Anda di halaman 1dari 87

Pencegahan dan Penemuan Dini Gizi

Buruk pada Balita

Direktorat Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 1
Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pencegahan dan
penemuan dini gizi buruk pada balita.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 2


TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
1.Melakukan pencegahan gizi buruk pada balita
2.Melakukan penemuan dini gizi buruk pada balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 3


POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
1. Pencegahan Gizi Buruk pada Balita
a. Prinsip Pencegahan
b. Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi < 6 Bulan
c. Pencegahan Gizi Buruk pada Balita 6-59 Bulan
d. Pemantauan Pertumbuhan Balita
e. Tindak Lanjut Balita Berisiko Gizi Buruk

2. Penemuan Dini Gizi Buruk pada Balita


a. Penentuan Status Gizi Berdasarkan Antropometri dan Gejala Klinis
b. Langkah-langkah Penemuan Dini dan Tindak Lanjut pada Balita Gizi Buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4


POKOK BAHASAN 1

PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 5


SUB POKOK BAHASAN 1
a. Prinsip Pencegahan:
SEDINI MUNGKIN
1. Penyiapan kesehatan dan status gizi ibu hamil dilakukan sejak masa
remaja dan selanjutnya saat usia subur

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6


2. Upaya peningkatan kesehatan dan status gizi ibu hamil:
a)Pelayanan antenatal care (ANC) terpadu sesuai standar
b)Penerapan pola hidup sehat dan gizi seimbang
c)Higiene dan sanitasi perorangan dan lingkungan
d)Tidak merokok/ tidak terpapar asap rokok.

3. Peningkatan status gizi dan kesehatan, tumbuh kembang serta


kelangsungan hidup anak 
Strategi pemberian makan bayi dan anak yang dilakukan dengan praktik
“Standar Emas Makanan Bayi dan Anak” serta Pemantauan Tumbuh
Kembang dan Pola Asuh yang tepat.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 7


4. Penapisan massal untuk menemukan hambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada balita di tingkat masyarakat

Pemantauan pertumbuhan yang dilakukan terhadap:


BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB serta lingkar kepala
(LK) dan LiLA (6-59 bulan) DIPLOT PADA GRAFIK PERTUMBUHAN
dan DICATAT DALAM BUKU KIA agar diketahui status pertumbuhannya

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8


5. Perhatian khusus untuk bayi dan balita dengan faktor risiko kekurangan gizi:
a.Bayi yang lahir dari ibu KEK dan/atau ibu usia remaja, bayi prematur, BBLR,
kembar, lahir dengan kelainan bawaan.
b.Balita dengan infeksi kronis atau akut berulang dan adanya sumber penularan
penyakit dari dalam/luar rumah.
c.Balita dari keluarga dengan status sosioekonomi kurang.
d.Balita berkebutuhan khusus.
e.Balita di lingkungan yang terkendala akses air bersih, dan/atau higiene dan
sanitasi yang buruk.
6. Dukungan program terkait
7. Dukungan lintas sektor
8. Perhatian khusus diberikan kepada baduta yang rentan mengalami gizi buruk.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 9


SUB POKOK BAHASAN 2

b. Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi <Usia 6


Bulan
Pencegahan jangka pendek adalah dengan melakukan IMD, memberikan
ASI Eksklusif, pemantauan pertumbuhan sejak awal kehidupan,
pemeriksaan neonatal esensial menggunakan MTBM (bayi muda 0-2 bulan)
dan pemeriksaan balita sakit menggunakan formulir MTBS.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 10


Faktor risiko gizi buruk bagi bayi < 6 bulan yang sering ditemukan antara lain:

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

01
Bayi lahir sebelum waktunya (preterm/prematur)

02
Penyakit dan kelainan bawaan

03
Pola asuh yang tidak menunjang proses tumbuh
kembang bayi dan gangguan kesehatan ibu setelah
04 melahirkan
Upaya pencegahan gizi buruk pada bayi usia < 6 bulan

upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dalam paket


pelayanan Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 12


SUB POKOK BAHASAN 3
c. Pencegahaan Gizi Buruk pada Balita 6-59 bulan:

01
Pencegahan Penyakit Infeksi
02
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 14
Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah kekurangan gizi pada balita 6-59
bulan:

Pembinaan secara aktif pada keluarga dan masyarakat


01 dengan edukasi tentang pola asuh yang benar pada anak

Pemanfaatan pelayanan kesehatan


02
Penapisan kekurangan gizi pada balita: Penimbangan
berkala dan pengukuran LILA
03
Pemantapan peran lintas sektor dalam memberikan
dukungan untuk mencegah kekurangan gizi pada balita
04
SUB POKOK BAHASAN 4

d. Pemantauan Pertumbuhan Balita


Prinsip pencegahan gizi buruk: menemukan kasus yang
berisiko mengalami gizi buruk

Penemuan balita dengan hambatan pertumbuhan sedini


mungkin di Posyandu atau fasilitas kesehatan primer.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 16


KESALAHAN MENILAI STATUS PERTUMBUHAN

Berat Badan Berat Badan


Bulan Lalu Bulan ini

DIBANDINGKAN

PENILAIAN KADER/ TENAGA


KESEHATAN

ASAL NAIK

17
1. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu, yang


disebabkan oleh bertambahnya jumlah sel dalam satu organ dan bertambah
besarnya suatu organ.

BB PB/TB LK

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 18


• Pertumbuhan berbeda dengan perkembangan.
- pertumbuhan terjadi pembesaran dan penambahan jumlah sel,
- perkembangan terjadi perubahan fungsi menjadi lebih sempurna

• Perkembangan dipengaruhi oleh pertumbuhan,


Anak yang mengalami gangguan pertumbuhan cenderung juga mengalami
gangguan perkembangan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 19


Dua tahun pertama kehidupan adalah periode
kritis bagi anak. Masa ini merupakan kesempatan
emas dalam memenuhi maupun memperbaiki
asupan nutrisi anak agar tercapai tumbuh
kembang yang optimal serta mencegah terjadi
masalah kesehatan di kemudian hari.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 20


Keterkaitan berbagai faktor risiko dan dampak
kekurangan gizi pada 1000 HPK

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21


2. Penyebab Hambatan Pertumbuhan (Growth Faltering)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 22


Kerangka
hubungan antara
faktor penyebab
kekurangan gizi
pada ibu dan anak

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 23


Faktor risiko terjadinya hambatan pertumbuhan:
Anak Ibu
 Berat bayi lahir rendah (BBLR)  Ibu dengan gangguan kesehatan,
 Kesulitan dalam proses menyusui termasuk kesehatan mental, yang
 Menderita sakit infeksi, baik akut atau dapat mempengaruhi pola asuh anak
kronik  Ibu remaja
 Kelainan kongenital.  Ibu yang terpapar asap rokok saat
 Terlambat memperkenalkan makanan hamil (perokok aktif atau pasif)
padat  Ibu pekerja
 Pemberian makan menurut umur yang
tidak adekuat (kuantitas dan kualitas)

Faktor ekonomi
 Akses ke fasilitas kesehatan yang sulit
 Kesehatan lingkungan dan praktek kebersihan diri yang tidak optimal.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 24
 3. Pemantauan pertumbuhan dan penentuan status gizi dengan indeks
antropometri

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 25


Indeks antropometri Kategori Nilai
BB/PB atau BB/TB Gizi Buruk Skor z <-3,0 SD
Gizi Kurang Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Gizi Baik Skor z -2,0 sampai dengan +1,0 SD
Risiko gizi lebih Skor >+1 sampai dengan +2,0 SD
Gizi Lebih (overweight) Skor >+2 sampai dengan +3,0 SD
Gemuk (Obese) Skor > +3,0 SD
     
PB/U atau TB/U Sangat Pendek Skor z <-3,0 SD
Pendek Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Normal Skor z -2,0 SD sampai dengan +3,0 SD
Tinggi Skor z > +3,0 SD
     
LiLA Gizi Buruk <11,5 cm
Gizi Kurang 11,5 – 12,4 cm
Gizi Baik ≥12,5 cm
     
Lingkar Kepala Sangat kecil Skor z <-3,0 SD
Kecil Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Normal Skor z ≥-2,0 SD sampai dengan ≤+2 SD
Sangat besar Skor z ≥-2,0 SD
     
BB/U   Berat badan sangat kurang Skor z <-3,0 SD
Berat badan kurang Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Berat badan normal Skor z -2,0 sampai dengan +1,0 SD 26
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
4. Pemantauan Pertumbuhan Balita dengan Menggunakan KMS dan Buku KIA

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 27


Balita yang tumbuh secara normal akan mengikuti jalur
pertumbuhannya, yang umumnya berada pada atau antara garis
standar deviasi +2 dan -2 (+2 hingga -2 SD)

Perhatikan kondisi-kondisi yang mengindikasikan adanya risiko atau telah


terjadi hambatan pertumbuhan, yaitu:
•Garis pertumbuhan balita keluar atau menyimpang dari jalurnya
•Garis pertumbuhan turun atau naik tajam
•Garis pertumbuhan mendatar, misalnya tidak terjadi kenaikan berat atau
panjang/tinggi badan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 28


Sangat penting untuk melihat situasi balita secara keseluruhan
pada saat menginterpretasi arah pertumbuhan di grafik
pertumbuhan.
Contoh:
•jika seorang balita mengalami penurunan berat badan saat sakit sebelumnya
dan pada saat pemantauan pertumbuhan berikut ditemukan kenaikan berat
badan cepat (tampak sebagai kenaikan yang tajam pada grafik pertumbuhan),
maka keadaan ini bisa jadi baik dan mengindikasikan adanya proses tumbuh
kejar (catch-up growth).
•jika saat pemantauan pertumbuhan balita gemuk ditemukan berat badan tidak
naik atau sedikit menurun dan garis pertumbuhan mengarah pada garis
median, maka ini mengindikasikan perlambatan pertumbuhan (catch-down)
yang diharapkan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 29


Garis Pertumbuhan Balita Keluar atau
Menyimpang dari Jalurnya

Garis pertumbuhan balita yang keluar atau menyimpang dari jalurnya mengindikasikan
adanya risiko hambatan pertumbuhan.

Garis pertumbuhan seorang balita diharapkan berada tidak jauh dari jalur SD yang sama
sejak dari awal.

Bila arah jalur pertumbuhan mendekati garis median, bisa jadi perubahan ini baik, namun jika
menjauhi garis median, maka kemungkinan besar mengindikasikan adanya masalah
hambatan pertumbuhan atau risiko terjadi hambatan pertumbuhan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30


Garis Pertumbuhan Balita keluar atau
menyimpang dari jalur pertumbuhannya
Grafik Pertumbuhan Berat Badan Laki-laki Menurut Umur (umur 0 – bulan)
• Jalur A menunjukkan arah
pertumbuhan balita yang cenderung
berada pada jalur +1 SD dan tidak
menunjukkan adanya risiko
hambatan pertumbuhan

• Jalur B, arah pertumbuhan balita


menyimpang dari jalur pertumbuhan
yang diharapkan. Walaupun garis
pertumbuhan masih median dan -1
SD, namun jalur pertumbuhan balita
ini mengarah ke SD dibawahnya.
Sehingga dapat disimpulkan
berdasarkan arah pertumbuhannya,
maka balita ini mengalami
hambatan pertumbuhan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31


Garis Pertumbuhan Balita Keluar atau
Menyimpang dariJalur Pertumbuhannya

• menunjukkan garis
pertumbuhan panjang
badan menurut umur
(PB/U) yang
menyimpang/ keluar dari
jalur pertumbuhan dan
memotong standar
deviasi dibawahnya

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 32


Garis Pertumbuhan Turun atau Naik Tajam
Perlu mendapat perhatian
•Jika balita baru sembuh dari sakit atau menderita kekurangan gizi, maka
pada saat terapi gizi diharapkan terjadi tumbuh kejar (catch-up growth)
yang terlihat dengan kenaikan tajam berat badan balita.
•Bila bukan karena tumbuh kejar, maka tidak diharapkan adanya kenaikan
berat badan yang tajam. Kenaikan tajam dari jalur pertumbuhan dapat
disebabkan karena perubahan pola pemberian makan yang akan
meningkatkan risiko balita gemuk

•Pada balita dengan kenaikan berat badan yang tajam, perlu dilihat juga
tinggi badannya. Jika kenaikan hanya terjadi pada berat badan tanpa disertai
kenaikan tinggi badan, maka ini menjadi masalah pertumbuhan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 33
Penurunan garis pertumbuhan berat badan yang tajam untuk balita dengan
status gizi baik atau kurang gizi harus segera diperiksa dan ditangani.
Bahkan pada balita gemuk, tidak seharusnya terjadi penurunan berat badan
yang tajam.
 

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 34


Garis Pertumbuhan Turun atau Naik Tajam
Contoh:
Gambar ini memberikan ilustrasi balita
yang mengalami penurunan berat
badan drastis karena diare pada umur
antara 2 – 3 bulan, sehingga pada
saat pemantauan berat badan pada
umur 3 bulan, arah garis pertumbuhan
berat badan menurun tajam (Titik A).
Setelah proses pemulihan dan
pemberian makan sesuai untuk balita
sakit, maka terjadi tumbuh kejar
(catch up growth) yang ditandai
dengan arah garis pertumbuhan yang
naik tajam (Titik B).
35
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Garis Pertumbuhan Mendatar
Adanya masalah hambatan pertumbuhan.

BB balita tetap, tinggi dan umur balita bertambah  kemungkinan besar


mengalami masalah pertumbuhan.

Bila TB balita tetap sama selama periode waktu, maka balita tidak bertumbuh.

Pengecualian bila balita gemuk atau obese mampu mempertahankan berat


badannya yang sama untuk beberapa waktu hingga mencapai berat badan
menurut panjang/tinggi badan yang lebih baik .

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 36


Garis Pertumbuhan Mendatar
Grafik Pertumbuhan Berat Badan Perempuan Menurut Umur
(umur 0 – bulan)

Titik B: BB naik tapi tidak optimal.


Titik C: BB tidak mengalami
kenaikan.
Pada kondisi seperti ini,
D
E F G walaupun BB/U balita masih
A
B berada di antara median dan -1
SD, bayi ini tetapi mengalami
C
masalah pertumbuhan dan harus
dicari penyebab masalahnya dan
melakukan penanganan yang
tepat. 
Umur (Bln)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 37
Grafik Berat Badan Perempuan Menurut Umur (0 – bulan)
Grafik Panjang Badan Perempuan Menurut Umur (6 – bulan)
3

2
0
• Pada umur 8 bulan, terjadi
Berat Badan (kg)

-1 0
pernurunan berat badan yang tajam
Berat Badan (kg)

-2 karena diare sehingga arah


-2
-3
-3
pertumbuhan berat badan menurut
umur menyimpang dari jalurnya dan
menjauh dari garis median.
• Arah pertumbuhan panjang badan
Umur (Bulan)

Umur (Bulan)
menurut umur juga mulai
menyimpang dari jalurnya.
Grafik Berat Badan Perempuan Menurut Panjang Badan (0 – bulan)
2 • Bila balita ini tidak mendapatkan
1
penangganan yang tepat (termasuk
0

-1
tepat waktu), maka arah jalur
-2 pertumbuhan panjang badan
Berat Badan (kg)

-3
menurut umur akan semakin
menjauhi garis median dan balita
akan menjadi pendek (stunting).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 38


Panjang Badan (cm)
Contoh Lain

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 39


Contoh disamping menggambarkan
status pertumbuhan berdasarkan grafik
pertumbuhan anak dalam KMS:
a.TIDAK NAIK (T); grafik berat badan
memotong garis pertumbuhan
dibawahnya; kenaikan berat badan <
KBM (<800 g)
b.NAIK (N), grafik berat badan
memotong garis pertumbuhan diatasnya;
kenaikan berat badan > KBM (>900 g)
c.NAIK (N), grafik berat badan
mengikuti garis pertumbuhannya;
kenaikan berat badan > KBM (>500 g)
d.TIDAK NAIK (T), grafik berat badan
mendatar; kenaikan berat badan < KBM
(<400 g)
e.TIDAK NAIK (T), grafik berat badan
menurun; grafik berat badan < KBM
(<300 g)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 41
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42
indikasi hambatan pertumbuhan atau risiko terjadinya hambatan
pertumbuhan

RUJUK ke
Layanan Kesehatan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 43


SUB POKOK BAHASAN 5
e. Tindak Lanjut Balita Berisiko Gizi Buruk
1. Bayi < 6 bulan
a. Lakukan pemeriksaan semua indikator pertumbuhan, yaitu BB/U, PB/U,
BB/PB dan LK/U
b. Lakukan penilaian proses menyusui atau pemberian ASI, serta status gizi
dan asupan makan ibu. Lakukan juga penilaian pemberian ASI saat bayi
sakit (bila ada riwayat bayi sakit).
c. Lakukan penilaian riwayat imunisasi dan riwayat kesehatan lain, termasuk
penyakit yang diderita.
d. Lakukan juga penilaian faktor risiko lain.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 44


Tindak lanjut sesuai dengan kondisi yang ditemukan, seperti:
• Konseling menyusui
• Konseling gizi bagi ibu menyusui.
• Rujukan ke program kesehatan terkait, misalnya imunisasi
• Konseling stimulasi tumbuh kembang
• Tatalaksana gizi buruk (bagi balita yang teridentifikasi gizi buruk)
• Bila ada penyakit atau faktor risiko maka lakukan tatalaksana penyakit
atau faktor risiko sesuai standar.
• Pantau perbaikan masalah pertumbuhan tiap 2 minggu, hingga masalah
teratasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 45


2. Balita 6 - 59 bulan

a) Lakukan pemeriksaan semua indikator pertumbuhan, yaitu BB/U, PB/U


atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, LK/U, LiLA
b) Lakukan penilaian asupan makan dan pola pemberian makan menurut
umur, termasuk pola pemberian makan saat balita sakit (bila ada riwayat
balita sakit).
c) Lakukan penilaian riwayat imunisasi dan riwayat kesehatan lain, termasuk
penyakit yang diderita.
d) Lakukan juga penilaian faktor risiko lain.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 46


e) Tindak lanjut:
• Konseling pemberian makan bayi dan anak
• Rujukan ke program kesehatan terkait, misalnya imunisasi, pemberian
vitamin A dan obat cacing (untuk balita ≥12 bulan)
• Konseling stimulasi tumbuh kembang
• Tatalaksana gizi buruk (bagi balita yang teridentifikasi gizi buruk)
• Pemberian PMT untuk balita gizi kurang (bila tersedia).
• Bila ada penyakit atau faktor risiko maka lakukan tatalaksana penyakit
atau faktor risiko sesuai standar.
• Pantau perbaikan masalah pertumbuhan tiap 2 minggu, hingga
masalah teratasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47


Evaluasi Pembelajaran

• Peserta melaksanakan penugasan berupa latihan kasus secara


berkelompok. Panduan latihan kasus dapat dilihat pada Lampiran
2.1.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48


POKOK BAHASAN 2

PENEMUAN DINI GIZI BURUK PADA BALITA

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 49


SUB POKOK BAHASAN 1

Penentuan Status Gizi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50


Menentukan Status Gizi Berdasarkan Antropometri

• Menggunakan indeks PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, IMT/U, dan LiLA.
• Untuk menentukan kurang gizi yang saat ini terjadi (akut), indeks
antropometri yang digunakan adalah BB/PB atau BB/TB dan LiLA.
• Dalam menentukan status gizi balita berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB
dapat menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) yang ada di buku KIA
atau tabel antropometri, yang berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan.
• Alat antropometri yang dibutuhkan adalah alat timbang berat badan, alat ukur
panjang atau tinggi badan dan alat ukur lingkar lengan atas.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 51


Hal-hal yang penting untuk diperhatikan:
• Semua alat harus diperiksa dan dikalibrasi secara berkala.
• Alat timbang berat badan:
– Untuk bayi, gunakan timbangan bayi dengan ketepatan 10
gram. Umumnya alat timbang bayi mampu menimbang hingga
10 kg, namun ada beberapa alat timbang bayi yang mampu
menimbang hingga berat 20 kg.
– Untuk balita, gunakan timbangan dengan ketepatan 100 gram.
• Alat ukur panjang atau tinggi badan dengan ketepatan 0,1 cm.
• Pita ukur lingkar lengan atas balita dengan ketepatan 0,1 cm.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Hal-hal yang penting untuk diperhatikan:

•Untuk cara pengukuran, pastikan:


̶Selalu mengikuti protokol pengukuran.
̶Berikan petunjuk kepada ibu/pengasuh dan/atau balita yang akan
diukur dengan jelas dan ramah.
̶Untuk keamanan, pastikan pengukur tidak memegang pensil atau
pena saat memegang atau mengukur balita, kecuali untuk memberi
tanda pada lengan saat pengukuran LiLA.
̶Ukur balita satu per satu.
̶Catat hasil pengukuran dengan hati-hati. Pastikan penulisan angka
yang jelas.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 53


Cara Menghitung Umur

• Umur anak perlu diketahui secara pasti. Ada beberapa cara untuk
menentukan umur anak, antara lain dengan menghitung selisih antara
tanggal lahir dan tanggal kunjungan.
• Jika ibu tidak tahu pasti kapan anak dilahirkan, perkirakan umur anak dengan
menghubungkan terhadap peristiwa penting (bulan puasa, lebaran, natal
atau hari kemerdekaan), dapat juga menggunakan kalender lokal.
• Umur anak dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur dianggap 1 bulan
apabila telah genap 30 hari. Contoh:
- umur 25 hari = 0 bulan
- umur 5 bulan 14 hari = 5 bulan
- umur 5 bulan 29 hari = 5 bulan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 54


Langkah Menghitung Umur Anak

 Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya 5
April 2016, ditulis 05-04-2016
 Tulis tanggal kunjungan, misalnya 19 September 2018, ditulis 19-09-2018
 Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal
lahir, misalnya:
 
Tanggal kunjungan 19 09 2018
Tanggal lahir 05 04 2016 -
14 05 2
= 2 tahun 5 bulan 14 hari
 
 Jadi umur anak dibulatkan menjadi 24 bulan + 5 bulan = 29 bulan
Sisa hari tidak diperhitungkan
Contoh lain :
Tanggal kunjungan 05 04 2018
Tanggal lahir 19 09 2017

Untuk menghindarkan hasil pengurangan minus, lakukan sebagai berikut:

Tanggal kunjungan 05 04 2018


(05+30) (04-1)+12 (2018-1)
35 15 2017
Tanggal lahir 19 09 2017 -

16 06 0
= 6 bulan 16 hari
 
Umur anak dibulatkan menjadi 6 bulan. Sisa hari tidak diperhitungkan
 
Cara Menimbang Berat Badan Balita

57
JENIS
TIMBANGAN
 Menggunakan Timbangan Bayi (“Baby Scale”):
• Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar
• Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol

• Timbang bayi dengan pakaian minim/telanjang


• Baca dan catat berat badan anak sesuai dengan angka yang ditunjuk
oleh jarum timbang

59
 Menggunakan Dacin (25 kg):
• Gantung dacin pada tempat yang kokoh seperti penyangga kaki tiga atau pelana
rumah atau kosen pintu atau dahan pohon yang kuat.
• Atur posisi batang dacin sejajar mata penimbang
• Pastikan bandul geser berada pada angka NOL dan posisi paku tegak lurus
• Pasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang yang kosong pada dacin
• Setimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik berisikan pasir/batu diujung
batang dacin, sampai kedua paku tegak lurus. Gunakan tali pengaman pada ujung
skala tempat bandul geser berada.
• Masukkan balita kedalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin
dan geser bandul sampai paku tegak lurus
• Baca berat badan balita dengan melihat angka diujung bandul geser
• Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons
• Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/celana/kotak
timbang 60
Batang dacin tidak
datar (seimbang)

Bandul penyeimbang
tidak dipasang

Sarung timbang Anak langsung ditimbang


sudah dipasang  berat badan anak lebih
berat dari sebenarnya

MEMASANG DACIN YANG SALAH

61
Sumber: Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI, 2006
• Bila tersedia dapat digunakan timbangan digital (elektronik) atau Tared
Scale (Uniscale). Bila tidak ada, dapat menggunakan timbangan bayi
(baby scale), dacin atau die-cast beam (spt detecto).

• Timbangan kamar mandi dan timbangan gantung yang menggunakan


pegas tidak direkomendasikan karena hasilnya kurang akurat.

62
 Menggunakan die-cast beam (spt Detecto):
• Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar
• Pastikan posisi bandul pada angka NOL dan jarum dalam keadaan
setimbang
• Posisikan anak pada timbangan
• Geser bandul sesuai berat balita sampai posisi jarum setimbang. Baca
dan catat berat badan anak.
• Jika anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bisa diam,
maka perlu ditimbang dengan ibunya. Berat badan anak didapat dengan
mengurangi hasil penimbangan ibu bersama anak dengan berat badan
ibu saja.
Cara Mengukur Panjang Badan/Tinggi Badan
Anak < 2 tahun
•Pengukuran dilakukan telentang
•Jika diukur tinnginya (berdiri) maka ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi
menjadi panjang badan

Anak ≥ 2 tahun dan anak sudah mampu berdiri tegak


•Pengukuran dilakukan berdiri tegak
•Jika diukur panjangnya (telentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi
menjadi tinggi badan.

Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukur
panjang badan (infantometer/stadiometer) dengan kriteria kuat/tahan lama,
presisi sampai 0,1 cm, sudah dikalibrasi dan memiliki Standar Nasional Indonesia
(SNI). Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 64
CARA MENGUKUR TINGGI/PANJANG BADAN

Kunci pengait berada di samping papan pengukur


Posisi balita dan pengukur Posisi tangan asisten pengukur (memegang
telinga) dan posisi kepala

Posisi pengukur yang benar (mata tegak lurus Posisi kaki yang benar, telapak kaki menempel tegak lurus
ke jendela baca alat pengukur) pada papan penggeser
CARA MENGUKUR
TINGGI BADAN PADA ANAK

Posisi microtoise di lantai Posisi microtoise setelah ditarik sampai


menunjukkan angka nol

Posisi microtoise yang siap pakai


CARA MENGUKUR
TINGGI BADAN PADA ANAK

68
Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)

•Dilakukan pada balita umur 6-59 bulan


•Menggunakan pita LiLA balita
•Pastikan pita LiLA tidak sobek, lusuh, lembab atau angka tidak
terbaca/kabur.

Pita LiLA Balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 69


LILA anak 6-59 bulan

• Selalu mengukur lengan kiri


• Buka pakaian pada lengan kiri
• Tekuk siku
• Cari puncak bahu [1] [2]
• Cari ujung siku [3]

70
LILA anak 6-59 bulan

 Taruh benang pada puncak bahu [4] hingga ujung


siku [5]
 Ukur panjang lengan atas
 lipat benang menjadi dua dan temukan ujung
benang di ujung puncak bahu untuk menentukan
titik tengah lengan
 Tandai titik tengah pada kulit menggunakan
bolpen [6]

71
LILA anak 6-59 bulan
• Luruskan lengan anak: tangan harus santai, sejajar dengan
badan
• Lingkarkan pita LILA di titik tengah yang sudah ditandai.
Pastikan pita menempel rata di sekeliling kulit, tidak terlalu
ketat [8] atau terlalu longgar [9]
• Ukur hingga ke angka 0.1 cm terdekat [10]
Warna Batas Status
≥12.5 cm Normal

11.5 - 12.4 cm Kurus


<11.5 cm Sangat Kurus

72
Menentukan Status Gizi Menggunakan GPA dan
Tabel Standar Antropometri
 Grafik Pertumbuhan Anak (GPA)
• Dalam Buku KIA terdiri dari 8 macam grafik yang dibedakan berdasarkan jenis
kelamin untuk anak umur 0-2 tahun dan umur 2-5 tahun.
• Untuk tiap kelompok umur terdiri dari 4 macam grafik yaitu BB/U, PB/U atau TB/U,
BB/PB atau BB/TB, dan IMT/U.
• Hasil pengukuran akan diplot pada garis grafik untuk setiap indikator pertumbuhan.
• Pada saat memplot di grafik, umur anak diplot pada bulan penuh.
• Angka panjang/tinggi badan dibulatkan menjadi angka tanpa desimal yang terdekat,
misalnya 0,1 s.d 0,4 dibulatkan ke bawah, sedangkan ≥ 0,5 dibulatkan ke atas.
• Tentukan status gizi berdasarkan tabel Indikator Pertumbuhan.
• Bila hasil ploting tepat pada garis Z-score, maka dianggap masuk pada kategori yang
lebih ringan. Sebagai contoh, BB/U tepat pada garis -3, dianggap berat badan kurang
dan bukan berat badan sangat kurang.
Tabel Standar Antropometri
Penentuan status gizi dapat juga menggunakan tabel standar antropometri
yang dibedakan untuk anak laki-laki dan perempuan, antara lain menurut
BB/PB atau BB/TB berdasarkan standar WHO-2005.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 74


Contoh Penentuan Status Gizi
Sebagai contoh menentukan
status gizi anak laki-laki berusia
3 bulan dengan PB 52,5 cm dan
BB 3,0 kg menggunakan
standar WHO-2005.

Dengan mencari PB anak,


kemudian tarik ke arah berat
badan yang sesuai, kemudian
tentukan standar deviasinya
dengan menarik garis diatas berat
badan anak. Anak ini berada pada
-3SD untuk BB/PB nya.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 75


Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
dengan Indeks Antropometri

Indeks antropometri yang digunakan yaitu:


a.Berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)
Gizi kurang : -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Gizi buruk : <-3,0 SD
b.Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Gizi kurang : 11,5 – 12,4 cm
Gizi buruk : <11,5 cm

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 76


Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
berdasarkan Gejala Klinis
Edema bilateral karena kurang gizi akut mempunyai ciri-ciri:
• Bilateral (ada pada kedua sisi tubuh misal kedua telapak kaki,
kedua tungkai, kedua lengan)
• Mulai dari kedua telapak kaki. Bila semakin berat maka edema
akan juga mengenai kedua tungkai, lengan dan muka. Jika edema
hanya di tungkai atau lengan atau muka, maka edema ini bukan
karena kurang gizi akut
• Tidak sakit ketika ditekan.
• Tidak ada perubahan dalam sehari (misal tidak memburuk di
malam hari dibandingkan pagi hari).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 77


Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
berdasarkan Gejala Klinis

Cara pemeriksaan edema bilateral:


•Lakukan pemeriksaan di kedua sisi tubuh, misal
kedua telapak kaki atau kedua tungkai.
•Tekan lembut dengan kedua ibu jari pada bagian
punggung telapak kaki, bagian bawah kaki atau
tungkai dan hitung hingga tiga detik
•Angkat ibu jari.
•Jika lekukan bekas tekanan tertinggal pada kedua
kaki/ tungkai, ini menunjukan pasien memiliki Tekanselama Bekas
edema. 3 detik tertinggal
•Bekas tekanan mungkin lebih mudah dirasakan
daripada yang terlihat.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 78
Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
berdasarkan Gejala Klinis
Klasifikasi edema bilateral

Derajat Deskripsi
Ringan Edema hanya dikedua punggung
(+) kaki
Sedang (+ Edema dikedua punggung kaki dan
+) tungkai bawah (dan/atau
tangan/lengan bawah)
Berat (++ Edema meluas di seluruh bagian
+) tubuh (edema anasarka)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 79
SUB POKOK BAHASAN 2
Langkah-langkah Penemuan Dini Gizi Buruk pada
Balita Gizi Buruk di Masyarakat
Bila diperlukan dapat dilakukan
sweeping agar cakupan
penimbangan mencapai 100%.
Hal ini dapat dilakukan oleh
kader dan semua komponen
masyarakat lainnya.

Meningkatkan Pengukuran LiLA


akses balita untuk pada anak usia 6-59
ditimbang setiap bulan di tempat
bulan melalui penimbangan bulanan
berbagai titik
penimbangan
Alur Penapisan Balita Gizi Buruk/ Kurang dan
Jenis Layanan yang Diperlukan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 81


Pendekatan Penemuan Balita Berisiko Kekurangan Gizi
Oleh Masyarakat
Penemuan dini kasus berisiko kekurangan gizi akut dengan:
•Pengukuran LiLA (balita 6 – 59 bulan)
•Identifikasi balita dengan hambatan pertumbuhan
•Pemeriksaan edema bilateral.
•Mengenali balita yang kurus.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 83


Balita berisiko gizi kurang atau gizi buruk yang perlu dirujuk adalah:
•Balita (6 – 59 bulan) dengan LiLA kuning (11,5 - <12,5 cm) dan merah (<11,5
cm).
•Balita yang mengalami hambatan pertumbuhan (seperti yang dijelaskan di
atas).
•Balita dengan edema bilateral.
•Balita yang tampak kurus.
•Bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkab karena
faktor bayi maupun faktor ibu.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 84


Penjelasan yang diberikan kepada keluarga bila balita perlu dirujuk
sebagai berikut:
•Balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk dapat menjalani rawat
jalan bila: tanpa komplikasi; nafsu makan baik; dan keluarga mampu
merawat balita tersebut dengan bimbingan tenaga kesehatan (petugas
gizi/bidan/perawat).
•Balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk menjalani rawat inap bila:
BB kurang dari 4 kg; ada komplikasi; nafsu makan buruk; dan keluarga
tidak mampu merawat dengan baik.
•Semua bayi usia kurang dari 6 bulan dengan indeks BB/PB kurang
dari -3 SD menjalani rawat inap.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 85


Evaluasi Pembelajaran

Peserta melaksanakan 2 penugasan berupa latihan kasus secara


berkelompok dan praktik antropometri secara berkelompok untuk
mendapatkan pengalaman belajar melakukan pemantauan
pertumbuhan, melakukan interpretasi status gizi dan penemuan dini
kasus gizi buruk dengan mendatangkan anak balita ke tempat
pelatihan. Panduan latihan kasus dan praktik antropometri dapat
dilihat pada Lampiran 2.1.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 86


Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 87

Anda mungkin juga menyukai