Anda di halaman 1dari 21

Aspek Laboratorium

Diabetes Melitus Tipe 2


DISUSUN OLEH
Irene Silva Pangedongan C014202127

Irmayanti C014202128

Marsuki Hardjo C014202136

Andi Izza Qarimah C014202145

RESIDEN PEMBIMBING: SUPERVISOR:


dr. Verliyanti Dr. dr. Liong Boy Kurniawan, M.Kes, Sp.PK (K)

MPPD DEPARTEMEN ILMU PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Pendahuluan
DM berdasarkan WHO merupakan ranking
keenam penyebab kematian di Dunia dan Data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan tahun
terbesar ketiga di Indonesia sebesar 6,7%, 2018 menyebutkan bahwa kejadian DM di
setelah stroke (21,%) dan PJK (12,9%). Sulawesi Selatan masih menempati urutan kedua
penyakit tidak menular setelah penyakit jantung
dan pembuluh darah.

DM di Indonesia masih menjadi persoalan


kesehatan yang cukup serius dan terus mengalami
peningkatan jumlah penderita disetiap tahunnya
Tingginya prevalensi dan kasus angka kematian
seiring bertambah jumlah penduduk, umur,
menggambarkan permasalahan dalam penanganan
meningkatnya gaya hidup tidak sehat, pola makan
DM  Penting untuk mengetahui patofisiologi
tidak sehat, diet yang tidak sehat dan obesitas.
penyakit dan aspek laboratorium dalam penentuan
diagnosis dan penatalaksanaan penyakit DM.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2020, Tetap Produktif, Cegah dan Atasi, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2018. Retrieved November 27, 2021, from http://dinkes.sulselprov.go.id
Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin ataupun keduanya. Diabetes melitus dikenal oleh masyarakat Indonesia
dengan nama penyakit kencing manis sebagai salah satu penyakit berbahaya.

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Prevalensi
● WHO menyebutkan bahwa sekitar 150 juta orang di Dunia telah menderita
DM. Prevalensi DM di Indonesia menempati urutan ketujuh tertinggi di
Dunia setelah China, India, USA, Brazil, Rumur dan Mexico.
● Riskesdas yang dilaksanakan pada tahun 2018 melakukan pengumpulan
data penderita DM pada penduduk berumur >15 tahun menunjukkan
peningkatan prevalensi dibandingkan Riskesdas 2013 sebesar 1,5%.
Prevalensi DM menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari
6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan
bahwa baru sekitar 25% penderita DM yang mengetahui dirinya menderita
DM.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2020, Tetap Produktif, Cegah dan Atasi, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Fitriani Nasution, Andilala, Ambali Azwar Siregar, Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus, Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.9 No. 2, Mei 2021
Etiologi
Penelitian mutakhir
menunjukkan bahwa pada
penderita DM tipe 2 umumnya
ditemukan kedua faktor yaitu;

Resistensi Insulin

Defisiensi Insulin

Galicia-Garcia U, Benito-Vicente A, Jebari S, Larrea-Sebal A, Siddiqi H, Uribe KB, Ostolaza H, Martín C. Pathophysiology of Type 2 Diabetes Mellitus.
International Journal of Molecular Sciences. 2020; 21(17):6275. https://doi.org/10.3390/ijms21176275
Faktor risiko
Faktor Risiko Yang Dapat Diubah: Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah:

Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Daerah Urban Indonesia, Jakarta
Patofisiologi

Schwartz, S. S., et al. The time is right for a new classification system for diabetes: rationale and implications of the β-cell–centric classification schema.
Diabetes Care, 2016
Manifestasi Klinis

Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan,


Keluhan klasik DM:
gatal, mata kabur, luka yang sulit sembuh, disfungsi
● Poliuria ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita,
● Polidipsia penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
● Polifagia sebabnya, pemeriksaan kulit dapat ditemukan
akantosis nigrikans.

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Aspek Laboratorium DM Tipe 2

Tes Diagnostik

Glukosa Darah Glukosa Darah Puasa


Sewaktu (GDS) (GDP)

Kadar Hemoglobin Tes Toleransi Glukosa


glikosilat (HbA1c) Oral (TTGO)

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Aspek Laboratorium DM Tipe 2

Tes Diagnostik
Glukosa Darah Sewaktu (GDS)

Pemeriksaan darah setiap saat sepanjang hari yang dapat dilakukan. Diabetes melitus
didiagnosis pada GDS ≥ 200 mg/dl.

Glukosa Darah Sewaktu (GDS)

Memeriksa kadar gula darah puasa (tidak makan atau minum apapun kecuali air putih
selama minimal 8 jam sebelum pemeriksaan). Diabetes melitus didiagnosis pada
GDP≥126 mg/dl .

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Understanding A1C. Diagnosis | ADA. American Diabetes Association; [cited 2021Nov23]. Available from: https://www.diabetes.org/a1c/diagnosis
Aspek Laboratorium DM Tipe 2

Tes Diagnostik

Kadar Hemoglobin Glikosilat (HbA1c)

Mengukur gula darah rata-rata selama dua hingga tiga bulan terakhir. Pasien tidak perlu
berpuasa atau minum apa pun. Diabetes melitus didiagnosis pada kadar HbA1c≥6,5%.

Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Menunjukkan bagaimana tubuh memproses gula. Tes dua jam yang memeriksa kadar
gula darah sebelum dan dua jam setelah minum minuman manis khusus. Diabetes
melitus didiagnosis pada TTGO≥200 mg/dl

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Understanding A1C. Diagnosis | ADA. American Diabetes Association; [cited 2021Nov23]. Available from: https://www.diabetes.org/a1c/diagnosis
Aspek Laboratorium DM Tipe 2

Tes Diagnostik
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah vena dengan sistem
enzimatik dengan hasil:

1. Gejala klasik + GDP ≥ 126 mg/dl

2. Gejala klasik + GDS ≥ 200 mg/dl

3. Gejala klasik + GD 2 jam setelah TTGO ≥ 200 mg/dl

4. Tanpa gejala klasik + 2x Pemeriksaan GDP ≥ 126 mg/dl

5. Tanpa gejala klasik + 2x Pemeriksaan GDS ≥ 200 mg/dl

6. Tanpa gejala klasik + 2x Pemeriksaan GD 2 jam setelah TTGO ≥ 200 mg/dl

7. HbA1c ≥ 6.5%

Decroli E. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Aspek Laboratorium DM Tipe 2

Pemeriksaan penyaring
● Pemeriksaan penyaring ditujukan pada pasien yang mempunyai risiko DM namun tidak
menunjukkan adanya gejala DM.
● Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menemukan pasien dengan DM, TGT maupun
GDPT sehingga dapat ditangani lebih dini.
kadar glukosa darah
Pemeriksaan penyaring dapat sesuai dengan kriteria Pemeriksaan lanjutan untuk
diagnosis DM
mengkonfirmasi dengan
dilakukan dengan pemeriksaan
pemeriksaan GDP ulang atau
kadar GDS atau GDP.
dengan TTGO.

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Decroli E. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Tatalaksana
4 Pilar Utama Tatalaksana DM :

Terapi Nutrisi Latihan


Edukasi Medis
Farmakologis
Fisik

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019;1–117
Tatalaksana

1. Edukasi
Bertujuan sebagai promosi hidup sehat, yang terdiri dari penyuluhan materi yang
diberikan di tingkat primer dan tingkat lanjut (sekunder/tersier)

2. Terapi Nutrisi Medis


1. Kebutuhan energi
2. Manajemen penurunan BB
3. Pola makan, komposisi makronutrien, perencanaan makan

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019;1–117
Decroli E. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019.
Tatalaksana

3. Latihan Fisik
Program latihan fisik secara teratur dilakukan 3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit,
dengan total 2,5 jam per minggu. Latihan fisik yang dianjurkan berupa bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai,
jogging dan berenang.

4. Farmakologi Pemacu Sekresi Insulin


Sulfonilurea

Glinid

Anti Hiperglikemik Oral


Metformin
Peningkatan Sensitivitas
terhadap Insulin Tiazolidindion

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019;1–117
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53
Tatalaksana
Penghambat Alfa
4. Farmakologi Glukosidase

Penghambat
Anti Hiperglikemik Oral
Enzim DPP-4

Penghambat
SGLT-2

Insulin
Anti Hiperglikemik Suntikan
Agonis GLP-1 / Incretin Mimetic

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019;1–117
Pencegahan

Primer Sekunder Tersier

Upaya yang ditujukan pada Upaya mencegah atau Upaya mencegah terjadinya
kelompok yang memiliki faktor menghambat timbulnya penyulit kecacatan lebih lanjut serta
resiko, yakni mereka yang belum pada pasien yang terdiagnosis meningkatkan kualitas hidup;
terkena tetapi berpotensi DM; dilakukan dengan rehabilitasi dan kerjasama antar
menderita DM tipe 2; dilakukan pengendalian kadar glukosa pelayanan kesehatan yang
dengan tindakan penyuluhan sesuai target terapi. komprehensif dan terintegrasi
dan pengelolaan perubahan antar disiplin yang terkait.
gaya hidup yang ditujukan untuk
yang beresiko tinggi.

PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019;1–117
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53
Kesimpulan

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
ataupun keduanya. Etiologi DM tipe 2 merupakan multifaktor yang menyebabkan
terjadinya resistensi insulin.

Manifestasi klinis DM tipe 2 dicurigai apabila terdapat keluhan klasik berupa poliuria,
polidipsia, dan polifagia. Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Kesimpulan

Tes diagnosis DM ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah meliputi tes
Glukosa Darah Sewaktu, Glukosa Darah Puasa, Tes Toleransi Glukosa Oral dan kadar
HbA1c.

Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis
dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti
hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.

Anda mungkin juga menyukai