PASCA ”KEMBALI KE KHITTAH” 1926 { Landasan berfikir, bersikap, dan bertindak warga Nahdlatul Ulama Visi Nahdlatul Ulama
Berlakunya ajaran Islam yang berhaluan
Ahlussunnah wal Jamaah dan menganut salah satu empat mazhab untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
(Muktamar Donohudan, Boyolali tahun 2004)
SEJARAH KEMBALINYA NU KE KHITTAH 1926
Sejarah kembalinya NU ke khittah 1926 dimulai
dengan gagasan rumusan khittah pada tahun 1975, dilanjutkan tersusunnya rintisan Khittah Nahdliyyah oleh Kyai Ahmad Shiddiq pada tahun 1979. Estafet berlanjut pada Munas Alim Ulama di Situbondo pada tahun 1983 yang dipimpin Rais Aam K.H. Ali Maksum dan akhirnya pada muktamar ke-27 tahun 1984 tersusunlah “Khittah Nahdlatul Ulama”. Dengan demikian NU kembali menjadi jam’iyyah diniyah ijtimaiyyah. KEPUTUSAN MUKTAMAR NU XXVII DI SITUBONDO 1) KEPUTUSAN MUKTAMAR XXVII 2) MUKADDIMAH 3) PENGERTIAN 4) DASAR DASAR FAHAM KEAGAMAAN NU 5) SIKAP KEMASYARAKATAN NU 6) PERILAKU KEAGAMAAN DAN KEMASYARAKATAN 7) BEBERAPA IKHTIYAR 8) FUNGSI ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN ULAMA 9) NU DAN KEHIDUPAN BERNEGARA 10) KHATIMAH PERJUANGAN NU DALAM MENEGAKKAN ISLAM DI INDONESIA.
Perjuangan NU dalam menegakkan Islam di
Indonesia tertuang dalam misi di bidang agama, pendidikan, sosial, ekonomi dan pengembangan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat guna terwujudnya khaira ummah. KAIDAH USHULIYYAH DAN KAIDAH FIQHIYAH Kaidah ushuliyyah merupakan gabungan dari kata qaidah dan ushuliyyah. Kaidah berasal dari kata qaidah, yang artinya patokan, pedoman, dan titik tolak, dan ada pula yang mengartikan dengan peraturan. Sedangkan bentuk jamak dari qaidah adalah qawa’id. Adapun ushuliyyah berasal dari kata al-ashl, yang artinya pokok, dasar, atau dalil sebagai landasan. Dengan demikian, kaidah ushuliyyah merupakan sejumlah peraturan pokok yang digunakan oleh ulama Nahdlatul Ulama untuk menggali dalil-dalil syara’ sehingga di dapatkan hukum syara’ dari dalil-dalil tersebut. Kaidah ushuliyyah disebut jugasebagai kaidah istinbathiyah atau ada juga yang menyebut sebagai kaidah lughawiyah. Kaidah fiqhiyah berasal dari dua kata yakni qa’idah dan fiqhiyyah. Qa’idah yang jamaknya qawa’id menurut bahasa berarti dasar atau asas. Kata fiqhiyyah berasal dari kata fiqh, yang berarti faham, yang menurut istilah berarti kumpulan hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf, yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang terperinci. Kaidah ini merupakan cabang dari kaidah ushuliyyah yang dijadikan pedoman dasar dalam ilmu fikih yang menjadi prinsip dan selalu dipegang oleh kaum nahdliyyin. HUBUNGAN KAIDAH USHULIYYAH DENGAN KAIDAH FIQHIYYAH
Kaidah ushuliyyah dan kaidah fiqhiyah memiliki perbedaan
diantara keduanya. Meskipun demikian, keduanya tidak akan bisa dipisahkan karena ilmu kaidah-kaidah ushuliyyah merupakan bagian dari ilmu fiqhiyah. Hubungan antara keduanya adalah hubungan antara umum dan khusus. Dengan demikian, kaidah fiqhiyyah mempunyai pembahasan yang lebih luas tetapi tidak terlepas dari nilai-nilai ushuliyyah. Kaidah fiqhiyyah mencakup ranah yang lebih khusus terhadap peristiwa yang terjadi di kalangan umat.