Anda di halaman 1dari 7

BAHASA INDONESIA BAKU

Firmansyah Dwi Yanuar


2013010011
PENGERTIAN BAHASA
• Bahasa baku, bahasa standar, atau standar bahasa (bahasa Inggris: standard
language, linguistic standard) adalah varietas bahasa yang berkontras dengan bentuk-
bentuk vernakular (termasuk dialek geografis dan sosiolek). Bahasa baku diterima di
masyarakat sebagai peranti komunikasi publik dan formal, seperti dalam 
perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi.[1] Varietas tersebut dianggap
isolek netral yang digunakan oleh keseluruhan masyarakat yang bersangkutan,
terlepas dari asal geografis atau sosial mereka.[2][3]
• Dalam pengertian lain, bahasa baku adalah bentuk bahasa yang telah mengalami
proses standardisasi, yaitu tahap menegakkan tata bahasa dan kamus normatif.[2]
 Penetapan bahasa baku biasanya melibatkan kodifikasi norma kebahasaan dan
sistem ejaan, serta penerimaan konvensi ini oleh khalayak umum.[4]
• Selain dua tersebut ada juga pengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang
mempunyai setidaknya satu varietas standar. Menurut definisi ini, istilah bahasa baku
merujuk kepada keseluruhan bahasa itu, bukan kepada bentuk bakunya sendiri.[5]
FUNGSI BAHASA INDONESIA BAKU
• Paul L. Garvin, yang mencerminkan tradisi Aliran Praha, membedakan lima fungsi
bahasa baku:[6]
• penyatu – memungkinkan komunikasi mudah di dalam suatu komunitas bahasa dan
membina identitas kultural-politik komunitas tersebut;
• pemisah – mengontraskan suatu komunitas bahasa dengan yang lain, sambil
membangun ikatan antara bahasawan yang menggunakan varietas bahasa yang
berbeda-beda;
• pemberi prestise – bertindak sebagai pembawa gengsi sosial dan kultural, baik untuk
seluruh komunitas maupun bagi seorang individu yang menuturkannya;
• partisipatif – memungkinkan para penutur bahasa untuk mendapatkan manfaat dari
penguasaan bahasa baku (mobilitas sosial, kemungkinan berpartisipasi dalam
wacana publik, dll.);
• kerangka acuan – berfungsi sebagai patokan untuk penilaian praktik kebahasaan.
CIRI-CIRI BAHASA KAKU
• Kata baku tidak dipengaruhi bahasa asing
Contohnya: Ekspor (baku) – eksport (tidak baku)
• Kata baku tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contohnya: Saya (baku) – Gue (tidak baku)
• Bentuknya tetap dan tidak mudah berubah
• Memiliki arti yang pasti, tidak berlebihan, dan tidak rancu
Contohnya: mengesampingkan (baku) – mengenyampingkan (tidak
baku), berkali-kali (baku) – berulangkali (tidak baku)
CIRI-CIRI BAHASA BAKU
• Kata baku tidak mengandung arti pleonasme (pemakaian kata yang
lebih dari apa yang diperlukan)
Contohnya: para dosen (baku) – banyak para dosen (tidak baku),
sekali saja (baku) – hanya sekali saja (tidak baku)
• Penggunaan kata baku sesuai dengan konteks kalimat
• Tidak mengandung hiperkorek
Contohnya: diagnosis (baku) – diagnosa (tidak baku), apotek (baku) –
apotik (tidak baku)
• Bukan merupakan bahasa percakapan sehari-hari
Contohnya: tidak (baku) – enggak (tidak baku)
• Komunikasi Resmi
• Anda tidak dianjurkan menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari dalam sebuah komunikasi resmi. Bukan
hanya untuk meningkatkan kewibawaan, melainkan agar tujuan suatu pesan yang disampaikan tersampaikan
dengan baik kepada semua orang.
• Hal tersebut dapat mengurangi kesalahpahaman pendengar atau pembaca dalam mengartikan sebuah maksud.
• Oleh karena itu, dalam sebuah komunikasi resmi seperti rapat dan pertemuan formal lainnya sangat
dianjurkan menggunakan bahasa baku.
• Contoh dari komunikasi resmi adalah perundang-undangan, surat menyurat antar lembaga (surat niaga
ataupun surat dinas), pengumuman resmi suatu instansi, penamaan resmi dan peristilahan, dan lainnya.
• 5.2 Berbicara di Depan Umum
• Pernahkah Anda melihat seseorang sedang berpidato? Pidato merupakan salah satu contoh berbicara pada
khalayak umum. Ketika Anda akan melakukan pidato dalam sebuah kegiatan sangat dianjurkan menggunakan
bahasa baku agar kewibawaan Anda di depan orang meningkatnya.
• Meningkatnya kewibawaan di hadapan orang akan mengoptimalkan pesan tersampaikan dengan baik dan
benar.
• Sudah sepantasnya Anda menggunakan bahasa baku dalam komunikasi bersifat resmi.
• Contoh lain, berbicara di depan umum selain pidato ialah kuliah, presentasi, pembawa acara formal, diskusi
ilmiah, seminar, karya ilmiah, dan lain-lain.
• 5.3 Berbicara Kepada Orang yang Dihormati
• Berbicara dengan orang yang dihormati seperti orang tua, guru,
pejabat negara ataupun dosen Anda harus menggunakan bahasa baku
yang baik dan benar.
• Hal ini merupakan upaya menunjukkan rasa hormat Anda terhadap
posisi yang dimilikinya.
• Penggunaan bahasa tidak baku kepada orang yang sepatutnya
dihormati merupakan sebuah tindakan tidak sopan dalam berbicara.
Oleh karena itu, kata baku sangat penting digunakan untuk menjaga
etika dalam berbicara.

Anda mungkin juga menyukai