Presentasi Zero Hunger - Kelompok 5
Presentasi Zero Hunger - Kelompok 5
Kelompok 5
• Diandra Amalia (1906315443)
• Juliana Patricia (1906403603)
• Nisrina Ardiani (1906403622)
• Riananda Dayanti (1906315254)
• Tasya Berlianna (1906403736)
Sustainable Development Goals
Indikator
2.1.1 Prevalensi kekurangan gizi
2.1.2 Prevalensi kerawanan pangan sedang atau parah pada populasi berdasarkan Food Insecurity Experience Scale (Skala Pengalaman
Kerawanan Pangan)
Ketercapaian di Indonesia
Pemerintah telah melakukan penyaluran bantuan pangan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melalui uang elektronik yang
dikirimkan ke dalam Kartu Sembako setiap bulan. Uang elektronik tersebut digunakan untuk membeli bahan pangan yang telah
ditentukan di e-Warong. Dengan begitu dapat mengurangi beban KPM dalam memenuhi pangan serta memberikan gizi yang
seimbang.
Target 2.2
Mengakhiri malnutrisi pada tahun 2030, termasuk di 2025 dapat menekan angka penambahan penderita stunting (pendek) dan wasting
pada usia di bawah lima tahun dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui.
Indikator
2.2.1 Prevalensi stunting (tinggi badan untuk usia <-2 standar deviasi dari median Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Standar
Pertumbuhan Anak) pada anak di bawah usia 5 tahun
2.2.2 Prevalensi malnutrisi (berat badan untuk tinggi badan >+2 atau <-2 standar deviasi dari median WHO Standar Pertumbuhan Anak)
pada anak usia di bawah 5 tahun dengan jenis wasting (kurus) dan overweight (kelebihan berat badan)
Ketercapaian di Indonesia
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 30,8%. Dibandingkan dengan hasil SSGBI angka
stunting berhasil ditekan 3,1% dalam setahun terakhir. Menkes berharap angka stunting dapat terus turun 3 persen setiap tahun, sehingga
target 19% pada tahun 2024 dapat tercapai.
“Data SSGBI 2019 menunjukkan penurunan wasting dan stunting jika dibandingkan dengan Riskesdas 2018. Wasting turun 2,8%
menjadi 7,44% dan stunting turun 3,1% menjadi 27,67%.”, terang Kepala Badan Litbangkes, Siswanto.
Target 2.3
Menggandakan produktivitas pertanian dan pendapatan petani skala kecil, khususnya perempuan, masyarakat adat, keluarga petani,
penggembala dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan setara ke tanah, sumber daya dan input produktif lainnya,
pengetahuan, layanan keuangan, pasar dan peluang untuk nilai tambah dan pekerjaan non-pertanian.
Indikator
2.3.1 Volume produksi per unit tenaga kerja menurut kelas ukuran usaha pertanian/pastoral/kehutanan
2.3.2 Pendapatan rata-rata produsen makanan skala kecil, menurut jenis kelamin dan status adat
Ketercapaian di Indonesia
Bibit Sertani yang ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Cirebon, Surono Danu, mampu menghasilkan padi unggul dengan kapasitas
panen mencapai 14 ton per hektar, jauh melebihi varietas padi unggul lainnya. Selain padi, Surono juga berhasil membudidayakan
beberapa tanaman pangan, salah satu contohnya yaitu singkong. Dengan adanya penemuan tersebut tentu berdampak pada pencapaian
swasembada pangan di daerahnya hingga para petani mengalami peningkatan kesejahteraan di daerahnya.
Target 2.4
Pada tahun 2030, menjamin sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan menerapkan praktik pertanian yang meningkatkan
produktivitas dan produksi, yang membantu memelihara ekosistem, yang memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim,
cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, dan bencana lainnya dan yang secara bertahap meningkatkan kualitas tanah.
Indikator
2.4.1 Proporsi area pertanian di bawah pertanian produktif dan berkelanjutan
Ketercapaian di Indonesia
Adanya pembudidayaan bibit unggul lokal yang berhasil dilakukan oleh Surono Danu memberikan harapan bagi para petani lokal untuk
mendapatkan hasil panen yang berlimpah dari bibit yang diciptakannya. Karena bibit ini dapat meningkatkan produksi dibandingkan
dengan bibit hybrid. Selain itu, bibit yang dihasilkan dapat menjaga ekosistem dan bertahan dalam perubahan iklim. Hal tersebut
dikarenakan bibit yang dihasilkan kuat sehingga dapat bertahan jika terdapat perubahan iklim dan juga dapat menjaga kualitas tanah
bukan merusaknya.
Target 2.5
Pada 2020, mempertahankan keanekaragaman genetik benih, tanaman yang dibudidayakan, hewan ternak dan hewan peliharaan, serta
spesies liar terkait, termasuk melalui bank benih dan tanaman yang dikelola dan didiversifikasi dengan baik di tingkat nasional,maupun
internasional, dan mendukung aksesnya dan adil serta merata berbagi manfaat yang
timbul.
Indikator
2.5.1 Jumlah sumber daya genetik tumbuhan dan hewan untuk pangan dan pertanian yang diamankan baik dalam sarana konservasi
jangka menengah maupun jangka panjang
2.5.2 Proporsi berkembang biak lokal yang diklasifikasikan sebagai resiko, tidak beresiko, atau pada tingkat resiko kepunahan yang tidak
diketahui
Ketercapaian di Indonesia
Pada saat ini, di Kalimantan Selatan, terdapat Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 10 Tahun 2018 yang mengatur
tentang pengelolaan sumber daya genetik lokal. Di Indonesia juga ketat dalam menjaga keanekaragaman sehingga menjaga jumlah
sumber daya genetik baik tumbuhan dan hewan yang berguna untuk pangan dan pertanian.
Target 2.a
Meningkatkan investasi, termasuk melalui peningkatan kerja sama internasional (infrastruktur pedesaan, penelitian dan penyuluhan
pertanian, pengembangan teknologi dan bank gen tanaman dan ternak dalam rangka meningkatkan kapasitas produktif pertanian di
negara berkembang, khususnya negara berkembang).
Indikator
2.a.1 Indeks orientasi pertanian untuk pengeluaran pemerintah
2.a.2 Total arus resmi (bantuan pembangunan resmi ditambah arus resmi lainnya) ke sektor pertanian
Ketercapaian di Indonesia
Peningkatan produktivitas swasembada pangan nasional dengan memanfaatkan teknologi Hazton merupakan langkah Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan produksi hasil panen padi. Uji coba hazton ini di lakukan di dua kecamatan di Kabupaten Bone yaitu, Kecamatan
Barebbo Desa Samaenre. Peningkatan produksi padi menjadi tembus 12 ton per hektar, keberhasilan pertanian swasembada pangan
tersebut diperoleh karena adanya pembudidayaan melalui teknologi hazton.
Target 2.b
Memperbaiki dan mencegah pembatasan dan distorsi perdagangan di pasar pertanian dunia, termasuk melalui penghapusan paralel
semua bentuk subsidi ekspor pertanian dan semua tindakan ekspor dengan efek yang setara, sesuai dengan mandat Putaran
Pembangunan Doha.
Indikator
2.b.1 Perkiraan Dukungan Produsen
Ketercapaian di Indonesia
Subsidi ekspor yang masih dalam kategori ilegal sampai saat ini masih banyak yang menggunakannya secara terang-terangan. Sebagai
buktinya, semua negara maju menyediakan pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor dari negara lain dalam rangka
membiayai produk-produk industri yang mereka lakukan. Dalam penerapannya, sampai saat ini banyak dilakukan hanya oleh negara
maju karena memerlukan sejumlah dana besar yang sulit disediakan oleh negara-negara berkembang.
Target 2.c
Mengadopsi langkah-langkah untuk memastikan berfungsinya pasar komoditas pangan dan turunannya dan memfasilitasi akses tepat
waktu ke informasi pasar, termasuk tentang cadangan pangan, untuk membantu membatasi ketidakstabilan harga pangan yang ekstrim
Indikator
2.c.1 Indikator anomali harga pangan
Ketercapaian di Indonesia
Harga bahan pangan menjadi masalah yang belum menemukan solusi dan menjadi salah satu akibat inflasi di Indonesia. Karena ketika
harga faktor-faktor produksi turun, saat harga bahan pangan dunia mengalami penurunan, harga bahan pangan nasional malah
mengalami kenaikan yang signifikan. Pada saat ini pemerintah masih berupaya pada kebijakan dan peraturan, belum ada solusi yang
tepat untuk mengatasi masalah ini.
Upaya Pemerintah Mengatasi
Kelaparan di Indonesia
1. Sosialisasi tentang manfaat pola konsumsi pangan perorangan dan masyarakat yang Beragam, Bergizi Seimbang,
dan Aman (B2SA) untuk hidup sehat, aktif, dan produktif
2. Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi, kebersihan, dan pengasuhan
3. Pemberdayaan masyarakat, terutama ibu rumah tangga, untuk percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis pangan lokal (termasuk sosialisasi manfaat dan menciptakan minat atau preferensi pada konsumsi pangan
ikan, hasil peternakan, sayuran, dan buah-buahan lokal)
4. Perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu dan penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi pangan
untuk meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu yang diperdagangkan
5. Penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan standar gizi dan keamanan pangan
6. Penguatan integrasi intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dengan dengan fokus utama pada 1000 hari pertama
kehidupan, remaja, calon pengantin dan ibu hamil
7. Perbaikan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, balita, remaja perempuan, dan kelompok rawan gizi lainnya
8. Penguatan sistem surveilans pangan dan gizi termasuk pemantauan pertumbuhan
9. Penyaluran bantuan pangan bagi masyarakat rawan pangan kronis (berpendapatan rendah) dan transien (darurat
bencana)
Upaya Pemerintah Mengatasi
Kelaparan di Indonesia
Dalam rangka memperkuat perlindungan kepada masyarakat agar punya akses terhadap pangan yang
bergizi, pemerintah memberikan bantuan non tunai berupa kartu sembako yang sudah diluncurkan pada
februari tahun 2017. Bantuan non tunai ini diberikan sebesar Rp1,32 juta per tahun atau Rp110.000 per
bulan/keluarga untuk 15,6 juta keluarga. Pada tahun 2019 pemerintah menaikkan nilai bantuan sebesar
Rp1,8 juta per tahun per keluarga atau Rp150.000 per bulan/keluarga. Kartu sembako yang diberikan
kepada Keluarga Penerima Manfaat yang sudah terdaftar, dapat digunakan untuk membeli bahan pangan di
e-warong yaitu agen bank, pedagang atau pihak lain yang bekerja sama dengan bank penyalur sebagai
pencairan, penukaran, atau tempat pembelian bahan pangan KPM. E-warong dapat berupa pasar tradisional,
warung, toko kelontong, warung desa, Rumah Pangan Kita (RPK), agen bank yang menjual bahan pangan,
atau usaha eceran lainnya.
Upaya Mencapai Indonesia Tanpa
Kelaparan
Dengan menerapkan teknologi modern pada bidang pertanian oleh seluruh petani dapat membantu mengurangi kelaparan di Indonesia.
Karena kemajuan teknologi saat ini, dapat menjadikan segala pekerjaan menjadi efektif dan efisien. Jika perkembangan teknologi
dipakai dengan sebaik-baiknya, dapat membawa keuntungan bagi manusia. Untuk itu, petani dapat memanfaatkan teknologi modern
sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi beras serta kualitas beras. Peningkatan jumlah produksi akan membuat harga beras
menjadi lebih terjangkau dan dapat membantu kesejahteraan masyarakat serta petani. Hal tersebut dikarenakan, tidak adanya
kelangkaan beras yang dapat membuat beras menjadi mahal dan menyebabkan sulitnya untuk orang yang berkekurangan mendapatkan
beras sehingga terjadi kelaparan. Sehingga harga beras harus dipertahankan dengan harga terjangkau agar masyarakat dapat
membelinya dan tidak kelaparan. Dari segi kualitas juga harus diperhatikan agar tidak memunculkan penyakit untuk masyarakat
tersebut.
Selain itu, perlunya ada sosialisasi untuk mengajak sesama kita agar dapat lebih perhatian dengan lingkungan sekitar. Bahwa masih
banyak saudara-saudara kita yang mengalami kelaparan dan membutuhkan pertolongan. Maka dari itu, sebagai orang yang masih
mampu untuk membeli makanan, kita harus memanfaatkan makanan sebaik-baiknya dengan tidak membuang-buang makanan. Lebih
baik, makanan tersebut dibagikan kepada orang lain yang sedang tidak mampu membeli makanan sehingga mengalami kelaparan. Saat
ini, di beberapa tempat, disediakan tempat untuk menaruh makanan dan dapat diambil oleh orang yang membutuhkan secara gratis.
Hal-hal seperti ini dapat dikembangkan dan disebarluaskan lagi.
THAN KYOU