0
1 Menspesifikkan perilaku target 03 Memilih langkah-langkah
final pembentukan
Perilaku target final mestinya dinyatakan lewat
Sebelum memulai program pembentukan, akan
suatu cara sehingga semua karakteristik yang
sangat membantu jika membuat tahap-tahap
relevan dari perilaku dapat teridentifikasi.
aproksimasi suksesif di mana seseorang
“digerakkan” dalam upayanya mendekati perilaku
target nilai.
Contohnya “wah pekerjaan Andi rapi sekali dengan duduk tenang seperti ini selama
mengerjakan tugas”.
Lanjutan..
3. Memulai perencanaan
- Perencanaan dilakukan dengan mendata perilaku-perilaku target final/perilaku yang sudah diseleksi sebelumnya.
- Perencanaan masih dapat dimodifikasi lagi tergantung dengan kondisi dan performa individunya saat itu.
4. Mengimplementasikan rencana
- Dengan memberitahukan pembelajar tentang tujuan atau rencana sebelum memulainya.
- Mulai memberikan penguatan setiap muncul perilaku awal.
- Jangan pernah pindah ke tahap selanjutnya sampai pembelajar sungguh menguasai perilaku.
- Jangan sampai ragu kapan mulai berpindah ke tahap selanjutnya.
- Jangan memperkuat terlalu banyak atau lama pada salah satu tahap, dan juga hindari satu tahap
penguatan yang terlalu minim.
- Jangan sampai perilaku yang diinginkan tidak lagi ditampilkan.
Merespon di Waktu dan Tempat yang Tepat
Belajar Mengikuti Instruksi
Aturan
Pada dasarnya tidak semua perilaku dapat dilakukan disegala bentuk, tempat, dan waktu sehingga
dalam merubah perilaku individu kita perlu memahami bagaimana belajar melakukannya dengan
sukses.
Contohnya, anak yang selalu bermain di kelas, pemodifikasi bertujuan untuk mengubah perilaku
tersebut menjadi perilaku baru supaya anak tersebut dapat duduk diam di kelas. Tapi, disisi lain
pemodifikasi juga harus memperhatikan aturan atau instruksi bahwa tidak selamanya duduk diam
adalah hal yang bagus, terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan anak untuk aktif dalam
kegiatan kelas.
Generalisasi Stimulus
Manusia dan hewan lebih berkemungkinan menampilkan sebuah perilaku di situasi baru
jika situasi tersebut sangat mirip dengan situasi dimana mereka belajar perilaku tersebut.
Contoh seorang balita berkata “guguk” terhadap seekor hewan yang berkaki empat,
berbulu panjang, bertubuh besar, bertelinga panjang menggelantung kebaah dan
mengonggong ramah dengan suara besar. Kemudian balita tersebut melihat anjing lain
namun mirip dan memanggilnya “guguk”
2. Generasi Stimulus yang terpelajari melibatkan kemiripan fisik
yang terbatas
Kelas stimulus berelemen-sama adalah seperangkat stimuli yang memiliki satu atau lebih ciri fisik
yang sama. Contohnya, mobil biasanya memiliki 4 roda, jendela, setir, dll. ketika seorang anak belajar
mengatakan “mobil” saat melihat mobil tertentu (contohnya jenis sedan kuno), kemungkinan besar ia
dapat memperlihatkan generalisasi stimulus tanpa terpelajari saat mengatakan “mobil” untuk jenis
lain (contohnya jenis sedan modern). Namun bagaiamana jika konsep tersebut anggota-anggotanya
memiliki kemiripan fisik yang terbatas? Untuk itu dibutuhkan sejumlah pembelajaran mengenai
konsep agar generalisasi stimulus muncul.
3. Generalisasi Stimulus yang terpelajari meski tanpa disertai
kemiripan fisik
Misalnya, Anda diperlihatkan beberapa benda seperti wortel, kalkulator, kacang, pensil,
dan segelas susu. Anda diminta mengidentifikasikan mana barang yang termasuk
makanan. Jelas sekali Anda bisa melakukannya. Tetapi bagaiamana dengan seorang anak
kecil yang belum mengetahui konsep terkait makanan ? ditambah lagi benda-benda
tersebut tidak disertai kemiripan fisik sama sekali.
Kelas ekuivalensi stimulus adalah seperangkat stimuli yang sangat tidak mirip (yaitu
tidak punya unsur stimulus yang sama sedikit pun) yang sudah dipelajari individu untuk
dikelompokkan atau dicocokkan bersama atau direspon dengan cara yang sama.
Contohnya mengajarkan kepada seorang anak bahwa III, … , 3 itu
adalah sama.
Caranya :
● Anak diberikan panel latihan 1, dengan menggunakan dorongan dan penguatan
yang tepat, anak diajari untuk mencocokkan … dengan 3, bukannya dengan 7
atau IV.
● Kemudian dengan cara yang sama di panel latihan 2 anak diajari untuk
mencocokkan … dengan III, bukannya dengan 8 atau 9.
● Terakhir anak diminta mencocokkan sendiri III apakah dengan 4, 6 atau 3.
● Ternyata di eksperimen ini anak berhasil mencocokkan III dengan 3. Dengan
kata lain III dan 3 telah menjadi anggota dari kelas ekuivalensi stimulus meski
kedua stimuli ini tidak pernah di pasangkan sebelumnya di fase 1 dan 2.
Faktor-faktor yang Menentukan
Efektivitas Latihan
1. Menyeleksi sinyal-sinyal berbeda.
Terdapat satu jurang utama atau hambatan utama bagi latihan memilah stimulus yang
perlu diwaspadai jika ingin program kita menjadi lebih efektif. Hambatan tersebut adalah
kekeliruan dalam pengaplikasian yang tidak disadari. Membiarkan hal ini terjadi akan
membuat latihan pemilahan stimulus tidak efektif dan bahkan gagal. Metode seefektif
apapun itu jiak terdapat kekeliruan dalam pengaplikasiannya baik disengaja ataupun tidak
disengaja maka hal tersebut dapat menganggu proses pelatihan pemilahan stimulus.
THANKS FOR
ATTENTION!
TERIMA KASIH
ATAS
ATENSINYA!