Anda di halaman 1dari 41

SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH


TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI POKOK ORGAN GERAK
MANUSIA SISWA KELAS V SD 5 KLUMPIT

OLEH :
HANIK NURISA (201933049)
NUR ARIFIYAH NINGRUM (201933088)
DESMA CANDRASARI (201933087)
UZLIFATUN NI'MAH (201933088)
SITI NUR ZULIANI (201933139)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

G. Ruang Lingkup

H. Definisi Operasional
LATAR
BELAKANG
MASALAH
Proses pembelajaran kurang mencapai tujuan dengan
maksimal. Penggunaan model, dan pemanfaatan media
pembelajaran yang kurang maksimal menjadi salah satu
penyebab kurang tercapainya tujuan pembelajaran
secara maksimal
Pemahaman siswa terhadap materi mata pelajaran IPA
masih kurang. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian
siswa kelas V SD 5 Klumpit belum maksimal. Berdasarkan
pengamatan di lapangan Penggunaan model pembelajaran
inovatif dan belum diterapkan. Dan mengakibatklan
Kurang optimalnya hasil belajar.
Dengan kemajuan dalam dunia pendidikan, pola-pola dasar modern mulai
dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga terdapat model-
model pembelajaran yang baru, salah satunya yaitu model pembelajaraan
kooperatif tipe make a match. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perencanaan menggunakan
model kooperatif tipe make a match dengan judul "Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPA
Pada Materi Organ Gerak Manusia Siswa Kelas V SD -------"
IDENTIFIKASI MASALAH
Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal
tersebut terlihat ketika proses pembelajaran menggunakan
01 metode konvensional masih banyak siswa yang tidak berani
berpendapat saat diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya.
Model pembelajaran yang
03 digunakan guru cenderung
monoton dan kurang variatif,
sehingga siswa merasa bosan
Kurangnya penggunaan dalam mengikuti pembelajaran.
02 media pembelajaran
yang digunakan guru
Hasil belajar siswa dari
pelajaran tematik masih
04 rendah. Hal tersebut
terlihat dari nilai
ulangan harian siswa.
• Pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe make a match pada
pembelajaran tematik terintegrasi tema
organ gerak hewan dan manusia
subtema manusia dan lingkungan siswa
kelas V SD 5 Klumpit

• Hasil belajar tematik terintegrasi yang


meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik pada tema organ gerak
hewan dan manusia subtema subtema
manusia dan lingkungan siswa kelas V
SD 5 Klumpit PEMBATASAN
MASALAH
Rumusan Masalah

"Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make A


Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi
organ gerak manusia tema organ gerak hewan dan
manusia subtema manusia dan lingkungan siswa kelas V
SD 5 Klumpit?"
Tujuan Manfaat
Untuk mengetahui • Manfaat bagi siswa, tingkat
Pengaruh Model kesulitan belajar siswa dengan
Pembelajaran Kooperatif harapan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
tipe make a match pada • Manfaat bagi guru, sebagai
hasil belajar IPA pada materi sarana guru untuk meningkatkan
organ gerak manusia tema hasil belajar IPA pada materi
organ gerak hewan dan pokok, sesuai dengan kompetensi
manusia subtema manusia yang harus dicapai dalam
dan lingkungan siswa kelas pembelajaran.
V SD 5 Klumpit Apakah • Manfaat bagi sekolah, sebagai
model pembelajaran informasi untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan citra sekolah
kooperatif tipe Make A
di masyarakat sebagai sekolah
Match dapat meningkatkan yang terakreditasi baik schingga
hasil belajar IPA pada materi masyarakat simpati sebagai
tersebut. lembaga pendidikan yang
dipereaya untuk meningkatkan
pendidikan di lingkungannya
.
Ruang
• InfographicLingkup
Style
• IPA materi organ gerak
manusia tema organ gerak
hewan dan manusia subtema
manusia dan lingkungan siswa
kelas V SD siswa kelas V SD 5
Klumpit
• Hasil belajar yang mencakup
ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik pada
pembelajaran IPA materi
organ gerak manusia tema
organ gerak hewan dan
manusia subtema manusia dan
lingkungan siswa kelas V SD 5
Klumpit
Definisi Operasional

Model pembelajaran kooperatif Hasil Belajar IPA adalah perubahan


tipe make a match adalah sebuah perilaku seseorang yang mencakup
model pembelajaran yang bersifat ranah kognitif, afektif, dan
kerjasama, menuntut siswa untuk psikomotorik ke arah kedewasaan
bertanggung jawab sesuai setelah mengikuti proses belajar
dengan tugasnya masing-masing IPA.
untuk menemukan pasangannya.
BAB 2 KAJIAN TEORI
A. ORGAN GERAK MANUSIA

B. MODEL PEMBELAJARAN
MAKE A MATCH
C. HASIL BELAJAR

D. KAJIAN PENELITIAN
SEBELUMNYA

E. KERANGKA BERFIKIR

F. HIPOTESIS
A. ORGAN GERAK MANUSIA
Gerak dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh makluk hidup yang
merupakan bentuk tanggapan terhadap rangsangan dan lingkungannya pada manusia, gerak
dilakukan oleh tulang-tulang yang disusun menjadi sebuah rangka, dan tentunya gerak
rangka tersebut mendapat kekuatan dari otot (Abtokhi, 2008: 2).
• Tulang Sebagai Organ Gerak Manusia
• Otot Sebagai Organ Gerak Manusia

B. MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH


Komalasari mengungkapkan bahwa model make a match merupakan model
pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau
pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas waktu
yang ditentukan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan motivasi belajar anak,
karena model pembelajaran ini mengandung unsur permainan yang membuat anak senang.

C. HASIL BELAJAR
Menurut Hamalik hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu. Pengertian hasil belajar
merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau
pengukuran hasil belajar
KAJIAN
PENELITIAN
SEBELUMNYA
Febriana (2011) dalam penelitiannya
yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD
N Kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang, menyimpulan bahwa
proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe make a match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas
V SD N Kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang.
KERANGKA BERFIKIR
 
Hasil Belajar Rendah

Kondisi Awal Pembelajaran


Kelas Kontrol menggunakan model make
a match
Tindakan
Kelas Eksperimen Pembelajaran tanpa model
make a match

Hasil Belajar Meningkat


Kondisi Akhir
HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian masalah, di mana
rumusan penelitian masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,
2010: 96).

 
𝑯𝑶  
𝑯𝑰
Model pembelajaran Metode Pembelajaran
kooperatif tipe make a kooperatif tipe make a
match tidak dapat match dapat
meningkatkan hasil meningkatkan hasil
belajar IPA pada pokok belajar IPA pada pokok
materi organ gerak materi organ gerak
manusia siswa kelas V manusia siswa kelas V
SD Negeri_______ SD Negeri_______
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN

B. POPULASI
C. SAMPLE

D. SAMPLING

E. VARIABLE PENELITIAN

F. TEKNIK PENGUMPULAN
DATA

G. INSTRUMEN PENELITIAN
H. TEKNIK ANALISIS DATA
Desain Penelitian
Penelitian ini, peneliti menggunakan
design Pretest-Posttest Control Group
Design, dalam desain ini terdapat dua
kelompok yang dipilih, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui
keadaan awal adakah perbedaan
antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hasil pretest yang
baik bila nilai kelompok eksperimen
tidak berbeda secara signifikan.
Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1)
– (O4 – O3). Menurut Sugiyono (2010:
112-113), pola Pretest-posttest control
group design adalah sebagai berikut:
 E :  X 
K:  Y 
 
Keterangan :

X= Perlakuan untuk kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Y= Perlakuan untuk kelas kelompok control menggunakan metode konvensional dengan ceramah
= Pretest untuk kelompok eksperimen untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol

 
=Posttest untuk kelompok eksperimen setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model make a match
= Pretest untuk kelompok kontrol untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol
= Posttest untuk kelompok kontrol setelah mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan pembelajaran model make
a match
E= Kelas eksperimen yang dipilih secara random
K= Kelas kontrol yang dipilih secara random
B
POPULASI
Populasi adalah
keseluruhan dari sasaran
D
SAMPLING
Pada penelitian ini
penelitian (Soegeng, 2006: menggunakan teknik
70).

Populasi dalam penelitian


CSAMPLE

Sampel dalam
sampling cluster random
sampling dengan
menggunakan dua kelas
ini adalah keseluruhan penelitian ini siswa sebagai sampel. Kelas VA
siswa kelas V SD 5 kelas V SD 5 sebagai kelas eksperimen
Klumpit Tahun Pelajaran Klumpit Tahun yang dikenai model
2020/2021 Pelajaran 2020/2021 pembelajaran kooperatif
yaitu kelas VA dan tipe make a match dan
VB. kelas VB sebagai kelas
kontrol yang dikenai
pembelajaran konvensional
VARIABLE PENELITIAN
Variabel terikat Y
Variabel bebas (X)
Variabel terikat dalam penelitian ini
berupa hasil pembelajaran siswa, ada Variabel bebas dalam penelitian ini
dua variabel terikat dalam penelitian berupa metode pembelajaran, yaitu:
ini yaitu:
X: Pembelajaran menggunakan model
Y1: Hasil pembelajaran tematik pembelajaran kooperatif tipe make a
terintegrasi siswa yang dikenai model match.
pembelajaran kooperatif tipe make a
match.
Y2: Hasil pembelajaran tematik
terintegrasi siswa yang dikenai
pembelajaran tanpa menggunakan
model pembelajaran kooperatif tepe
make a match.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dokumentasi 01 02 Observasi

Metode ini digunakan untuk Metode ini untuk mengamati


memperoleh data nama- pembelajaran pada kelas
nama siswa yang akan eksperimen dan kontrol.
diambil sampel dalam Pengamatan ini
penelitian ini dan juga untuk menggunakan lembar
memperoleh data ulangan observasi untuk mengetahui
siswa pokok bahasan pembelajaran di kelas.
sebelumnya yang bertujuan
untuk menguji normalitas
dan homogenitas sampel.
03
Tes
Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses
pembelajaran. Tes yang digunakan adalah tes objektif (pilihan ganda).
Instrumen Penelitian
Metode Uji coba
penyusunan perangkat Observasi
Tes perangkat tes tes
Dokumentasi

PILIHAN Langkah- • Validitas Ditulis • Instrumen


GANDA langkah • Reliabilitas menggunakan Aspek Afektif
yang • Taraf catatan • Insruman
dilakukan kesukaran lapangan Aspek
dalam • Daya tertulis. Psikomotorik
penyusunan pembeda
perangkat
tes
TES
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen dalam bentuk tes tertulis untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa dan hasil belajar setelah pembelajaran. Instrumen
penelitiannya berupa soal pilihan ganda. Pembelajaran tematik
terintegrasi disampaikan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match, diharapkan hasil pembelajaran tematik
terintegrasi siswa akan meningkat mencapai diatas rata-rata.
Metode penyusunan perangkat tes
02 04
Menentukan alokasi waktu
Menentukan bentuk
untuk mengerjakan tes
butir soal
tersebut.

03
01 Menentukan bentuk
05
tes pilihan ganda.
Menentukan materi
yang akan diuji di dalam
tes Membuat kunci jawaban tes
X2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
Y 2

•Validitas
Uji Coba Perangkat Tes
Validitas merupakan ketepatan atau kejituan alat pengukur serta ketelitian, kesamaan atau ketepatan
pengukuran apa saja yang sebenarnya diukur.
Rumus Korelasi Product Moment
 𝒓
𝑵 ∑ 𝑿𝒀 − (∑ 𝑿 )( ∑ 𝒀 )
𝒙𝒚=¿ ¿
𝟐 𝟐
√ { 𝑵 ∑ 𝑿 −( ∑ 𝑿 ) }{ 𝑵 ∑ 𝒀 −( ∑ 𝒀 ) }
𝟐 𝟐
X2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
Y 2
Reliabilitas Uji Coba Perangkat Tes
Menurut Arikunto (2009: 86), “suatu tes dapat dikatakan mempunyai reabilitas/taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap”, jumlah soal ada 50 butir. Proses perhitungan reabilitas dengan Teknik Belah
Dua yang dapat dilakukan dengan belah dua ganjil-genap. Artinya mengelompokkan jumlah skor nomor item soal ganjil
(1, 3, 5, 7, 9, …,49 ) dan jumlah skor nomor item soal genap (2, 4, 6, 8, 10, …, 50). Setelah dikelompokkan kemudian
dihitung dengan rumus reliabilitas belah dua (ganjil-genap), kemudian dilanjutkan dengan rumus Spearman-Brown
sebagai berikut:
Rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2009: 93).
  2 × 𝑟 1 /21 /2
𝑟 11 =
( 1+𝑟 1/ 21/2 )
X2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
Y 2
Taraf Kesukaran Uji Coba Perangkat Tes
Untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal
memiliki TK =0,00 artinya tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila TK = 1,00 artinya siswa menjawab benar.
Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. pada prinsipnya, skor rata-rata yang
diperoleh siswa pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal.
rumus ini digunakan untuk soal obyektif (pilihan ganda).
Rumus Mencari Tingkat Kesukaran
  𝐵
𝑃=
𝐽𝑆
X2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
Y 2
Uji Coba Perangkat Tes
Daya pembeda
Daya pembeda perlu dilakukan dengan bertujuan untuk dapat mengkaji butir-butir soal sehingga diketahui kemampuan
setiap soal tersebut digunakan membedakan tingkat kepandaian siswa. Untuk menguji daya pembeda, peserta tes
dikelompokkan dua yaitu kelompok atas dan kelompok bawah yang sama besar, 50 % kelompok atas dan 50 %
kelompok bawah sesuai dengan urutan rangking atau urutan nilai yang dicapai. Untuk mengetahui daya pembeda butir
soal digunakan rumus (Arikunto, 2009: 211-214).Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bentuk soal
pilihan ganda adalah sebagai berikut:
Rumus Mencari Daya Pembeda
  BA BB
D= − =P A − P B
J A JB
Y 2
Observasi
Instrumen Aspek Afektif
Kriteria: Percaya Diri, Tertib, dan Tanggung Jawab. Keterangan:

Skor 1: Belum Terlihat (BT).


Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator karena belum
memahami makna dari nilai itu (tahap anomi).
Skor 2: Mulai Terlihat (MB).
Apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator
tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan dapat menguatkan lingkungan terdekat (tahap heteronomi).
Skor 3: Mulai Berkembang (MB).
Apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai
konsisten, karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga dapat menguatkan lingkungan terdekat dan
lingkungan yang lebih luas (tahap sosionomi).
Skor 4: Sudah Membudaya (SM).
Apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten,
karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran dan mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang
lebih luas sudah tumbuh kematangan moral (tahap autonomi).
Y 2
Observasi
Insruman Aspek Psikomotorik
Kriteria: Menyampaikan hasil pembelajaran (presentasi) didepan kelas. Keterangan:

Skor 4: Siswa manyampaikan hasil pembelajaran dengan intonasi, dan kata-kata yang baik dan mudah
dipahami.
Skor 3: Siswa manyampaikan hasil pembelajaran dengan kata-kata yang berbelit-belit.
Skor 2: Siswa tidak mau mempresentasikan hasil pembelajaran.
Skor 1: Siswa tidak dapat mempresentasikan hasil pembelajaran.
Teknik Analisis Data
Analisis Data Awal
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji kesamaan dua rata-rata

AnalisisData Akhir
Uji Normalitas Data
Uji Homogenitas
Uji Ketuntasan Belajar
Uji Perbedaan Hasil Belajar
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji normal tidaknya data yang akan dianalisis. Untuk mengujinya ditempuh prosedur
sebagai berikut:
1. Pengamatan X1, X2, X3, ........, Xn dijadikan bilangan baku Z 1, Z2, Z3, ……, Zn dengan menggunakan rumus :

2. Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z
≤ Z1 )
3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, …....., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh
S (Zi) maka:

4. Hitung selisih F(Zi- SZi


5. Ambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut, sebut harga terbesar ini Lo. Untuk memudahkan
perhitungan disusun sebagai berikut :

Untuk menerima atau menolak Ho, maka bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari tabel dengan taraf
signifikan (α) = 5%. Kriterianya adalah jika L < Lo maka Ho yang berarti sampel distribusi normal (Ho diterima), dalam hal
lain Ho ditolak (Sudjana, 2005: 466 – 467).
Uji Homogenitas
Pasangan hipotesis nol dan dan hipotesis alternatifnya yang akan diuji adalah:

 
Keterangan:
: varians kelompok eksperimen
: varians kelompok kontrol
Uji homogenitas sampel digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok sampel yang berasal dari populasi yang sama.
Untuk mengetahui homogenitas sampel dalam penelitian akan diuji dengan menggunakan tes Bartleth. Berikut disajikan tabel
harga untuk uji dengan tes Bartleth:
Uji kesamaan dua rata-rata

Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dua kelompok sebelum perlakuan maka perlu diuji menggunakan uji dua pihak.
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Keterangan :
µ1 : rata-rata kelompok eksperimen
µ2 : rata-rata kelompok kontrol
Apabila varians dari kedua kelompok adalah sama dan harga varians diketahui, maka rumus yang digunakan adalah rumus
statistik sebagai berikut:
Apabila varians dari kedua kelompok adalah sama tetapi tidak diketahui harganya, maka rumus statistik yang digunakan
adalah:
AnalisisData Akhir
Analisis data akhir digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran tipe make
a match terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik integratif kelas IV SD Negeri Sendangmulyo 04 Semarang.
Pada analisis data akhir ini hal-hal yang dicari adalah uji ketuntasan belajar dan uji perbedaan rata-rata hasil belajar.
Namun sebelumnya sampel yang ada di uji dengan
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji normal tidaknya data yang akan dianalisis. Untuk mengujinya ditempuh prosedur
sebagai berikut:
1. Pengamatan X1, X2, X3, ........, Xn dijadikan bilangan baku Z 1, Z2, Z3, ……, Zn dengan menggunakan rumus :

2. Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z
≤ Z1 )
3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, …....., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh
S (Zi) maka:

4. Hitung selisih F(Zi- SZi


5. Ambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut, sebut harga terbesar ini Lo. Untuk memudahkan
perhitungan disusun sebagai berikut :

Untuk menerima atau menolak Ho, maka bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari tabel dengan taraf
signifikan (α) = 5%. Kriterianya adalah jika L < Lo maka Ho yang berarti sampel distribusi normal (Ho diterima), dalam hal
lain Ho ditolak (Sudjana, 2005: 466 – 467).
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Ho : µe=µk: Tidak ada perbedaanhasil pembelajaran tematik terintegrasi antara siswa yang diberi model pembelajaran
kooperatif tipe make a match siswa yang menggunakan metode konvensional (metode ceramah)

H1: µe≠ µk : Ada perbedaan hasil pembelajaran tematik terintegrasi antara siswa yang diberi model pembelajaran
kooperatif tipe make a match dengan siswa yang menggunakan metode konvensional (metode ceramah)
Uji Homogenitas
Pasangan hipotesis nol dan dan hipotesis alternatifnya yang akan diuji adalah:

 
Keterangan:
: varians kelompok eksperimen
: varians kelompok kontrol
Uji homogenitas sampel digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok sampel yang berasal dari populasi yang sama.
Untuk mengetahui homogenitas sampel dalam penelitian akan diuji dengan menggunakan tes Bartleth. Berikut disajikan tabel
harga untuk uji dengan tes Bartleth:
 Uji Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar individu


Ketuntasan belajar siswa kelas kontrol maupun kelaseksperimen
Ketuntasan individu :
Jika ketuntasan individu sekurang-kurangnya mencapai 70 maka dinyatakan lulus.

Ketuntasan belajar klasikal


Rumus belajar ketuntasan belajar klasikal
Tingkat ketuntasan =
 Uji Perbedaan Hasil Belajar
Pengujian hipotesis menggunakan t-test. Apabila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen () maka dapat
digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun poolled varian (Sugiyono, 2010: 272 - 274). Untuk melihat harga
tabel digunakan dk= n1 + n2 – 2.
Hipotesis yang akan diuji :
H0 : (tidak ada perbedaan antara hasil pembelajaran tematik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make
amatchdengan hasil pembelajaran tematik yang menggunakan metode konvensional (metode ceramah)
 
H1 : (ada perbedaan antara hasil pembelajaran tematik yang menggunakan model pembelajaran tipe make a matchdengan
hasil pembelajaran tematik yang menggunakan metode konvensional (metode ceramah)
Rumus t-tes polled varian sebagai berikut:

 
Keterangan :
t : uji t
: mean sampel kelompok eksperimen
: mean sampel kelompok kontrol
S : simpangan baku gabungan
S1 : simpangan baku kelompok eksperimen
S2 : simpangan baku kelompok kontrol.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai