Anda di halaman 1dari 15

Analisis D-dimer Sebagai

Prediktor Keparahan Pasien


Covid-19

Abdul Rahim Mubarak


Pembimbing I : Dr. dr. Tenri Esa, M.Si., Sp.PK
Pembimbing II : Dr. dr. Yuyun Widaningsih, M.Kes., Sp.PK
Pembimbing III : dr. Uleng Bahrun, Sp.PK (K), Ph.D

1
Latar Belakang
• Covid-19 menyebar dengan cepat >> pandemi (WHO, 11
Maret 2020)
• Kasus seluruh dunia : 35.366.134, kematian : 1.039.082
jiwa, Indonesia : 307.120, kematian : 11.253
• Imbalans jumlah pasien vs sarana dan tenaga medis
• dibutuhkan prediktor awal untuk tatalaksana lebih dini
pasien Covid-19 untuk meningkatkan prognosis dan
menurunkan mortalitas
• penanda koagulasi termasuk D-dimer dijumpai pada
penyakit Covid-19 berat.

2
Metode
• Desain penelitian : retrospektif-cross sectional
• Populasi : data rekam medis pasien yang terdiagnosis
Covid-19
• Sampel : Populasi terinklusi, memiliki data hasil
pemeriksaan D-dimer
• Analisis : uji statistik D-dimer Mann-Whitney, Uji
prognostik dengan analisis ROC untuk penentuan cut off,
uji signifikan: p <0,05.

3
Hasil
Tabel 1. Karakteristik sampel

4
Hasil
Analisis Perbandingan D-dimer

Gambar 1. Perbandingan D-dimer menurut Tingkat keparahan

5
Hasil
Analisis Kurva ROC D-dimer

Gambar 2.Kurva ROC D-dimer

6
Hasil

Sensitifitas = 9/10 x 100% = 90,0%


Spesifisitas = 66/74 x 100% = 89,2%
KadarPrediksi Positif = 9/17 x 100% = 52,9%
KadarPrediksi Negatif = 66/67 x 100% = 98,5%

7
Pembahasan

Terjadi ++ pada perempuan vs laki-laki, BERBEDA John et al


 laki-laki ++ vs perempuan pada semua kelompok umur
disebabkan karakteristik biologis perempuan lebih baik dalam
memproduksi respon imun yang lebih kuat. Kelompok usia
produktif rerata 40, SESUAI dengan Guan et al, Usia produktif
memiliki mobilitas dan aktivitas yang cukup tinggi.

Perbedaan hasil ini disebabkan karena tidak semua pasien


Covid-19 diperiksakan paramater koagulasi termasuk D-dimer
pada tempat penelitian ini.

8
Pembahasan

Rerata D-dimer pada tingkat keparahan berat (3,09 μg /L)


dibandingkan keparahan Ringan (0,31 μg /L). Hasil uji statistik
perbedaan tersebut sangat signifikan (p<0,001).

Infeksi Covid-19, respon proinflamasi namun respon


antiinflamasi  trombin berlebih  viskositas darah. Faktor
usia dan komorbid juga merupakan kondisi yang meyebabkan
peningkatan D-dimer.

9
Pembahasan

D-dimer dapat dijadikan sebagai sebuah prediktor keparahan,


Yao et al dan Zhang et al  D-dimer ≥ 2.0 μg/L berhubungan
dengan kematian pasien Covid-19, Fei et al  D-dimer ≥1
μg/L dapat membantu klinisi untuk mengidentifikasi pasien
dengan prognosis buruk pada fase awal penyakit. Penelitian ini
memperlihatkan bahwa D-dimer dengan cut-off 0,80 μg/L
memberikan nilai sensitifitas 90,0% dan spesifisitas 89,2 %.

10
Pembahasan

Penelitian ini  cut-off D-dimer 0,80 μg/L dapat digunakan


untuk melakukan skrining pasien Covid-19 sebelum masuk ke
dalam tingkat keparahan berat.
Jika tingkat keparahan dapat diprediksi maka pengenalan dan
penanganan awal pasien covid 19 akan meningkatkan prognosis
serta dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas.

11
Pembahasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan data


sekunder sehingga informasi hanya terbatas pada dari yang
tertulis dari rekam medik, disamping itu distribusi sampel yang
tidak merata pada masing-masing kategori

12
Simpulan

D-dimer dijadikan sebagai biomarker untuk memprediksi


tingkat keparahan pasien Covid-19. Semakin tinggi D-dimer
pasien, makin parah tingkat kesehatannya, sebaliknya makin
rendah kadar D-dimer makin baik tingkat kesehatan pasien
tersebut.

13
Terimakasih
14
Kerangka konsep
• Infeksi SARS-CoV2 ke ACE2
Receptor
• Peningkatan mediator
proinflamasi, penurunan respon
anti inflamasi
• Kerusakan endotel
• Ekspresi Tissue Factor
• Peningkatan produksi trombin

usia

Jenis Kelamin Tingkat Keparahan Pasien


Peningkatan D-dimer
Covid-19

Komorbiditas
15

Keterangan : Variabel bebas, Variabel kontrol, Variabel tergantung

Anda mungkin juga menyukai