria Rujukan, Komplikasi, dan Prognosis 08
Anatomi Hidung

Hombach-Klonisch S,
Klonisch T, Peeler J,
editors. Sobotta Clinical
Atlas of Human Anatomy,
one volume, English.
Elsevier Health Sciences;
2019 Jan 15.
Anatomi Sinus Paranasal
Hombach-Klonisch S, Klonisch T, Peeler J,
editors. Sobotta Clinical Atlas of Human
Anatomy, one volume, English. Elsevier Health
Sciences; 2019 Jan 15.
Fungsi Membersihkan

Rongga hidung mampu menyaring 95% partikel dengan D > 15µm

Refleks bersin

▪ Bersin mengeliminasi partikel dari hidung


▪ Refleks dicetuskan badan asing
▪ Setelah inspirasi, glottis menutup, lalu terjadi kontraksi seketika dari dinding
abdomen dan otot dada, membuka glottis, melontarkan cairan dan benda
asing dari hidung dengan kecepatan 50 m/s

Beule A. Physiology and pathophysiology of respiratory paranasal sinuses. GMS Current Topics in Otorhinolaryngology - Head
and Neck Surgery. 2010;9(1865-1011):1-24.
Fungsi Membersihkan

Mucocilliary clearance

▪ Sekitar 200g atau 2 L/hari mucus diproduksi oleh mukosa saluran nafas
▪ pH 5.5-6.5 dan memiliki kapasitas kecil sebagai buffer kimiawi
▪ Diproduksi oleh jaringan submukosa, kelenjar seromukosa, sel goblet,
transudat plasma darah, cairan jaringan mukosa, dan cairan lacrimal
▪ Inflamasi lokal : jumlah transudat dan protein-proteinnya meningkat
▪ IgG dan IgA dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi

Beule A. Physiology and pathophysiology of respiratory paranasal sinuses. GMS Current Topics in Otorhinolaryngology - Head
and Neck Surgery. 2010;9(1865-1011):1-24.
Beule A. Physiology and pathophysiology of respiratory paranasal sinuses. GMS Current Topics in Otorhinolaryngology - Head
and Neck Surgery. 2010;9(1865-1011):1-24.
Gerakan Cilia

▪ Dengan gerakan silia, lapisan mucus beserta partikel


yang terperangkap bergerak dengan kecepatan 2-25
mm/menit
▪ Gerakan tersebut mengarahkan partikel ke arah faring

Beule A. Physiology and pathophysiology of respiratory paranasal sinuses. GMS Current Topics in Otorhinolaryngology - Head
and Neck Surgery. 2010;9(1865-1011):1-24.
Pediatric Klasifikasi
Adult

Inflamasi pada hidung dan sinus paranasal dengan karakteristik yaitu dua atau lebih gejala berupa sumbatan / obstruksi / kongesti hidung
atau nasal discharge (Anterior / Posterior nasal drip) ;
Kurang lebih adanya nyeri wajah
± penurunan atau kehilangan fungsi menghidu (Adult)
± adanya batuk (Pediatric)
Tanda Endoskopi
Nasal polpys
Mucopurulent discharge dari meatus media
Atau
Edema / obstruksi mukosa primer pada meatus media
Dan/atau
Perubahan pada CT Scan
Perubahan mukosa dalam kompleks ostiomeatal dan/atau sinus

Akut Recurrent ARS Kronik


< 12 minggu ≥ 4 episode / tahun ≥ 12 minggu
Klasifikasi

Kelanjutan dari Terjadi 4 atau


Onset Tiba-tiba acute lebih episode Tanda dan Gejala
Bertahan hingga rhinosinusitis akut, yang persisten
4 minggu tapi bertahan hingga dalam 12 minggu
kurang dari 7 hari, dalam atau lebih
12 minggu periode 1 tahun

RECURRENT
ACUTE SUBACUTE CHRONIC
ACUTE

Battisti AS, Pangia J. Sinusitis. StatPerals. 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470383


Klasifikasi

Berdasarkan derajat keparahan ​


● Ringan : VAS 0 - 3​
● Sedang : VAS > 3 - 7​
● Berat : VAS > 7 - 10

Bailey’s head and neck surgery: otolaryngology 5th edition. Volume one; 2014​
Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, et al. The european position paper on rhinosinusitis and nasal polyps 2012. Rhinology. Mar 2012.​
Rosenfeld RM, Piccirillo JF, Chandrasekhar, SS, et al. Clinical Practice Guideline (update): Adult Sinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg. April 2015. ​

ARS
EPOS recognises acute viral, acute post-viral, and
acute bacterial rhinosinusitis

<10 D
Klasifikasi primary CRS
Klasifikasi Secondary CRS
Epidemiologi Rhinosinusitis Akut

Rhinosinusitis akut viral Rhinosinusitis akut bakterial

Dewasa : 2-5 episode per tahun Diperkirakan 0.5-2% dari seluruh infeksi virus

Anak Sekolah : 7-10 episode per tahun Diasumsikan merupakan komplikasi dari
(post) viral ARS

Over-diagnosed

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW,


Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-
Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT.
EPOS: European Position Paper on Rhinosinusitis
and Nasal Polyps 2020.
Epidemiologi Rhinosinusitis Kronik

Prevalensi keseluruhan 10.9% dengan variasi yang besar (6.9 di Finlandia hingga 27.1 di Portugal)

Lebih sering ditemukan pada perokok dibandingkan non perokok

Penelitian di Skövde, Swedia, Desember 2000

Insidensi rinosinusitis kronik dengan polip nasal 2.7%, lebih sering pada pria (2.2 : 1), lansia (5% pada
usia >= 60 tahun), dan penyandang asma

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-
Lima WT. EPOS: European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
ETIOLOGI
1. Viral
a. Rhinovirus
b. Coronavirus
c. Influenzae A & B
d. parainfluenzae virus
e. RSV
f. Adenovirus
g. Enterovirus
2. Bacterial - complicates 0.2% to 2% of viral cases
a. Streptococcus pneumoniae
b. Haemophilus influenzae
3. Fungal
a. Aspergilus
b. Candida

Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD, Head and neck surgery otolaryngology. 2006
Faktor Risiko

1. Defek anatomi seperti deviasi septum, polips, conchae bullosa, adanya trauma dan
fraktur yang melibatkan sinus atau area wajah sekitar sinus
2. Gangguan transpor mukosa dari penyakit seperti cystic fibrosis, ciliary diskinesia
3. Paparan lingkungan (polusi udarah, asap rokok, perfume, pestisida dll)
4. Imunodefisiensi dari kemoterapi, HIV, diabetes
5. Posisi tubuh, pasien ICU dengan prolonged supine positioning yang menekan mucociliary
clearance
6. Medikamentosa rhinitis, toxic rhinitis, penyalahgunaan kokain, barotrauma, benda asing
7. Penggunaan oksigen yang lama
8. Pasien dengan penggunaan Nasogastric tube (NGT) dan Nasotrachea tubes NTT

Effective Emptying : Ventilasi dan Mucus Clearance

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020 Feb 20;58(Suppl S29):1-464. doi: 10.4193/Rhin20.600.
Defek anatomi

Conchae Bulosa Deviasi septum nasal


https://www.doctorxdentist.com/questions/how-can-a-deviated-septum-affect-a-persons-breathing
https://radiopaedia.org/cases/concha-bullosa-diagram-1
Dental Sinusitis Orbital celulitis
Faktor risiko yang berhubungan dengan ARS dan RARS

1. Paparan lingkungan
2. Faktor Anatomi
3. Infeksi Odontogenik
4. Allergy
5. Cilliary Impairment
6. Merokok
7. Laryngopharyngel Reflux
8. Cemas dan depresi
9. Penyakit kronik penyerta (Bronchitis, asthma, cardiovascular disease, diabetes melitus atau malignant
cancer)
Faktor predisposisi ABRS

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020 Feb 20;58(Suppl S29):1-464. doi: 10.4193/Rhin20.600.
Faktor Predisposisi CRSwNP dan CRSsNP

1. Alergi
2. Asma dan gangguan saluran pernafasan bawah
3. N-ERD (Non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID)-exacerbated respiratory disease)
4. Immunodefisiensi
5. Gastro-oesophageal reflux disease (GORD)
6. Anatomi Nasal (Obstruksi kompleks ostiomeatal)
7. Gangguan siliar (Primary ciliar dyskinesia)
8. Merokok
9. Polusi
10. Obstructive Sleep Apnea
11. Metabolic syndrome dan obesitas
12. Penurunan vitamin D

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020 Feb 20;58(Suppl S29):1-464. doi: 10.4193/Rhin20.600.
Patogenesis Rhinosinusitis

Lalwani, A., 2008. Current Diagnosis & Treatment. 2nd ed.


Patogenesis
ARS

Nasal Epithelium

Primary portal of entry

Cascade of Inflamation

Oedema
Ekstravasasi cairan
Produksi mukus
Obstruksi sinus

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020 Feb 20;58(Suppl S29):1-464. doi: 10.4193/Rhin20.600.
ABRS biasanya merupakan superinfeksi pada AVRS maupun infeksi sekunder bakterial.​

● Terjadinya ABRS pada AVRS :​


○ Mukosa yang mengalami inflamasi dan edema → obstruksi ostium sinus dan
mengganggu drainase mukus → Mucus stasis → mengganggu fungsi mucociliary
clearance dan menjadi media proliferasi bakteri.​
● Terjadinya ABRS pada infeksi saluran napas atas lainnya​
○ Infeksi oleh kolonisasi bakteri pada hidung dan nasofaring didukung dengan stasis
mukus dan bakteri terdeposit ke dalam sinus paranasal ketika nose-blowing.

Lalwani, A., 2008. Current Diagnosis & Treatment. 2nd ed.


Patogenesis CRS

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020 Feb 20;58(Suppl S29):1-464. doi: 10.4193/Rhin20.600.
Patogenesis CRS

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020 Feb 20;58(Suppl S29):1-464. doi: 10.4193/Rhin20.600.
Tipe 2 dan Tipe 3

● Fibrin mesh deposition dan polyp formation


● Common in type 2

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020 Feb 20;58(Suppl S29):1-464. doi: 10.4193/Rhin20.600.
Patogenesis CRS

Current Diagnosis.
Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020 Feb 20;58(Suppl S29):1-464. doi: 10.4193/Rhin20.600.
Anamnesis

Keluhan utama dan tambahan


Anamnesisi

▪ Durasi dan onset gejala

Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Anamnesis

Faktor Risiko

Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 2017
Anamnesisi

▪ Durasi dan onset gejala

Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pemeriksaan Fisik
▪ TTV → Suhu > 38C
▪ Inspeksi dan palpasi daerah sinus
○ Swelling jaringan sekitar periorbital → proptosis
○ Kulit sekitar sinus memerah dan tenderness (+)
○ Nyeri pada gigi geligi rahang atas
○ Palpasi bagian supra orbital dengan media canthus, medial cantuh dan
fossa caninus

Anterior Rhinoskopi

■ Pus pada nares atau nasofaring


■ Eksudat purulen pada meatus media
■ Mukosa nasal berwarna merah cerah dan ireguler
■ Krusta pada kavitas nasal dari eksudat purulen
■ Polip nasal atau degenerasi polypoid mukosa nasal
Sinusitis maxilaris dengan pus
Pemeriksaan Rongga mulut → Karies gigi rahang atas
Pemeriksaan Fisik

Posterior Rhinoskopi

■ Pemeriksaan → Sekret purulen pada nasofaring


■ Sekret didepan muara tuba Eustachius maka berasal dari sinus
anterior
■ Sekret dibelakang muara tuba Eustachius maka berasal dari
sinus posterior

Otoskopi

Mendeteksi adanya komplikasi telingan


Pemeriksaan Penunjang

▪ Tes Darah Rutin


▪ Tes Transiluminasi
▪ X- Ray
▪ Endoskopi
▪ CT Scan
▪ Tes kultur

Tes Transiluminasi X-Ray paranasal Sinuses (PNS)

Color Atlas of ENT Diagnosis 4 th. 2003


Pemeriksaan Penunjang

Endoskopi
Temuan:
1. Polip nasal,
2. Discharge mukopurulen
dari meatus media
3. Edema mukosa pada
meatus media

EPOS, 2020
Pemeriksaan Penunjang
CT scan:
- Imaging pilihan → delineasi anatomis
lebih baik dibanding modalitas lainnya,
juga dapat melihat luas area inflamasi
- Temuan bermakna:
- Penebalan mukosa perifer, paranasal
sinus → gas-fluid level, gas bubble
pada sekret, obstruksi ostiomeatal
complex, penebalan turbinate dan
obliterasi saluran napas atas
Pemeriksaan Penunjang

Nasal sitologi:
Positif → > 6 neutrofil per
high-power field
Kriteria Diagnosis Rhinosinusitis

Anak: Dewasa:

Inflamasi pada hidung dan sinus Inflamasi hidung dan sinus


paranasal dengan ≥2 gejala klinis, paranasal dengan ≥2 gejala klinis,
dengan setidaknya satu gejala dengan setidaknya satu gejala
utama: nasal blokade/ obstruksi/ utama: nasal blokade/ obstruksi/
kongesti; atau nasal discharge kongesti; atau nasal discharge
(anterior/posterior nasal drip); dan (anterior/posterior nasal drip); dan
gejala tambahan: ± facial pain/ gejala tambahan: ± facial pain/
pressure, ± batuk. Disertai salah pressure, ± hypo-/anosmia. Disertai
satu temuan: salah satu temuan:
a. Endoskopi: polip nasal, dan/atau a. Endoskopi: polip nasal, dan/atau
discharge mukopurulen dari meatus discharge mukopurulen dari meatus
media, dan/atau edema/obstruksi media, dan/atau edema/obstruksi
mukosa primer pada meatus media; mukosa primer pada meatus media;
dan/atau dan/atau
b. CT: perubahan mukosa pada b. CT: perubahan mukosa pada
ostiomeatal complex dan/atau sinus ostiomeatal complex dan/atau sinus

EPOS, 2020
Kriteria Diagnosis Rhinosinusitis Akut

Anak: Dewasa:

Awitan mendadak ≥2 gejala klinis: Awitan mendadak ≥2 gejala klinis, dengan


• nasal blokade/ obstruksi/ kongesti, atau setidaknya satu gejala utama: nasal
• discoloured nasal discharge, atau blokade/ obstruksi/ kongesti, atau nasal
• batuk (siang dan malam) selama < 12 discharge (anterior/posterior nasal drip);
minggu; dengan interval bebas gejala jika dan gejala tambahan: ± facial
rekuren; dengan validasi dari telepon atau pain/pressure, ± hipo-/anosmia selama
anamnesis <12 minggu; dengan interval bebas gejala
jika rekuren, dengan validasi dari telepon
atau anamnesis.

Rhinosinusitis akut rekuren: ≥ 4 episode per tahun dengan interval


bebas gejala.

EPOS, 2020
Kriteria Diagnosis Rhinosinusitis Kronik

Anak: Dewasa:

Adanya ≥2 gejala klinis, dengan Adanya ≥2 gejala klinis, dengan


gejala utama: nasal blokade/ gejala utama: nasal blokade/
obstruksi/ kongesti, atau nasal obstruksi/ kongesti, atau nasal
discharge (anterior / posterior nasal discharge (anterior/posterior nasal
drip); dengan gejala tambahan: drip); dengan gejala tambahan:
• ± facial pain/pressure; • ± facial pain/pressure;
• ± hipo-/anosmia • ± hipo-/anosmia
selama ≥12 minggu selama ≥12 minggu

EPOS, 2020
Dasar Penegakan Diagnosis
Rosenfeld RM, Piccirillo JF, Chandrasekhar, SS, et al. Clinical Practice Guideline: Adult Sinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg. April 2015; 152(S2):s1-s39
EPOS, 2020

Differential Diagnosis

Klasifikasi Rhinosinusitis Penyakit Perbedaan

● Sering overlap dengan post-viral ARS


ISPA ● Biasanya self-limiting
● Sakit tidak berkepanjangan

● Dapat berupa gabungan dengan ARS


ARS ● Terdapat rhinorrhea non-purulen, obstruksi nasal,
hidung gatal, dan bersin-bersin yang berlangsung
Rhinitis Allergik spontan
● Biasanya terdapat pola dan pencetus, serta merupakan
sebuah keluhan berulang
● Riwayat alergi dan atopi

● Memiliki keluhan nyeri wajah serupa, dengan atau


Penyakit Orodontal tanpa demam
● Ada riwayat sakit gigi
Differential Diagnosis

CRS
● Nyeri kepala yang disertai
manifestasi nyeri wajah, dengan
tambahan gejala catarrhal
● DD lain
○ Flare up dari rhinitis allergik
○ Infeksi odontogen

EPOS, 2020
Differential Diagnosis

EPOS, 2020
TATALAKSANA
Algoritma Diagnosis dan
Tatalaksana

Rosenfeld, R. M., Piccirillo, J. F.,


Chandrasekhar, S. et al. Clinical Practice
Guideline (Update): Adult
Sinusitis.American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
2015. 152(2_suppl), S1–S39.
Algoritma Diagnosis dan Tatalaksana

Rosenfeld, R. M., Piccirillo, J. F.,


Chandrasekhar, S. et al. Clinical Practice
Guideline (Update): Adult
Sinusitis.American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
2015. 152(2_suppl), S1–S39.
Tatalaksana Acute Rhinosinusitis

▪ Konseling dan Edukasi


○ Pasien dan keluarga diberikan penjelasan mengenai penyakit termasuk faktor
risiko yang diduga mendasari.
○ Mendiskusikan hal-hal yang membantu mempercepat kesembuhan, misal :
berhenti merokok, apabila pajanan polutan : edukasi penggunaan masker,
dianjurkan untuk cukup istirahat dan menjaga hidrasi

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Ikatan Dokter Indonesia. 2017 edisi 1.
Tatalaksana Acute Viral Rhinosinusitis (Common cold)

▪ Self-limited disease → penatalaksanaan utamanya diarahkan untuk menghilangkan gejala


dan menghindari antibiotik yang tidak perlu.
▪ Antibiotik : tidak ada bukti dari manfaat antibiotik untuk common cold atau rhinitis akut
purulen persisten pada anak-anak atau orang dewasa. → tidak direkomendasikan
▪ Nasal corticosteroid → tidak direkomendasikan
▪ Dekongestan : sebagai monoterapi untuk meringankan gejala common cold pada orang
dewasa dan anak-anak.
▪ Paracetamol (acethaminophen) : meringankan sumbatan hidung namun tidak
memperbaiki gejala lain ( sakit tenggorokan, malaise, bersin dan batuk).
▪ NSAIDs : direkomendasikan untuk mengurangi rasa nyeri karena common cold.
▪ Antihistamine-decongestant-analgesic combinations

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT. EPOS:
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Tatalaksana Acute Viral Rhinosinusitis (Common cold)

▪ Nasal irrigation with saline : dapat digunakan untuk mengurangi gejala.


▪ Steam / heated humidified air : bukti saat ini tidak ada manfaat atau bahaya
penggunaannya.
▪ Vitamin C : dapat digunakan untuk suplementasi
▪ Vaksin → tidak direkomendasikan
▪ Exercise : olahraga teratur dengan intensitas sedang sebagai pencegahan.
▪ Zinc acetate atau zinc gluconate dengan dosis > = 75 mg / hari dan diminum dalam 24
jam setelah onset gejala secara signifikan mengurangi durasi pilek.
▪ Echinacea → tidak direkomendasikan

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT. EPOS:
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Tatalaksana Acute Bacterial Rhinosinusitis (ABRS)

▪ Antibiotik oral pada orang dewasa


○ Pada studi oleh Garbutt 2012 diberikan Amoxicillin 3x1500mg selama 10 hari →
gejala membaik dan sembuh pada hari ke 3, 7, 10 dan 28
○ Namun terdapat juga studi yang menunjukkan tidak ada perbedaan.
▪ Antibiotik oral pada anak-anak (<12 tahun)
○ Pada studi Ragab 2015 diberikan Amoxicillin 100mg/kg/hari sebanyak 3x → tidak
ada perbedaan perbaikan klinis pada antibiotik dengan plasebo.
○ Data tentang efek antibiotik pada penyembuhan gejala pada ABRS pada anak-anak
sangat terbatas.

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT. EPOS:
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Tatalaksana Acute Bacterial Rhinosinusitis (ABRS)

▪ Sodium hyaluronate :
○ Pada penelitian Ciofalo 2017 diberikan sodium hyaluronate (3%) + larutan saline
(3mL NaCl-0.9 %) dibandingkan dengan plasebo menggunakan nebulizer ampoule
untuk nasal douching 2x sehari. Grup hyaluronate dibandingkan dengan plasebo
memiliki gejala lebih sedikit dan ambang batas penciuman yang lebih baik.

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT. EPOS:
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Tatalaksana Acute Post Viral Rhinosinusitis

▪ Antibiotik pada orang dewasa dan anak-anak → tidak direkomendasikan


▪ Nasal corticosteroid → efektif untuk mengurangi gejala
○ Dewasa : Pada penelitian Keith 2012 diberikan fluticasone furoate nasal spray 110μg
sebanyak 1-2x sehari selama 2 minggu → penurunan kongesti dan gejala yang
signifikan.
○ Penelitian Meltzer 2012 diberikan mometasone furoate nasal spray 200μg 1-2x sehari
selama 15 hari → penurunan kongesti dan gejala yang signifikan
○ Anak-anak : Pada penelitian Rahmati 2013 diberikan fluticasone furoate nasal spray
50μg sebanyak 2x sehari selama 2 minggu → ditemukan pasien lebih banyak yang
sembuh.

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT. EPOS:
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Tatalaksana Acute Post Viral Rhinosinusitis

▪ Oral corticosteroid : Kortikosteroid sistemik, dengan atau tanpa antibiotik tidak memiliki
efek positif pada pemulihan pada 7-14 hari.
▪ Nasal decongestants
▪ Saline :
○ Penelitian Gelardi 2009 diberikan irigasi saline hangat high volume 2x250 ml)
selama 2 minggu dan dibandingkan dengan saline 3x10ml selama 2 minggu →
rhinorrhea purulen menurun dalam 7 hari dan penurunan postnasal drip pada 7 dan
14 hari.

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT. EPOS:
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Tatalaksana Acute Post Viral Rhinosinusitis

▪ Herbal :
○ Penelitian Pfaar 2012 diberikan cyclamen europaeum nasal spray 1x1.3mg tiap lubang
hidung selama 15 hari → tidak ada perbedaan dari gejala. (obstruksi nasal, facial pain,
sekresi mukupurulen)
▪ Vaksin → tidak ada RCT yang menunjukkan efek langsung vaksinasi pada ARS pasca-virus.

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT. EPOS:
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Kriteria Rujukan

ARS CRS
● Edema periorbital ● Kriteria ARS
● Pergeseran bola mata ● Tanda sepsis
● Pandangan ganda (double vision) ● Gejala unilateral
● Ophthalmoplegia ● Terjadi perdarahan
● Penurunan ketajaman penglihatan ● Cacosmia
● Sakit kepala unilateral/bilateral ● Crusting
berat
● Pembengkakan frontal
● Tanda meningitis
● Tanda defisit neurologis
● Penurunan kesadaran

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-Lima WT. EPOS:
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Edema periorbital

Crusting Pembengkakan frontal


Komplikasi Rinosinusitis Akut Bakterial

Jarang tetapi mengancam kehidupan

Komplikasi periorbital : Selulitis preseptal, Selulitis orbital, Abses subperiosteal, Abses intraorbital

Komplikasi endokranial : Empiema epidural, empiema subdural, abses otak, meningitis, ensefalitis,
thrombosis sinus superior sagittal dan cavernosa

Komplikasi tulang : osteomielitis. Dapat muncul sebagai abses tulang frontal subperiosteal (Potts Puffy
Tumor) atau fistula frontokutaneus

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, Bernal-Sprekelsen M, Mullol J, Alobid I, Anselmo-
Lima WT. EPOS: European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020.
Prognosis

▪ Tergantung dari tanda dan gejala klinis, respon imun tubuh, serta komplikasi yang sudah terjadi
▪ Faktor yang memperburuk prognosis berdasarkan klasifikasi rhinosinusitis
○ ARS
■ Terjadi komplikasi pada orbita
■ Terjadi komplikasi intrakranial
○ CRS
■ Disebabkan oleh H. influenzae, S. pneumoniae, P. aeruginosa, M. catarrhalis, S.
aureus
■ Peningkatan jumlah eosinofil signifikan
THANK
S!
CREDITS: This presentation template was created by
Do you have any
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.
questions?

Anda mungkin juga menyukai