Anda di halaman 1dari 40

Kesehatan reproduksi dan HAK PEREMPUAN

BERDASARKAN icpd dan peraturan


perundang undangan pemerintah indonesia

Dr. Hj. Noormartany. dr., SpPK (K)., M Si

Fakultas kedokteran Universitas islam bandung


2020
Pemahaman arti istilah Sex dan Gender
APA ITU SEX ?
Sex adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan secara
alamiah, misalnya:
• perempuan menghasilkan ovum dan Laki-laki menghasilkan sperma,
• Perempuan hamil dan melahirkan sementara laki – laki tidak, dll
• Sama diseluruh dunia, tidak berubah dari waktu , tidak mungkin
dipertukarkan,
• Perbedaan itu adalah Kodrat dari Allah, demi adanya kehidupan di
dunia ini.

APA ITU GENDER


• Merupakan perbedaan peran, hak dan kewajiban, kuasa dan
kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan
bermasyarakat.
• Perbedaan gender bukan kodrat, melainkan buatan manusia,
tergantung budaya maupun perkembangan masyarakatnya yang
dapat berubah dari waktu ke waktu, dan memungkinkan untuk
dipertukarkan .
Perbedaan GENDER

• Merupakan Pembedaan peranan, status, pembagian kerja


yang dibuat oleh suatu masyarakat berdasarkan jenis
kelamin, misalnya perbedaan peran dan kesempatan
antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat
berubah dan diubah sesuai perubahan zaman
PERBEDAAN GENDER
MELAHIRKAN KETIDAKADILAN

• Sejarah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi


melalui proses yang sangat panjang, oleh karena itu terbentuknya
disebabkan oleh banyak hal, diantaranya karena memang sengaja
dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara
sosial dan kultural yang akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan,
seakan bersifat biologis yang tidak dapat diubah lagi, sehingga
perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan
kodrat perempuan
• Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak
melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities), namun realita
yang terjadi ternyata telah melahirkan berbagai bentuk ketidakadilan
gender yang termanifestasikan dalam bentuk ketidakadilan dalam
kehidupan masyarakat
BENTUK - BENTUK KETIDAK ADILAN GENDER
YANG BERKEMBANG DI MASYARAKAT

1. Subordinasi (Penomorduaan)
Perempuan tidak memiliki peluang untuk mengambil keputusan
bahkan menyangkut dirinya, perempuan harus tunduk pada keputusan
yang diambil oleh laki-laki :
• Penempatan perempuan di rumah
• Keputusan keluarga mamberikan kesempatan lebih pada laki-laki
untuk meraih pendidikan, keterampilan maupun karier
• Tidak memiliki kebebasan untuk menentukan masa depan
• Dianggap lemah untuk memimpin suatu kelompok
• Tidak memiliki hak pengelolaan ekonomi keluarga
• Tidak berhak menerima warisan
2. Marginalisasi (peminggiran ekonomi)
Peminggiran ekonomi perempuan adalah lemahnya
kesempatan perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi,
seperti tanah, kredit dan pasar :
• Meskipun perempuan bekerja di sawah, kebun atau pasar
mereka sering tidak mendapatkan hasil keringatnya, tidak
memiliki kekuasaan mengatur hasil keringatnya
• Program-program peningkatan keterampilan maupun
pengembangan ekonomi keluarga sering dibedakan dari
laki – laki, karena dianggap hanya kaum laki-laki yang
dianggap penting untuk mengikuti program tersebut
3. Beban kerja berlebih
Kaum perempuan pada umumnya memiliki tiga peran (triple role),
yakni peran produktif, reproduktif dan memelihara masyarakat :
• Jam kerja perempuan lebih panjang
• Tidak ada kesempatan untuk melakukan hal-hal di luar
rutinitasnya, tidak ada kesempatan untuk pengembangan diri
4. Cap-cap negatif (sterotip)
Berkembang gambaran-gambaran yang negatif terhadap kaum
perempuan yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya, sehingga menutup kesempatan diberbagai bidang,
seperti ekonomi, politik maupun budaya :
• Kaum lemah
• Emosional
• Tidak rasional
5. Kekerasan
Kekerasan berbasis gender adalah kekerasan terhadap
perempuan baik dalam bentuk fisik maupun psikologis
dikarenakan posisi perempuan yang tidak menguntungkan :
• Perkosaan, termasuk dalam percintaan, perkawinan
• Serangan fisik, penyiksaan
• Prostitusi, trafficking
• Pornografi- pornoaksi
• Pemaksaan dalam KB
• Pelecehan seksual ( nyata maupun terselubung )
ISU GENDER

• KONDISI YG MENUNJUKKAN ADANYA KESENJANGAN


ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN ATAU
KETIMPANGAN GENDER, YAITU ADANYA
KESENJANGAN ANTARA KONDISI SEBAGAIMANA
YANG DICITA-CITAKAN ( KONDISI NORMATIF) DENGAN
KONDISI GENDER SEBAGAIMANA ADANYA
( KONDISI OBYEKTIF)
ISU GENDER BIDANG PENDIDIKAN

1. Jumlah perempuan yang menyandang buta aksara dua


kali lebih besar dibandingkan laki-laki,
2. Makin tinggi tingkat pendidikan makin kecil partisipasi
perempuan dibanding laki-laki,
3. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan
perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki,
4. Masih terjadi gejala segragasi gender (gender
segregation) dalam pemilihan jurusan atau program
studi di SMU, SMK dan Perguruan Tinggi,
5. Kelanjutan studi bagi anak, bila dana terbatas yang
mendapat prioritas adalah anak laki-laki meskipun
prestasinya lebih rendah dari anak perempuan,
ISU GENDER BIDANG PENDIDIKAN

6. Bacaan dan ilustrasi gambar pada bahan ajar masih


menunjukkan peran laki-laki dan perempuan yang tidak sama
yakni publik dan domestic,
7. Keputusan Kepala Sekolah mengeluarkan siswi hamil diluar
nikah, sedang siswa yang menghamili tetap bisa sekolah,
8. Rendahnya keterwakilan perempuan dalam jabatan structural
serta pemahaman para pengelola dan pelaksana pendidikan
yang masih terbatas akan pentingnya kesetaraan dan keadilan
gender
9. Keterwakilan perempuan dalam jabatan fungsional masih
kurang, seperti pengembang kurikulum, peneliti, professor di
beberapa daerah.
ISU GENDER BIDANG EKONOMI
1. Angkatan kerja perempuan baik di perkotaan maupun pedesaan
lebih rendah dibanding laki-laki : ( P= 45,47 % < L = 81,19% )
2. Upah/gaji yang diterima pekerja perempuan jauh lebih rendah dari
yang diterima pekerja laki-laki ( pedesaan dan perkotaan)
3. Tingkat pengangguran terbuka pada perempuan lebih besar dari
laki-laki (P= 7,50%; L= 6,7% ) di pedesaan dan perkotaan
4. Curahan waktu kerja perempuan untuk kegiatan produksi maupun
reproduksi lebih besar dibandingkan suami
5. Jabatan pada tataran manajemen di perusahaan negara maupun
swasta didominasi karyawan laki-laki
6. Sistim panen yang dilakukan dengan “sistim tebasan” menyebabkan
buruh tani perempuan kalah bersaing dengan buruh laki-laki
7. Bagi buruh perempuan yang ikut bekerja dengan suami, biasanya
tercatat sebagai pekerja tapi tidak menerima upah secara langsung
karena upah diterima oleh suami
8. Posisi perempuan di perusahaan/pabrik umumnya mendominasi
pekerjaan sebagai buruh
ISU GENDER BIDANG KESEHATAN

1. Rendahnya partisipasi laki-laki dalam pelaksanaan KB


(pemakaian alat KB) dan kesehatan reproduksi
2. Tindakan aborsi yang hanya menimpa dan dirasakan
kaum perempuan, sementara kaum laki-laki yang
menjadi salah satu penyebabnya cenderung/
sebagaian tidak mau bertanggung jawab
ISU GENDER DALAM
KELUARGA
1. Dalam keluarga, pengambilan keputusan
seperti investasi, membeli barang berharga
cenderung dilakukan oleh suami
2. Pembagian tugas dalam keluarga, istri lebih
pada pekerjaan domestik, dan ayah pada tugas
publik
3. Dalam menentukan sikap politik terhadap
partai tertentu, para istri mengikuti suami
4. Kebiasaan makan dalam keluarga
mendahulukan bapak/suami dan anak laki-laki
ISU GENDER DALAM BIDANG POLITIK
1. Kedudukan dan peran perempuan pada kepengurusan
partai politik lebih rendah dibandingkan laki-laki
2. Keterwakilan perempuan di lembaga legislatif baik di
pusat (DPR RI , DPD RI) maupun daerah ( DPRD
Kab/Kota) sangat kecil dibandingkan laki-laki
3. Di bidang eksekutif posisi seperti Gubernur, Bupati, Wali
Kota, Wakil Wali Kota, didominasi kaum laki-laki
4. Posisi seperti Hakim, Jaksa, Hakim Agung, lebih banyak
diduduki oleh kaum laki-laki dibanding perempuan
5. Di lembaga eksekutif semakin tinggi tingkat eselon
semakin banyak jumlah laki-laki yang menduduki
6. Jumlah anggota kabinet/menteri lebih banyak laki-laki
dibanding perempuan
FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB

1. Berkembangnya Ideologi Patriarchy (Konstruksi sosial


masyarakat yang menomor duakan perempuan),
2. Paham ideologi patriarchy yang masih melekat kuat pada
sebagian besar masyarakat (termasuk dlm rumah
tangga),
3. Relasi gender yang tidak seimbang,
4. Tingkat pendidikan perempuan yang rendah,
5. Ketidak terlibatan perempuan dalam penentuan
keputusan pada berbagai masalah kehidupan,
Hak-hak Kesehatan Reproduksi perempuan berdasarkan
konvensi internasional,
 
Hak reproduksi sebagai bagian dari hak asasi manusia
dijamin dalam beberapa perjanjian internasional seperti
termuat dalam The convention on the elimination alls forms
of discrimination againt woment (CEDAW),
ICPD ke 4 di Kairo dan konferensi ke 4 tentang perempuan
di Beijing 1995.
Hak-hak tersebut meliputi:

1. Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan


kesehatan reproduksi; hak tersebut terkait dengan
masalah kesehatan reproduksi termasuk jaminan
kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun
keluarga.

2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan


kesehatan reproduksi; meliputi hak atas informasi
keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan,
harga diri, kenyamanan, kesinambungan pelayanan
dan hak berpendapat.
3. Hak atas kebebasan berpikir dan membuat
keputusan tentang kesehatan reproduksi.

4. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran


anak.

5. Hak untuk hidup dan bebas dari resiko kematian


karena kehamilan, atau masalah

6. Hak mendapat kebebasan dan keamanan dalam


pelayanan kesehatan reproduksi; setiap individu
dipercaya untuk menikmati dan mengatur kesehatan
reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari segala bentuk penganiayaan
dan perlakuan buruk yang menyangkut kesehatan
reproduksi; termasuk hak anak-anak agar dilindungi
dari eksploitasi dan penganiayaan seksual serta hak
setiap orang untuk dilindungi dari perkosaan,
kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.

8. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan


reproduksinya; artinya pelayanan reproduksi
dilakukan dengan menghormati kerahasiaan, dan bagi
perempuan diberi hak untuk menentukan sendiri
pilihan reproduksinya.

9. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga;


10. Hak dalam kebebasan berkumpul dan berpartisipasi
dalam politik yang bernuansa kesehatan reproduksi,
artinya setiap orang mempunyai hak untuk mendesak
pemerintah agar menempatkan masalah hak dan
kesehatan reproduksi sebagai prioritas dalam
kebijakan politik negaranya.

11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dan


kesehatan reproduksi;

12. Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu


pengetahuan, termasuk pengakuan hak bahwa setiap
orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan
reproduksi dengan tekhnologi mutakhir yang aman
dan dapat diterima.
Bagaimana saat ini perbedaan gender itu disikapi di
Indonesia ?

Secara hukum dan perundang-undangan


telah diatur dalam uud’45 dan berbagai peraturan, mengikuti
perkembangan dunia.
Hak perempuan berdasarkan peraturan dan undang undang
di indonesia
Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menjelaskan adanya
pengakuan terhadap prinsip persamaan bagi seluruh warga negara tanpa
kecuali.

Prinsip persamaan ini menghapuskan diskriminasi, karenanya setiap warga


negara mempunyai hak yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan
tanpa memandang agama, suku, jenis kelamin, kedudukan, dan golongan.

Dengan adanya pengakuan persamaan hak warga negara, berarti antara


laki-laki dengan perempuan tidak ada perbedaan.

Diakuinya prinsip persamaan di hadapan hukum dan pemerintahan di


dalam UUD menunjukkan para pendiri negara Indonesia, sebelum
mendirikan negara, sadar betul tentang arti pentingnya perlindungan
terhadap hak asasi itu.
5 Hak Asasi Perempuan Sebagai Bagian Dari Hak
Asasi Manusia

1. Hak dalam ketenagakerjaan


Setiap perempuan berhak untuk memiliki kesempatan kerja yang
sama dengan laki-laki. Hak ini meliputi kesempatan yang sama dari
proses seleksi, fasilitas kerja, tunjangan, dan hingga hak untuk
menerima upah yang setara. Selain itu, perempuan berhak untuk
mendapatkan masa cuti yang dibayar, termasuk saat cuti melahirkan.
Perempuan tidak bisa diberhentikan oleh pihak pemberi tenaga kerja
dengan alasan kehamilan maupun status pernikahan.

2. Hak dalam bidang kesehatan


Perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan bebas dari
kematian pada saat melahirkan, dan hak tersebut harus diupayakan
oleh negara. Negara juga berkewajiban menjamin diperolehnya
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan KB, kehamilan,
persalinan, dan pasca-persalinan.
3. Hak yang sama dalam pendidikan
Seperti salah satu poin perjuangan RA Kartini, setiap
perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan mengikuti
pendidikan, dari tingkat dasar hingga universitas. Harus ada
penghapusan pemikiran stereotip mengenai peranan laki-laki
dan perempuan dalam segala tingkatan dan bentuk
pendidikan, termasuk kesempatan yang sama untuk
mendapatkan beasiswa.
 

4. Hak dalam perkawinan dan keluarga


Perempuan harus ingat bahwa ia punya hak yang sama
dengan laki-laki dalam perkawinan. Perempuan punya hak
untuk memilih suaminya secara bebas, dan tidak boleh ada
perkawinan paksa. Perkawinan yang dilakukan haruslah
berdasarkan persetujuan dari kedua belah pihak. Dalam
keluarga, perempuan juga memiliki hak dan tanggung jawab
yang sama, baik sebagai orang tua terhadap anaknya, maupun
pasangan suami-istri.
5. Hak dalam kehidupan publik dan politik
Dalam kehidupan publik dan politik, setiap perempuan berhak
untuk memilih dan dipilih.Setelah berhasil terpilih lewat proses
yang demokratis, perempuan juga harus mendapatkan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam perumusan
kebijakan pemerintah hingga implementasinya.

 Hak Asasi Perempuan juga tertuang dalam Undang-Undang No


39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia  dalam pasal 45 – 51
dan dalam pasal 71.

 Pemerintah memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk


menghormati, melindungi dan menegakkan Hak Asasi
Perempuan sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia dalam rangka
melaksanakan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia.
 
Perlindungan Hukum Hak Asasi Perempuan
di Indonesia
Hukum secara normative berupa peraturan perundang-undangan bertujuan
untuk melindungi hak-hak dasar perempuan. Peraturan
Perundangundangan di Indonesia yang mengandung muatan perlindungan
hak asasi perempuan antara lain adalah:
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM,
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT,
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan,
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang,
5. Undang-undang Politik (UU No. 2 Tahun 2008 dan UU No. 42 Th 2008).
6. Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender (PUG)
7. Kerpres No. 181 Tahun 1998 tentang Pembentukan Komisi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan yang
diubah dengan Perpres Nomor 65 Tahun 2005.
Secara yuridis, dalam tataran internasional maupun nasional, Instrumen
hukum dan peraturan perundang-undangan Indonesia mengakui tentang
adanya prinsip persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

Namun, dalam tataran implementasi penyelenggaraan bernegara, masih


dirasakan adanya diskriminasi dan ketidakadilan terhadap kaum perempuan,
kaum perempuan selalu tertinggal dan termarjinalkan dalam bidang ekonomi,
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, maupun dalam bidang politik.

Salah satu penyebabnya adalah budaya patriarchy yang berkembang dalam


masyarakat adat Indonesia. Pada masyarakat dengan budaya patriarkhi, laki
laki lebih berperan dalam memegang kekuasaan, yang secara otomatis dapat
mendegradasi peran dan keberadaan perempuan.

Dengan mengikuti prinsip persamaan hak dalam segala bidang, maka baik laki-
laki maupun perempuan mempunyai hak atau kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sehingga apabila terjadi diskriminasi terhadap perempuan, hal itu merupakan
bentuk pelanggaran terhadap hak asasi perempuan.
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan 
(International Konfrence on Population and Development/ ICPD).
di Kairo Mesir tahun 1994, dihadiri 11.000 perwakilan dari lebih 180
negara. melahirkan kebijakan baru tentang pembangunan dan
kependudukan

tidak lagi terfokus pada pencapaian target populasi tertentu tetapi


lebih ditujukan pada upaya penstabilan laju pertumbuhan
penduduk yang berorientasi pada kepentingan pembangunan
manusia

Program aksi ini menyerukan agar setiap negara meningkatkan


status kesehatan, pendidikan dan hak-hak individu khususnya
bagi perempuan dan anak-anak dan mengintegrasikan program
keluarga berencana (KB) kedalam agenda kesehatan perempuan
yang lebih luas.
Fokus terpenting dari program
International Conference on Population and
Development (ICPD)

Penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi yg menyeluruh,


 Keluarga Berencana,
 Pelayanan kehamilan dan persalinan yang aman,
 Pencegahan pengobatan infeksi menular seksual/IMS
(termasuk HIV),
 Informasi dan konseling seksualitas, serta
 Pelayanan kesehatan perempuan mendasar lainnya.
 Termasuk penghapusan bentuk-bentuk kekerasan
terhadap perempuan seperti sunat perempuan, jual beli
perempuan, dan berbagai bentuk kekerasan lainnya.
Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan
Ruang lingkup kesehatan reproduksi perempuan adalah :
1. Kesejahteraan fisik mental dan sosial yang utuh
2. Segala yg berhubungan dengan sistem reproduksi & fungsi-fungsinya.
3. Mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman
4. Mempunyai kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk
menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan
seberapa seringnya.
5. Mempunyai akses terhadap cara-cara keluarga berencana yang aman,
efektif, terjangkau dan dapat diterima yang menjadi pilihan mereka
dan metode yang mereka pilih.
6. Hak untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan yang tepat,
yang memungkinkan para wanita selamat menjalani kehamilannya
dan melahirkan anak.
7. Memberikan kesempatan terbaik kepada pasangan untuk memiliki
bayi yang sehat.
VISI dan MISI
Pembangunan Pemberdayaan Perempuan di Indonesia

• Visi :
Terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan Gender,
Kesejahteraan dan Perlindungan Anak dalam Kehidupan
Berkeluarga, Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

• Misi :
1. Meningkatan Kualitas Hidup Perempuan
2. Memajukan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses
politik dan jabatan publik
3. Menghapuskan Segala Bentuk Tindak Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak
4. Meningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
5. Meningkatkan pelaksanaan dan memperkuat
kelembagaan pengarusutamaan gender
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat
TUJUAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN INDONESIA

Untuk meningkatkan status, posisi dan konfdisi perempuan


agar dapat mencapai kemajuan yang setara dengan laki-laki

Untuk membangun anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria


dan bertaqwa serta terlindungi
Strategi Nasional
Program Pemberdayaan Perempuan

1. Pembangunan nasional berperspektif gender dan


peduli anak
2. Pengembangn kemitra sejajaran yang harmonis
antara perempuan dan laki-laki
3. Pengembangn kemitraan dan jaringan kerja
4. Pengembangan indikator
5. Pengembangan sistem penghargaan
6. Perluasan pendidikan bagi anak perempuan
7. Pengembangan sistem informasi manajemen
Realisasi Pemberdayaan Perempuan

• Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan di


berbagai bidang kehidupan
• Meningkatkan peran perempuan sebagai pengambil
keputusan dalam mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender
• Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian
organisasi perempuan dengan mempertahankan nilai
persatuan dan kesatuan
• Meningkatkan komitmen dan kemampuan semua
lembaga yang memperjuangkan kesetaraan dan
keadilan gender
• Mengembangkan usaha pemberdayan perempuan,
kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta
perlindungan anak
KEBIJAKAN DASAR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
INDONESIA

• Pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional


dilakukan melalui “one door policy ” atau kebijakan satu
pintu
• Peningkatan kualitas SDM perempuan
• Pembaharuan hukum dan peraturan perundang-
undangan
• Penghapusan kekerasan terhadap perempuan
• Penegakan hak asasi manusia ( HAM ) bagi perempuan
• Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak
• Pemampuan lembaga pemerintah dalam pemberdayaan
perempuan
• Peningkatan peran serta masyarakat
• Perluasan jangkauan pemberdayaan perempuan
• Peningkatan penerapan komitmen internasional
PENGARUSUTAMAAN GENDER
( Gender Mainstreaming )

Pada Konferensi Wanita sedunia yang


diselenggarakan di Beijing tahun 1995, semua
negara-negara peserta ( termasuk Indonesia ) dan
agen-agen pembangunan yang hadir pada konferensi
itu secara eksplisit menerima mandat untuk
mengimplementasikan Pengarusutamaan Gender
(Gender Mainstreaming) di negara masing-masing
MAKNA PENGARUSUTAMAAN GENDER
(PUG)
Merupakan strategi pembangunan yang dilakukan
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender,
melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,
kebutuhan, potensi dan permasalahan perempuan
dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan,
program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang
kehidupan dan pembangunan
TUJUAN PENGARUSUTAMAAN
GENDER
Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender,
mempersempit dan meniadakan kesenjangan gender
sehingga dpt dipastikan bahwa perempuan dan laki-laki:
1. Memperoleh akses yang sama terhadap sumberdaya
pembangunan
2. Memiliki peluang berpartisipasi yang sama dalam
proses pembangunan terutama dalam proses
pengambilan keputusan
3. Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya
pembangunan
4. Memperoleh manfaat yang sama dari hasil
pembangunan
Sekian dan terima kasih

Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai