Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR GENDER

dr. Aida, M.Ked(Paru), Sp.P


Gender
• Suatu sifat  melekat pada kaum lelaki-
perempuan  secara sosial maupun kultural
• Misal perempuan itu  lemah lembut, cantik,
emosional, keibuan
• Lelaki  kuat, rasional, jantan, perkasa
• Ada beberapa karakter dari sifat tersebut yang
dapat bertukar :
– Pertama  ada lelaki yang emosional, lemah lembut,
keibuan
– Ada perempuan  kuat, rasional dan perkasa
• Maskulin identik  keperkasaan, bergelut di
sektor publik, jantan dan agresif

• Feminim identik  lemah lembut, berkutat


di sektor domestik (rumah), pesolek, pasif
Seksualitas
• Seks mengacu pada  jenis kelamin  perbedaan
biologis perempuan dan laki-laki  perbedaan tubuh
• Definisi konsep seks  menekankan perbedaan
kromosom pada janin
• Perbedaan jenis kelamin  manusia yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan
• Jenis kelamin laki-laki  manusia yg memiliki penis,
dan memproduksi sperma
• Jenis kelamin perempuan  manusia yg memiliki alat
reproduksi seperti rahim, jalan lahir, memproduksi sel
telur, vagina dan alat menyusui
Secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa
dipertukarkan lelaki dan perempuan

Secara permanen tidak pernah berubah dan


merupakan ketentuan biologi atau sering
dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau
kodrat
Gender vs Seksualitas
Landasan Yuridis
• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• UU No. 68 Tahun 1958 tentang Pengesahan Konvensi mengenai
Hak-Hak Politik Perempuan (Convention of Women’s Political
Rights)
• UU No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
(Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination
Against Women)
• UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
• UU No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Konvenan Internasional
tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International
Convenant on Economic, social and Cultural Rights)
• UU No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Konvenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik (International Convenant on Civil and
Political Rights)
Ketidakadilan Gender
• Sejak lahir  penghargaan yg berbeda terhadap
anak yg lahir
– Anak laki2  dianggap penerus marga/ keturunan 
disambut dg acara yg meriah
• Pembagian wilayah kerja antara suami dan istri 
suami mencari nafkah di luar rumah (sektor
publik)  sdg istri melakukan pekerjaan di dlm
rumah tangga (sektor domestik)
– Bila istri ikut membantu mencari nafkah di sektor
publik,  istri melakukan perluasan dari sektor
domestik  tetapi beban domestik tidaklah
berkurang  suami tidak serta merta ikut
berpartisipasi di sektor domestik
SISTEM PATRIARKHI SISTEM MATRIARKHI

• Sistem sosial  kaum laki2 • sistem dlm masyarakat atau


sbg suatu kelompok pemerintahan  dijalankan
mengendalikan kekuasaan oleh perempuan
atas kaum perempuan • Matriarkhi  kekuasaan
• Budaya patriarkhi  lelaki berada di tangan ibu atau
mempunyai kedudukan pihak perempuan  sdgkan
lebih tinggi dari perempuan laki-laki berada dibawah
 dlm bermasyarakat  kekuasaan perempuan
khususnya keluarga • Masyarakat matriarkhi 
• Masyarakat patriarkhi  suku Minangkabau
suku Batak

Budaya patriarkhi & matriarkhi memandang hub laki2 dan perempuan


tidak setara, salah satu lebih tinggi kedudukan/ kekuasaannya dari yg lain
Pengaruh Budaya terhadap Gender
• Kepercayaan yang salah • Peran jenis kelamin
• Masyarakat mengharapkan tergantung pada tingkat
laki-laki dan perempuan pendidikan, suku dan
untuk berpikir, berperasaan, umurnya
dan bertindak dengan pola • Peran gender di ajarkan
tertentu secara turun temurun dari
• Gender  hasil rekayasa orang tua ke anak-anaknya
masyarakat • Pengaruh teman sebaya
• Kegiatan tergantung pada • Pengaruh sekolah dan guru
kebiasaan, hukum dan • Pengaruh media
agama yang dianut oleh • Pengaruh kognitif
masyarakat tersebut (pengetahuan)
Hal yg menyebabkan Isu Gender
dalam KesPro
• Penyimpangan seksual
• Perempuan lebih rentan dalam menghadapi
resiko kesehatan reproduksi
• Motivasi serta partisipasi laki - laki dalam
kesehatan reproduksi masih sangat kurang
• Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam
rumah tangga
• Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan
dengan urusan perempuan
Diskriminasi Gender
 adanya perbedaan, pengecualian atau pembatasan
yang di buat berdasarkan peran dan norma gender yang
dikonstruksi secara sosial yang mencegah seseorang
untuk menikmati HAM secara penuh

Bentuk-bentuk diskriminasi gender:


• Marjinalisasi
• Sub Ordinasi
• Pandangan Stereotipe
• Kekerasan
• Beban ganda
Marginalisasi
• Peminggiran/pemiskinan akibatkan kemiskinan
• Marginalisasi perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan
gender
• Contoh  banyak pekerja perempuan tersingkir  menjadi miskin
akibat program pembangunan seperti internsifikasi pertanian 
hanya memfokuskan petani laki-laki
• Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan
industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih
banyak dimiliki laki-laki
• Perkembangan teknologi  semula dikerjakan secara manual oleh
perempuan diambil alih oleh mesin yang umumnya dikerjakan oleh
tenaga laki-laki
• Perempuan identik dgn ketelitian  maka diarahkan sekolah guru,
perawat, sekretaris
Subordinasi (Penomorduaan)
• Keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap
lebih penting/ utama dibanding jenis kelamin lainnya
• Misalnya, laki-laki sebagai pemimpin dan perempuan
sebagai pengikut/ orang yg patuh
• Sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan
perempuan lebih rendah dari laki-laki
• Masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang
gerak perempuan dalam kehidupan
– Contoh : apabila seorang isteri yang hendak mengikuti
tugas belajar, atau hendak berpergian ke luar negeri harus
mendapat izin suami, tetapi kalau suami yang akan pergi
tidak perlu izin dari isteri
Pandangan Stereotype (Citra Baku)
• Pemberian lebel atau cap yang dikenakan kepada
seseorang atau kelompok yang didasarkan pada suatu
anggapan yang salah atau sesat
• Pelabelan/ pandangan terhadap suatu kelompok/seks
tertentu yang sering kali bersifat negatif dan secara umum
melahirkan ketidakadilan
• Sering dijumpai  pelabelan negatif kepada perempuan
– Mis; perempuan suka berdandan  dianggap untuk menarik
perhatian laki-laki  cocok diberi tugas sebagai penerima tamu
– Perempuan sebagai pendamping suami  sehingga tidak perlu
dipromosi menjadi ketua atau kepala  sebab dianggap bukan
pencari nafkah utama yang akan menopang ekonomi keluarga
– Perempuan dianggap cengeng suka menggoda  sehingga tidak
dapat dipercayakan menduduki jabatan penting/strategis
Pandangan Stereotype (Citra Baku)

• Seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas 


tetapi bila perempuan marah atau tersinggung
dianggap emosional dan tidak dapat menahan
diri
• Label laki-laki  pencari nakah utama,
(breadwinner) mengakibatkan apa saja yang
dihasilkan oleh perempuan dianggap sebagai
sambilan atau tambahan dan cenderung tidak
diperhitungkan
Kekerasan (Violence)
• Berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan 
akibat perbedaan, muncul dalam bebagai bentuk.
• Kekerasan  suatu serangan terhadap fisik maupun
integritas mental psikologis seseorang
• Kekerasan fisik  perkosaan, pemukulan dan penyiksaan
• kekerasan non fisik  seperti pelecehan seksual sehingga
secara emosional terusik
• Pelaku kekerasan bermacam-macam, ada yang bersifat
individu, baik di dalam rumah tangga sendiri maupun di
tempat umum, ada juga di dalam masyarakat itu sendiri
Beban Ganda (Double Dourden)
• Beban ganda  harus dilakukan oleh salah satu
jenis kalamin tertentu secara berlebihan
• Dalam suatu rumah tangga  perempuan
mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam
rumah tangga  selain bekerja di tempat kerja
juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
• Ketidakadilan tampak  curahan tenaga dan
waktu cukup panjang ternyata dihargai rendah
dibandingkan pekerjaan publik
Isu Gender dalam KesPro
Isu Gender di Masa Kanak-Kanak
• Anak laki-laki  mis : suku tertentu, kelahiran
bayi laki-laki sangat diharapkan  penerus atau
pewaris nama keluarga, pencari nafkah keluarga
yang handal, penyanggah orang tuanya di hari tua
• Masa kanak-kanak  sifat agresif anak laki-laki
serta perilaku yang mengandung resiko diterima
sebagai suatu kewajaran  dianggap sebagai
sifat anak laki-laki  anak laki-laki lebih sering
terluka dan mengalami kecelakaan
Isu Gender dalam KesPro
Isu Gender di Masa Remaja
• Remaja putri  kekurangan nutrisi, seperti zat besi, anemia
• Gerakan interaksi sosial remaja puteri  terbatasi dengan
datangnya menarche
• Perkawinan dini pada remaja puteri  tanggung jawab dan
beban melampaui usianya  Kehamilan dini  resiko
tinggi terhadap kematian
• Remaja putreri berisiko  pelecehan dan kekerasan
seksual, yang bisa terjadi di dalam rumah sendiri maupun di
luar rumah
• Isu berkaitan dengan kerentanan  perilaku stereotipe
maskulin, seperti merokok, tawuran, kecelakaan dalam olah
raga, kecelakaan lalu lintas, ekplorasi seksual sebelum nikah
yang berisiko terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan: IMS, HIV/AIDS
Isu Gender dalam KesPro
Isu Gender di Masa Dewasa
• Perempuan menghadapi masalah kesehatan  berkaitan dengan
fungsi alat reproduksinya serta ketidaksetaraan gender
• Mis  konsekuensi kehamilan dan melahirkan  seperti anemia,
aborsi, puerperal sepsis (infeksi postpartum), perdarahan,
ketidakberdayaan dalam memutuskan bahkan ketika itu
menyangkut tubuhnya sendiri.
• Perempuan  rentan terpapar penyakit yang berkaitan dengan IMS
dan HIV/AIDS, meskipun mereka sering hanya sebagai korban
• Metode KB  hanya difokuskan pada akseptor perempuan
• Perempuan  rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga,
kekerasan ditempat kerja, dan diperjalanan
Isu Gender dalam KesPro
Isu Gender di Masa Tua
• Keadaan biologis semakin menurun di usia tua
• Osteoporosis banyak diderita perempuan di
masa tua
• Depresi mental juga lebih banyak diderita orang
tua  terutama karena merasa ditinggalkan
• Umur harapan hidup perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki  namun umur panjang
perempuan berisiko ringkih  terutama dalam
situasi soaial-ekonomi kurang
Pelayanan Kesehatan Reproduksi yang
bersikap “Peka Gender”
• Pelayanan berkualitas yang berorientasi kepada kebutuhan klien,
tanpa adanya perbedaan perlakuan, baik karena jenis kelamin
maupun status sosialnya
• Pelayanan kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan akibat kodrat masing-
masing
• Memahami sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu
penyakit dan sikap masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki yg
sakit
• Memahami perbedaan perjalanan penyakit pada laki-laki dan
perempuan
• Menyesuaikan pelayanan agar hambatan yg dihadapi oleh laki-laki
dan perempuan sebagai akibat adanya perbedaan tersebut diatas
dapat diatasi
Pangarusutamaan Gender
(Gender Mainstraiming)

Strategi yang dilakukan secara rasional dan sistimatis


 mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan
manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara) 
melalui kebijakan dan program yang memperhatikan
pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan
perempuan dan laki-laki  kedalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh
kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan
dan pembangunan
Tujuan Pengarusutamaan Gender
Memastikan  apakah perempuan dan laki-laki
memperoleh akses yang sama kepada sumber
daya pembangunan

Dapat berpartisipasi yang sama dalam semua proses


pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan

Mempunyai kontrol yang sama atas sumberdaya


pembangunan dan memperoleh manfaat yang sama dari
hasil pembangunan
Prinsip Pengarusutamaan Gender

Pluralistik  menerima keragaman budaya 


tidak membedakan antar laki-laki dan
perempuan
Sosialisasi dan advokasi  memperluas
informasi bagi masyarakat umum dan melakukan
kegiatan-kegiatan untuk memperkokoh
kesetaraan dan keadilan gender

Anda mungkin juga menyukai