Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI JURNAL

Inpatient rehabilitation improves functional capacity,


peripheral muscle strength and quality of life in patients with
community-acquired pneumonia: a randomised trial

Disusun oleh:
MUNA AZIZATUN NAFISAH
P27226020362

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


JURUSAN FISIOTERAPI
Politekes Kemenkes Surakarta
2020
INTRODUCTION
• Prevalensi kelompok dengan pneumonia memiliki kesehatan
yang buruk dan angka kematian yang tinggi. Sehingga
menghabiskan perawatan yang begitu besar yang akan
berdampak pada keadaan social di seluruh dunia.
• Kelompok pasien penumonia yang dirawat di rumah sakit akan
mengalami penurunan kapasitas fungsional yang dikaitkan
dengan tingkat rawat inap yang memiliki nilai kematian yang
lebih tinggi, dan penurunan kekuatan otot perifer serta
penurunan kualitas hidup.
TUJUAN PENELITIAN
• Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
terdpat perbedaan terhadap program rehabilitasi berbasis
latihan rawat inap dengan program fisioterapi pernapasan
standar untuk peningkatan aktivitas fungsional, kualitas hidup,
gejala dan seeberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
tinggal di rumah sakit.
• Peneliti : Anderson Jose´, Simone Dal Corso
• Post-graduate Program in Rehabilitation Sciences,
Universidade Nove de Julho, Sa˜o Paulo, Brazil
• Journal of Physiotherapy 62 (2016) 96–102
http://dx.doi.org/10.1016/j.jphys.2016.02.014 Diakses
tanggal 11 Febuari 2021
POPULATION
• Sebanyak 65 populasi dari komunitas pneumonia yang sedang di rawat
di rumah sakit.
• Masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 51 peserta mengikuti penelitian
kemudian dilakukan dipilih secara acak
• kelompok eksperimen sebanyak n=33 peserta dan kelompok control
sebanyak n=18.
• Jumlah subjek yang dilakukan intervensi dari awal hingga akhir
penelitian pada kelompok eksperimen sebanyak n=27 peserta (drop out
n=6) dan kelompok control sebanyak n=14 (drop out n=4).
• Data peserta yang dirawat dirumah sakit selama 10 hari sebanyak 49
peserta (kelompok eksperimen n=32 dan kelompok kontrol n=17).
Methods
Metode dengan a randomized control trialyang teridiri dari dua kelompok, kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
 
Kriteria Inklusi :
• Berusia >18 tahun, didiagnosa pneumonia dan masuk dalam komunitas pneumonia, 1
dirawat di rumah sakit selama <48 jam, dan mengalami kesadaran yang memadai
serta dapat melakukan ambulasi mandiri.  
Kriteria Eksklusi :
• Tidak mau berpartisipasi dalam penelitian, memiliki gangguan kognitif, mengalami
gangguan osteoartikuler, dan memiliki penyakit pernapasan akut dan kronis lainnya
 
Kelompok eksperimen
latihan fisik seama 50 menit dalam • 2. Latihan penguatan otot perifer atau
satu sesi setiap hari selama 8 hari. tepi dilakukan selama kurang lebih 25
Latihan fisik dimulai dari pemanasan, menit. Latihan dilakukan sebanyak 3
peregangan, latihan kekuatan otot set dengan 8 kali pengulangan setiap
perifer dan latihan berjalan aerobik. set. interval waktu setiap set selama 1
1. Pada pemanasan meliputi menit. Dilakukan pada kedua tungkai
gerakan aktif pada anggota gerak secara bersamaan menggunakan
atas dan anggota gerak bawah elastic band.
selama kurang lebih 5 menit. • Otot yang menjadi sasaran adalah
Peregangan ini ditujukan pada bisep bracialis, deltoid, quadriceps
otot pectoralis mayor, latissimus femoris dan hamstring. Beban kerja
dorsi, trapezius, quadriceps awal maksimal 70% kekuatan otot
Derajat sesak napas dan derajat kelelahan diukur diakhir
femoris dan otot hamstring. perifer. setiap set latihan setelah melakukan latihan pemanasan
Peserta melakukan peregangan dan penguatan diukur menggunakan Borg Scale, dengan
peserta bertujuan untuk mencapai target skor antara 4
pada otot” tersebut masing-
dan 6 setelah dilakukan intervensi. Jika skor kelelahan
masing otot selama 30 detik dan berada di bawah level ini, maka beban latihan yang
total dari peregangan selama digunakan pada latihan penguatan menggunakan elastic
band ditambah satu tingkat diatasnya, dan sebaliknya
• Latihan aerobik dilakukan pada permukaan yang rata sepanjang 10 m. Peserta
berjalan selama 15 menit tanpa gangguan, kecepatan berjalan dipandu oleh alat
endurance shuttle walk test 20 set kecepatan yang sesuai dengan 70% dari
kecepatan yang dicapai pada tes incremental shuttle walk test (ISWT).
• Jika peserta tidak dapat mentoleransi sesuai dengan target atau waktu yang
semesetinya atau menunjukkan penurunan saturasi oksigen (SpO2=<84%), maka
peserta diperbolehkan untuk beristirahat di kursi, pada saat istirahat timer dijeda.
kmudian dilanjutkan sampai 15 menit.

Intensitas pada latihan aerobic dibuat sesuai dengan gejala (dispnea dan kelelahan
antara 4 dan 6 pada skala Borg) dan/atau 70% dari detak jantung maksimum, yang
ditetapkan dengan menggunakan Persamaan Karvonen.
Jika peserta melaporkan skor dispnea <4 dan / atau detak jantung tetap berada di
bawah detak jantung maksimal yang ditetapkan berdasarkan Persamaan Karvonen,
maka kecepatan berjalan dinaikkan keesokan harinya begitu pula sebaliknya.
COMPARATION
• intervensi standar fisioterapi selama 50 menit persesi dilakukan 8 hari dengan
melibatkan intervensi pembuangan sekresi, latihan pernapasan dan jalan kaki.

Latihan pernapasan Latihan pernapasan


Teknik pembuangan sekresi berupa ditargetkan untuk meningkatkan ventilasi.
perkusi dan vibrocompression pada Latihannya terdiri dari latihan pernapasan
posisi berbaring selama 10 menit di diafragma (3 set 10kali pengulangan dengan
setiap sisi, selama dan setelah itu waktu istirahat 1 menit di antara set) dan latihan
dimapeserta diminta untuk batuk inspirasi dengan inspirasi maksimum dilakukan
sebanyakk tiga set 10kali pengulangan dengan
sampai muntah dan mengeluarkan waktu istirahat 1 menit di antara set). Jalan kaki
secret sampai terasa dahak sudah diatur sendiri dengan durasi yang ditentukan
menghillang. selama 10 menit.
OUTCOME
• Peningkatan dalam kapasitas fungsional,
seperti yang dievaluasi dengan jarak • Evaluasi dyspnoea menggunakan skala
berjalan di ISWT, secara signifikan lebih Medical Research Council menunjukan
besar pada kelompok eksperimen penurunan yang lebih besar pada
daripada pada kelompok control. kelompok eksperimen dibandingkan
• SpO2 selama pelatihan aerobik tidak pada kelompok control`
menunjukkan adanya desaturasi <84%. • Aktifitas fungsionnal yang diukur
• Semua otot yang dianalisis menunjukkan menggunakan the SF-36 quality of life
adanya peningkatan rata-rata dalam questionnaire terdapat peningkatan
kekuatan pada kelompok eksperimen yang signifikan pada kelompok
dan penurunan rata-rata pada kelompok eksperimen
control` • Tidak ada perubahan yang signifikan
terhadap kedua kelompok tersebut
dalam fungsi paru, C-reactive protein
atau lamanya tinggal di rumah sakit.
CONCLUSSION
• Kesimpulan dari peenelitian ini adalah terdapat peningkatan
yang signifikan dalam kapasitas fungsional, kekuatan otot
perifer, dispnea dan kualitas hidup dengan rehabilitasi olahraga
pada rawat inap yang dibandingan dengan intervensi standar
fisioterapi untuk pernapasan. manfaat olahraga/latihan yang
diberikan pada pasien rawat inap, dapat direkomendasikan
pada pasien dengan program rehabilitasi rawat inap terutama
pasien yang melakukan pengobatan rutin dengan gangguan
pernapasan yang membutuhkan perawatan fisioterapi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai