▪ UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas ▪ Peraturan Pemerintah (PP) No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat” ▪ UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja ▪ Peraturan Bapepam No. IX.G.1 mengenai Penggabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Public atau Emiten ▪ Peraturan terkait lainnya (POJK, dll) GAMBARAN UMUM
Merger (penggabungan), konsolidasi (peleburan) dan akuisisi (pengambilalihan)
merupakan suatu aksi korporasi yang menggabungkan dua perusahaan atau lebih sehingga ada potensi untuk meningkatkan konsentrasi pasar dan perubahan pengendali perusahaan yang semakin terkonsentrasi. Dalam dunia usaha, ketiga kegiatan tersebut adalah hal biasa. Biasanya, penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dilakukan lantaran ada resesi, depresi atau krisis untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Dalam keadaan normal, penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. MERGER - DEFINISI
▪ Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. MERGER – ALASAN / LATAR BELAKANG / DAMPAK
▪ Perusahaan melakukan penggabungan dengan tujuan untuk
menciptakan sinergi, artinya hasil yang diperoleh perusahaan setelah bergabung harus lebih besar dibandingkan dengan jika masing-masing perusahaan beroperasi sendiri-sendiri. ▪ Mencapai operasi yang ekonomis (economic of scale) / Efisiensi ▪ Pertumbuhan ▪ Diversifikasi ▪ Dampak Negatif : Rasionalisasi Pegawai / SDM MERGER – YANG PERLU DIPERHATIKAN
Pasal 126 UUPT :
▪ Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan: ▪ Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; ▪ kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan ▪ masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha MERGER – AKIBAT HUKUM
▪ Perseroan yang menggabungkan diri lenyap dan berakhir
statusnya sebagai badan hukum ▪ Aktiva dan Pasiva perseroan yang menggabungkan diri beralih sepenuhnya kepada perseroan yang menerima penggabungan MERGER - JENIS
▪ Penggabungan vertikal adalah penggabungan dua
perusahaan atau lebih yang berada padatingkat proses produksi yang tidak sama ▪ Penggabungan horizontal, penggabungan dua perusahaan atau lebih yang berada padatingkat proses produksi yang sama ▪ Penggabungan konglomerat, adalahpenggabungan dua perusahaan atau lebihyang tidak memiliki keterkaitan bidang bisnis sama sekali MERGER – TATA CARA
1. Memenuhi syarat-syarat penggabungan.
Syarat umum penggabungan ini diatur dalam Pasal 126 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) jo. Pasal 4 ayat (1) PP No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas (“PP 27/1998”) bahwa perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan: a) Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; b) kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan c) masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha MERGER – TATA CARA
2. Menyusun rancangan penggabungan.
Direksi perseroan yang akan menggabungkan diri dan yang menerima penggabungan menyusun rancangan penggabungan sesuai Pasal 123 UUPT jo Pasal 7 PP 27/1998 MERGER – TATA CARA
3. Penggabungan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (“RUPS”). Setelah rancangan penggabungan disetujui oleh Dewan Komisaris dari masing-masing perseroan yang menggabungkan diri, kemudian rancangan tersebut harus diajukan kepada RUPS masing-masing perseroan untuk mendapat persetujuan MERGER – TATA CARA
4. Pembuatan akta penggabungan
Setelah masing-masing RUPS menyetujui rancangan penggabungan yang diajukan, maka rancangan penggabungan dituangkan dalam sebuah Akta Penggabungan yang dibuat di hadapan notaris; dan dalam Bahasa Indonesia. Kemudian salinan akta penggabungan tersebut dilampirkan untuk menyampaikan pemberitahuan penggabungan kepada Menteri Hukum dan HAM MERGER – TATA CARA
5. Pengumuman hasil penggabungan
Pengumuman hasil penggabungan dilakukan dengan cara: Diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih; dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya penggabungan. MERGER – YANG MEMBATALKAN
▪ bahwa penggabungan tidak dapat dilaksanakan apabila merugikan
kepentingan pihak-pihak tertentu. Kepentingan pihak-pihak tertentu adalah (pasal 126 ayat 1 UU PT): 1. Kepentingan Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; 2. Kepentingan kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan 3. Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Syarat-syarat di atas bersifat kumulatif. Apabila salah satu syarat dilanggar mengakibatkan perbuatan hukum penggabungan tidak dapat dilaksanakan MERGER – SYARAT LAINNYA
▪ Berdasarkan pasal 123 ayat (4) UU PT jo. penjelasannya,
bagi “perseroan tertentu” yang akan melakukan penggabungan adalah adanya persetujuan dari instansi terkait. Perseroan tertentu artinya perseroan yang mempunyai bidang usaha khusus, antara lain lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Dan yang dimaksud dengan instansi terkait antara lain Bank Indonesia untuk penggabungan perseroan yang bergerak di bidang perbankan. MERGER – SYARAT LAINNYA
▪ Adapun karena pemilik dari perusahaan yang akan
melakukan penggabungan adalah perseroan terbuka, maka wajib memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam peraturan-peraturan di bidang pasar modal, yaitu UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan-peraturan Bapepam-LK yang terkait, misalnya mengenai keterbukan informasi kepada publik, dan sebagainya MERGER – HAK PEMEGANG SAHAM
▪ Pemegang saham dapat saja menolak atau tidak setuju atas
keputusan perseroan untuk melakukan merger, tetapi hanya sebatas hak yang dibolehkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli sesuai dengan harga wajar saham dari Perseroan. Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh Perseroan, Perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga. ▪ Namun demikian bahwa hal ini tidak akan menghentikan proses merger atau penggabungan. MERGER – PERBEDAAN DENGAN AKUISISI LAIN-LAIN
Berdasarkan PP 57/2010 bahwa :
▪ Terdapat kewajiban pelaku usaha untuk menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada KPPU sejak tanggal berlaku efektif secara yuridis penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. ▪ Bahwa KPPU akan melakukan Penilaian (preview) terhadap ada atau tidaknya pelanggaran dari suatu penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. LAIN-LAIN
Tidak semua pelaku usaha wajib melaporkan rencana
penggabungan, peleburan dan pengambilalihannya. Dalam PP 57/2010 disebutkan kategori perusahaan yang wajib lapor, antara lain sebagai berikut : Pelaku usaha wajib melaporkan kegiatan merger, konsolidasi dan akuisisi ke KPPU jika gabungan nilai asetnya lebih dari Rp2,5 triliun atau nilai penjualan lebih dari Rp5 triliun. pelaku usaha di bidang perbankan diwajibkan melapor jika gabungan nilai aset lebih dari Rp20 triliun.