FAKOEMULSIFIKASI
Pembimbing:
dr. Tri Agus Haryono, Sp.M
FAKOEMULSIFIKASI
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular yang paling sering
digunakan.
• Bila tunnel terlalu pendek = luka • Insisi yang terlalu sempit = • Insisi side port yang terlalu
kornea tidak akan menutup, menyulitkan dalam manuver dekat ke limbus = menyebabkan
sehingga perlu dijahit dan instrument dan menyebabkan infiltrasi konjungtiva oleh cairan
menginduksi astigmatisma trauma termis kornea & irigasi.
menyebabkan lipatan kornea
• Bila tunnel terlalu panjang = yang dapat mengganggu • Insisi yang terlalu lebar =
kesulitan dalam melakukan prosedur visualisasi dari bilik mata depan menyebabkan kehilangan cairan
akibat terhalangnya pergerakan dan menyulitkan prosedur
operasi. irigasi berlebihan dari bilik mata
instrument yang juga mengakibatkan depan sehingga kedalamannya
kerusakan endotel kornea tidak stabil. Hal ini dapat
• Insisi yang terlalu lebar =
menyebabkan penyulit dapat menyebabkan kerusakan endotel
terjadi kebocoran dari cairan kornea dan trauma iris.
irigasi yang menyebabkan bilik
mata depan dangkal dan
meningkatkan risiko terjadinya
robekan kapsul posterior
LEPASNYA MEMBRAN
DESCEMET
Penggunaan instrument yang kurang tajam
pada saat membuat insisi atau manipulasi
dari tip fakoemulsifikasi dapat
menyebabkan lepasnya membran
descemet. Membran Descemet yang
terlepas bila tidak ditempelkan kembali
akan menyebabkan edema kornea yang
permanen. Untuk mengatasi hal ini maka
membrane Descemet yang lepas tersebut
harus diluruskan terlebih dahulu dengan
menyuntikkan viskoelastik dari sebelah
distal tempat lepasnya membrane
Descemet tersebut. Setelah aposisi yang
baik, viskoelastik diganti dengan udara agar
menekan membrane Descemet ke anterior.
PERDARAHAN INTRAOKULAR
• Perdarahan biasanya terjadi pada teknik fakoemulsifikasi dengan
insisi sklera.
3. Second Instrument
Siapkan larutan viskoelastik, kemudian
suntikkan melalui lubang insisi
Expulsive Hemorrage keadaan pendarahan suprakoroidal intraoperatif akut dimana darah dari
segmen posterior bola mata sampai keluar dari luka insisi. Keadaan ini merupakan komplikasi
yang paling berat dari operasi katarak. Peralihan kepada teknik operasi fakoemulsfikasi
dilaporkan mengurangi angka kejadian komplikasi ini. Insidensinya pada fakoemulsifikasi
menurut Eriksson et al berkisar 0,03%. Sedangkan menurut Davison insidensinya 0.81% pada
fakoemulsifikasi dan 1,2% pada ECCE.
Bila terjadi expulsive hemorrhage, upayakan menjahit luka dengan benang dan rapat sampai
tidak ada darah yang keluar dari bibir luka. Pada beberapa buku dianjurkan untuk melakukan
sklerotomi posterior untuk mengeluarkan darah yang terdapat pada rongga suprakoroid. Jahitan
dapat diganti kemudian dalam beberapa minggu kemudian, yaitu setelah mata dalam keadaan
tenang disertai pemberian obat-obat untuk menurunkan tekanan intraokular.
DAFTAR PUSTAKA
1. Astary, Prilly. 2018. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. CDK-
269/ vol.45 no.10. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
2. Burrato L, Packard R. 2000. Complications. Cataract Surgery in Complicated Cases. NJ:
Slack Inc.
3. Burrato L. 2000. Phacoemulsification: Principles and Techniques. NJ: Slack Inc.
4. Duma, S.M. 2010. Komplikasi Fakoemulsifikasi. Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran
5. Eva, Paul Riordan, John P. Whitcher. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi
17. Jakarta: EGC.
6. Fishkind W. 2002. Complications in Phacoemulsification. New York: Thieme. 123-131.
7. Soekardi I, Hutauruk JA. 2004. Transisi Menuju Fakoemulsifikasi, Langkah-Langkah
Menguasai Teknik dan Menghindari Komplikasi. Edisi 1. Jakarta: Granit.