Anda di halaman 1dari 151

Hygiene Industri

Creative by Adi Pramono


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LINGKUNGAN KERJA

(PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018)

Creative by Adi Pramono


Pengertian Sehat
• kondisi fisik, mental dan sosial
seseorang yang tidak saja bebas
penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukkan
kemampuan untuk berinteraksi
dengan lingkungan dan pekerjaannya

PP 36 tahun 2009

PP 88 TAHUN 2019
Peraturan Pemerintah No 36 tahun 2009

Setiap orang berkewajiban ikut


mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Setiap orang
berkewajiban menghormati hak orang
lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi,
maupun sosial.

Creative by Adi Pramono


kesehatan dan kinerja seorang tenaga kerja dipengaruhi oleh

• Beban kerja,
• berupa beban fisik,
• mental dan sosial,

Creative by Adi Pramono


“sehingga upaya penempatan tenaga kerja
sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan”

Creative by Adi Pramono


Kapasitas kerja yang banyak bergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran ruang kerja, keadaan gizi
dan sebagainya

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Higiene adalah usaha
kesehatan preventif yang
menitik beratkan kegiatannya
kepada usaha kesehatan
individu maupun usaha pribadi
hidup manusia.

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Sanitasi adalah usaha kesehatan
preventif yang menitik beratkan
kegiatan kepada usaha
kesehatan lingkungan hidup
manusia.

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Lingkungan Kerja adalah aspek Higiene
di Tempat Kerja yang didalamnya
mencakup faktor :
fisika,
kimia,
biologi,
ergonomi dan psikologi yang
keberadaannya di Tempat Kerja dapat
mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan Tenaga Kerja.

Creative by Adi Pramono


• Beban Tambahan/Lingkungan kerja
(fisika,kimia,biologik,ergonomik& psikososial)

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Factor fisika
 Faktor Fisika adalah faktor yang
dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga
Kerja yang bersifat fisika,

Creative by Adi Pramono


Apa saja factor fisika

Creative by Adi Pramono


Iklim kerja

Creative by Adi Pramono


welding Blasting
Creative by Adi Pramono
Radiasi gelombang electro

Creative by Adi Pramono


Radiasi telfon
genggam

persyaratan faktor fisik lainnya


seperti getaran seluruh tubuh
dalam periode 24 jam dengan
crest factor 6-9, radiasi radio
frekuensi dan gelombang mikro
(30 kHz - 300 GHz), dan laser.
Creative by Adi Pramono
Radioaktif

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Pencahayaan

Creative by Adi Pramono


Temperature

Creative by Adi Pramono


FACTOR KIMIA

Faktor Kimia adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas


Tenaga Kerja yang bersifat kimiawi, disebabkan oleh penggunaan
bahan kimia dan turunannya di Tempat Kerja yang dapat
menyebabkan penyakit pada Tenaga Kerja,
. Creative by Adi Pramono
Carbon oksida

Creative by Adi Pramono


Asap Pabrik

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Uap Belerang

Creative by Adi Pramono


BATU BARA

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
GAS BERACUN ( H2S)

Creative by Adi Pramono


FACTOR BIOLOGI

adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas


Tenaga Kerja yang bersifat biologi

Creative by Adi Pramono


Tumbuhan

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Factor Ergonomic

Creative by Adi Pramono


FACTOR ERGONOMIC adalah factor yang
dapat mempengaruhi aktivitas tenaga
kerja ,disebabkan oleh ketidak sesuaian
antara fasilitas kerja yang meliputi metode
kerja,alat kerja,beban angkat terhadap
tenaga kerja

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
KURSI
Ag
u
KERJA
st.D
1. Stabilitas Produk
- Disarankan mempunyai
4 atau 5 kaki.
- Kursi lingkar berkaki 5
sebaiknya dirancang berada
di luar proyeksi tubuh.
- Kursi kaki-gelinding (roller-
feet) sebaiknya dirancang
untuk permukaan
berkarpet.

45
V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA

Pengendalian Ergonomi dilakukan dengan:


 menghindari posisi kerja yang janggal;

 memperbaiki cara kerja dan posisi kerja;

 mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek

kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja;


 memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain

Tempat Kerja, dan peralatan kerja;


 mengatur WKWI;

 melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi

netral atau baik; dan/atau


 menggunakan alat bantu
Faktor Psikologi
 Faktor Psikologi adalah faktor yang mempengaruhi
aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan oleh hubungan antar
personal di Tempat Kerja, peran dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan.
APA ITU KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3)?

Creative by Adi Pramono


PERKEMBANGAN HYPERKES MENJADI K3
 Hiperkes = higiene perusahaan dan kesehatan
kerja=occupontional health(OH)

KESEHATAN
lebih menekan kan kepada factor pengendalian resiko di
lingkungan kerja.dengan tujuan mencegah penyakit
akibat kerja( PAK)
Creative by Adi Pramono
• Kecelakaan kerja lebih sering terjadi
daripada penyakit akibat kerja( PAK),sebab
kecelakaan bisa terjadi sewaktu waktu
,kapan saja,bahkan bagi orang yang baru
masuk kerja sebagai tenaga baru,sedangkan
penyakit akibat kerja memiliki masa incubasi
yang umum nya lama

Creative by Adi Pramono


LUKA AKIBAT ALAT

Pekerja ALAT

Bahan
SAKIT

PENCEMARAN
Creative by Adi Pramono
Pengertian Keselamatan
• Persepsi umum mengenai keselamatan (safety)
adalah keadaan bebas dari bahaya, dan diartikan
secara mutlak (absolut).
• Pengertian keselamatan dalam operasi industri
adalah pengertian relatif. Keselamatan adalah
keadaan relatif bebas dari bahaya, kecelakaan
maupun kerusakan. Operasi yang relatif dapat
diterima ditinjau dari segi risiko dan kerugian.
• Peraturan mengenai keselamatan mengharuskan
adanya standard minimum keselamatan yang dapat
diterima berdasarkan standard yang disepakati.

Creative by Adi Pramono


90
Keselamatan Kerja
• Kebebasan manusia dari bahaya yang dapat
merugikan perusahan baik dari segi
keselamatan, kesehatan, keamanan dan
pencemaran lingkungan.
• Sebagai minimasi kontak antara manusia dan
bahaya, dan terutama dihubungkan dengan
pencegahan orang terhadap bahaya yang
dapat mengakibatkan penderitaan fisik.

Creative by Adi Pramono


91
APA ITU WHO ??

World Health Organization (WHO) atau Organisasi


Kesehatan Dunia adalah salah satu badan PBB yang
bertindak sebagai koordinator kesehatan umum
internasional.

Creative by Adi Pramono


HIGIENE INDUSTRI ( INDUSTRIAL
HYGIENE )
• Sanitasi menurut WHO adalah pengawasan
penyediaan air minum masyarakat,
pembuangan tinja dan air limbah,
pembuangan sampah, sektor penyakit, kondisi
perumahan, penyediaan dan penanganan
makanan, kondisi atmosfer dan keselamatan
lingkungan kerja

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
• Sanitasi menurut WHO
adalah pengawasan
penyediaan air minum
masyarakat,

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
• Mempelajari sanitasi
perusahaan dalam kaitannya
keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang akan
mempengaruhi produktifitas
kerja

Creative by Adi Pramono


Pada kesehatan kerja akan dilakukan
diagnosis penyakit dan pengobatan 
Pencegahan :
• perbaikan lingk kerja dan
• peningkatan derajat kesehatan

Creative by Adi Pramono


FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
•  Penerapan higiene industri ada 3 aspek utama
1. Pengenalan lingk. Kerja
2. Penilaian lingk. Kerja
3. Pengendalian lingkungan. Kerja

Creative by Adi Pramono


Kerja Pengenalan lingk. Kerja

1. Secara kualitatif mengetahui


kemungkinan bahaya potensial
dr. proses produksi

Creative by Adi Pramono


• 2. Menentukan lokasi
potensi bahaya , alat,
metode pengujian

Load test

Creative by Adi Pramono


3. Mengetahui jumlah pekerja
terpapar Penilaian lingk.
Kerja Dapat dilakukan
pengukuran, pengambilan
sampel, analisis di
laboratorium

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
• Sehingga dapat ditentukan :
• 1. Kondisi lingk. Kerja
• 2. Perlu/tidaknya teknologi pengendalian 3.
Ada/tidaknya korelasi kecelakaan dan PAK
dengan lingkungan
• 4. Dokumen untuk inspeksi

Creative by Adi Pramono


1.Lokasi kerja

Creative by Adi Pramono


Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Creative by Adi Pramono
Pengendalian lingk.kerja
Penerapan metode teknik tertentu
untuk menurunkan tingkat faktor
bahaya lingkungan kerja. Sampai
batas ditolerir pekerja Pengujian
lingkungan . Kerja, bertujuan :
• 1. Menentukan paparan pekerja
oleh faktor lingk. kerja

Creative by Adi Pramono


Lux meter adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya atau tingkat pencahayaan
Cara menggunakan lux meter sebagai
berikut:
• Tekan tombol ON/OFF. 
• Pilih range yang akan
diukur (2.000, 20.000, atau
50.000 lux). 
• Arahkan sensor ke sumber
cahaya. 
• Lihat hasil pengukuran
pada layar panel.
PENCAHAYAAN (Ps. 16-19)
Standar Intensitas
Pencahayaan adalah sesuatu yang Pencahayaan
memberikan terang (sinar) atau yang
menerangi, meliputi Pencahayaan alami
dan Pencahayaan Buatan.
PencahayaanBuatanad
a l a h Pencahayaan yang
dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami.
Intensitas Cahaya adalah jumlah rata-
rata cahaya yang diterima pekerja
setiap waktu pengamatan pada
setiap titik dan dinyatakan dalam
satuan Lux.
Lux adalah satuan metrik ukuran
cahaya pada suatu permukaan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
• 2. Efektivitas alat pengendali di
perusahaan
• 3. Meneliti tempat kerja dg perhatikan
keluhan TK dan gangguan kesehatan
pekerja
• 4. Untuk riset pengembangan ilmu
• 5. Tercapai upaya peningkatan derajat
kesehatan pekerja dan produktifitas
pekerja
• Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisik/kimia
adalah intensitas/konsentrasi rata-rata
pajanan bahaya fisik/kimia yang dapat
diterima oleh hampir semua pekerja tanpa
mengakibatkan gangguan kesehatan atau
penyakit dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam
perminggu,
• Pengujian sebaiknya dilakukan berulang kali
karena :
• 1. Kontaminan (polusi) di lingkungan kerja
sering berubah
• 2. Secara bertahap unit produksi sampai proses
terakhir
• 3. Biasanya pemeriksaan saat tidak produksi
maksimal, jam istirahat, saat pekerja baru mulai,
pekerja mau pulang
• Waktu yang terbaik adalah beberapa jam setelah
produksi berjalan Lakukanlah evalusi lingk. Kerja :
• Subyektif dengan indera mata,
• pendengaran,
• penciuman,
• binatang percobaan Hasil yang tepat dengan alat
detektor sbg indikator,
• pengambilan sampel sampai analisis laboratoium
• Alat deteksi di lapangan :
• 1. Sound level meter
• 2. Luxmeter
• 3. Vibrator meter
• 4. Personal dust sampler
• 5. Gas detector
• 6. Anemometer
Sound level noise Lux meter

Vibrator meter Personal dust sampler


GAS DETECTOR ANIMOMETER
• NAB : kadar yang dihadapi pekerja tanpa
menunjukan gangguan
kesehatan/penyakit/kelainan dalam pekerjaan
sehari-hari waktu kerja 8 jam/hari atau 40 jam
seminggu
• Teknologi pengendalian :
1. Substitusi
2. Isolasi
• 3.Good house keeping
• 4. Ventilasi umum dan lokal
• 5.Proteksi perorangan
• 6. Perubahan proses sebagian atau
seluruh Higiene perusahaan
merupakan higiene tempat kerja
yang berkaitan dengan K3 dibawah
pengawasan departemen tenaga
kerja
VI. PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI (Ps. 26 – Ps. 44)

Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
- halaman;
bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas orang
dan barang
saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan
terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir
dan tidak boleh tergenang.
- gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai.
 gedung dalam kondisi:
 terpelihara dan bersih;
 kuat dan kokoh strukturnya; dan
 cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter
persegi
Dinding dan langit-langit harus:
 kering atau tidak lembab;
 dicat dan/atau mudah dibersihkan;
 dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima) tahun
sekali; dan
 dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun.

Lantai harus:
 terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari

bahan kimia yang merusak;


 datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan

 dibersihkan secara teratur.


Atap harus:
- mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan hujan;
dan
- tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur
Bangunan Bawah Tanah harus
 mempunyai struktur yang kuat;
 mempunyai sistem ventilasi udara;
 mempunyai sumber Pencahayaan;
 mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik; dan
 bersih dan terawat dengan baik.
 Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan ruang terbatas, penerapan
Higiene dan Sanitasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Fasilitas Kebersihan meliputi: Toilet
 Toilet dan kelengkapannya; harus:
 bersih dan tidak menimbulkan bau;
 loker dan ruang ganti  tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang
pakaian; lainnya;
 tempat sampah; dan  tersedia saluran pembuangan air yang mengalir
dengan baik;
 peralatan Kebersihan.
 tersedia air bersih;
 dilengkapi dengan pintu;
 memiliki penerangan yang cukup;
 memiliki sirkulasi udara yang baik;
 dibersihkan setiap hari secara periodik; dan
 dapat digunakan selama jam kerja.
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja
dalam satu waktu kerja
 untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban;
 untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban;
 untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban;
 Untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban;
 untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban;
 untuk 81 -100 orang = 6 (enam) jamban; dan
 setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban.
 Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas peturasan, jumlah jamban
tidak boleh kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah jamban yang
dipersyaratkan
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja area
konstruksi atau Tempat Kerja sementara
 untuk 1-19 orang = 1 (satu) jamban;
 untuk 20 -199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap
40 (empat puluh) orang;
 untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk
setiap 50 (lima puluh) orang.

Ukuran Toilet
Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas harus memenuhi
persyaratan:
 Panjang 152,5 cm;
 lebar 227,5 cm;
 tinggi 240 cm;
 mempunyai akses masuk dan keluar yang mudah dilalui;
 mempunyai luas ruang bebas yang cukup untuk pengguna kursi roda bermanuver
180 derajat;
 lebar pintu masuk berukuran paling sedikit 90 cm yang mudah dibuka dan
ditutup.
 pintu Toilet dilengkapi dengan plat tendang di bagian bawah pintu untuk
pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas netra;
 kemiringan lantai tidak lebih dari 7 (tujuh) persen; dan
 mempunyai pegangan rambat untuk memudahkan pengguna kursi roda berpindah
Pakaian Kerja dan Ruang Ganti Pakaian
 Tenaga Kerja dalam perusahaan tertentu dapat
diwajibkan memakai pakaian kerja sesuai syarat-syarat
K3 yang ditetapkan.
 Pakaian kerja harus disediakan oleh Pengurus .
 Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian kerja
hanya selama bekerja, Pengurus harus menyediakan
ruang ganti pakaian yang bersih, terpisah antara laki-
laki dan perempuan serta pemakaiannya harus
diatur agar tidak berdesakan.
 Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat menyimpan
pakaian/loker untuk setiap Pekerja yang terjamin
keamanannya.
Tempat sampah dan peralatan
Kebersihan harus disediakan pada
setiap Tempat Kerja.

 Tempat sampah harus:


 terpisahdan diberikan label untuk sampah organik,
non organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
 dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan
kedap air; dan
 tidakmenjadi sarang lalat atau binatang
serangga yang lain.
 Tempat pembuangan pembalut harus disediakan
pada ruang Toilet perempuan.
 Tempat pembuangan pembalut harus:

 terbuat dari bahan yang kedap cairan;


 dilengkapi dengan penutup; dan
 diberikan label yang jelas.

 Tempat pembuangan pembalut harus dibersihkan


setiap hari.
 Kebutuhan atas udara yang bersih dan sehat harus
dipenuhi pada setiap Tempat Kerja.
 Pemenuhan kebutuhan udara di Tempat Kerja dilakukan
melalui:
 KUDR;
 ventilasi; dan

 ruang udara.

 Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan administratif,


pelayanan umum dan fungsi manajerial harus memenuhi KUDR yang
sehat dan bersih.
 KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan
kadar kontaminan udara
 Suhu ruangan yang nyaman harus dipertahankan
dengan ketentuan:
 Suhu Kering230C– 260C dengan
 kelembaban 40% – 60%.
 perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi
5oC
 Kadar oksigen sebesar 19,5% - 23,5% dari volume
udara.
 Kadar kontaminan atau polutan tercantum dalam Lampiran
dari Peraturan Menteri.
 Setiap orang yang bekerja dalam ruangan
harus mendapat ruang udara (cubic
space) paling sedikit 10 meter kubik.
 Ruangan harus memenuhi ketentuan:
 tinggi Tempat Kerja diukur dari lantai sampai
daerah langit-langit paling sedikit 3 meter;
dan
 tinggi ruangan yang lebih dari 4 meter tidak
dapat dipakai untuk memperhitungkan
ruang udara
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai